Pages

16 Mei 2013

Tumis Pedas Pare & Udang


Bagi sebagian orang, menyantap pare yang terasa pahit ini memang memerlukan perjuangan, tapi bagi mereka yang ketagihan dengan rasa pahit getirnya yang khas maka justru rasa inilah yang dicari. Walau saya bukan termasuk pecinta rasa pahit terutama di jamu dan minuman seperti kopi namun rasa pahit pare justru membuat saya tergila-gila. Apalagi jika buah berbintil-bintil aneh ini ditumis dengan udang dengan cabai rawit segunung, hmm digado begitu saja sedap apalagi jika disantap dengan nasi panas, bisa habis berpiring-piring. 

Sebenarnya rasa pahit buah pare bisa dikurangi dengan mendiamkannya di dalam larutan garam sejenak hingga sebagian kandungan air dalam pare berkurang, harapannya sebagian zat pemberi rasa pahit pun terbuang. Selain itu, garam juga mampu membuat tekstur pare menjadi lebih lemas sehingga bumbu mudah meresap masuk ke dalamnya. Bagi anda yang hingga saat ini masih memasukkan buah ini sebagai daftar terlarang buah dan sayuran yang layak dikonsumsi mungkin harus memikirkannya kembali karena ternyata si pahit yang buruk rupa ini banyak sekali  manfaatnya. Tidak percaya? Yuk lanjut. ^_^  


Pare (Momordica charantia) atau dikenal di luar negeri dengan nama bitter gourd atau bitter melon atau bitter squash, atau karela di India, merupakan tanaman merambat yang berasal dari keluarga ketimun atau Cucurbitaceae. Tanaman ini berasal dari daerah tropis dan sub tropis serta banyak dibudidayakan di kawasan Asia, Afrika dan Karibia untuk diambil buahnya yang dianggap sebagai buah terpahit diantara buah sejenis lainnya. Sebenarnya tanaman ini berasal dari India dan dibawa ke China pada abad ke-14.

Tanaman ini memiliki banyak varietas, jika anda sering berkunjung ke pasar baik tradisional maupun supermarket maka anda akan menemukan aneka bentuk buah pare. Pare yang berasal dari China (seperti yang saya gunakan dalam resep ini) memiliki bentuk bulat lonjong lebar, dengan ujung yang tumpul dan memiliki permukaan yang lebih smooth lekukannya, dengan warna hijau muda. Sementara pare dari India memiliki bentuk panjang sempit, dengan ujung lancip, permukaannya berbintil-bintil seperti kutil yang sangat banyak, berwarna hijau hingga putih. Selain kedua jenis pare ini masih ada jenis lainnya misalnya pare dengan ukuran buah yang sangat kecil. Untuk rasa maka semuanya memiliki rasa yang sama yaitu pahit. Penyebab rasa pahit di pare sebenarnya merupakan peranan senyawa alkaloid momordicine dan triterpene glycosides yang umum terdapat di dalam keluarga ketimun. Terkadang jika kita menyantap buah ketimun kita menemukan juga jejak rasa pahit seperti ini di bagian pangkalnya.


Pare umum digunakan di dalam kuliner China, seringkali dimasak dengan cara ditumis atau dibuat sup. Terkadang juga digunakan untuk memberikan rasa getir di beberapa bir a la China dan Okinawa. Di India, buah ini disantap bersama kentang dan saus yogurt. Di Indonesia sendiri buah ini umumnya diolah dengan cara ditumis, di rebus dan menjadi salah satu komponen gado-gado atau siomay, terkadang juga dimasak dengan kuah santan yang kental. 

Nah selain lezat sebagai masakan, buah pare juga memiliki banyak manfaat. Beberapa riset menemukan bahwa ekstrak buah ini bisa berfungsi sebagai anti kanker dan mencegah sel kanker untuk berkembang biak. Di Togo, buah pare berguna sebagai pengobatan tradisional untuk mengobati penyakit pencernaan yang disebabkan oleh nematoda (cacing). Di Asia, buah pare umum dipakai untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria, sementara di Panama dan Kolombia, teh yang terbuat dari daun tanaman pare yang digunakan untuk pengobatan penyakit tersebut. Selain manfaat di atas beberapa penelitian juga menemukan bahwa buah pare berperan juga dalam pengobatan diabetes dan membantu penurunan berat badan. Buah ini tidak disarankan untuk dikonsumsi bagi pria yang ingin memiliki momongan karena kandungan zat di dalam pare mampu mencegah terjadinya kehamilan (birth control) dan mampu menurunkan kesuburan pada pria (anti fertilitas). Untuk wanita yang sedang hamil tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi buah pare karena kram perut dan masalah pencernaan lainnya kemungkinan bisa terjadi.  

Okeh saya akhiri cerita mengenai buah pare, yuk kita langsung menuju ke resep dan proses memasaknya.   


Tumis Pedas Pare & Udang
Resep hasil modifikasi sendiri

Bahan & bumbu:
- 2 buah pare, belah memanjang, buang bijinya dan iris melintang tipis
- 200 gram udang pacet, buang kepalanya
- 4 butir bawang merah, iris tipis
- 1 buah bawang bombay ukuran kecil, iris tipis
- 4 buah bawang putih, cincang halus
- 10 buah cabai rawit merah
- 2 ruas jahe, cincang halus
- 1 ruas lengkuas, pipihkan
- 3 lembar daun salam  
- 1 sendok makan saus tiram
- 1/2 sendok makan gula pasir
- 1/2 sendok teh garam
- minyak untuk menumis

Cara membuat: 


Siapkan buah pare, belah memanjang, buang biji dibagian tengahnya. Iris buah melintang tipis. Tambahkan 1 sendok makan garam, remas-remas hingga garam terdistribusi dengan baik, diamkan selama 15 menit hingga pare tampak mengeluarkan air. Cuci bersih di air mengalir hingga buah tidak terasa asin lagi. Tiriskan.

Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bawang bombay, bawang merah dan bawang putih hingga harum dan transaparan. Tambahkan cabai rawit, jahe cincang, lengkuas dan daun salam, tumis hingga cabai layu. Masukkan saus tiram, aduk-aduk hingga saus menjadi harum, tambahkan pare. Aduk dan masak hingga pare setengah matang.

Masukkan udang, aduk rata. Tambahkan gula dan  garam, masak dengan api sedang hingga udang berubah warna dan pare matang. Cicipi rasanya dan angkat.

Sajikan tumis pare dengan nasi panas. Super yummy!
 

Sources:
Wikipedia - Bitter Melon
  

21 komentar:

  1. persis seperti buatan ibu saya mb. Favorit Bapak saya ini, cukup dengan nasi panas..:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Chanti, wakkaak iya makanan klasik alias jadul ya

      Hapus
  2. wah sore ini aq masak pare mbak..tapi pake teri bukan udang,,sama sedapnya tapi..hmm untung lagi jadi busui jd ga ngerasa bersalah deh biarpun nambah berpiring2 nasi.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Sefri, yepp ppakai teri atau bakso juga nyampleng ya. Wah kalau lago busui bisa jadi alasan makan berpiring2 yaaaaaaaaa, heheheh

      Hapus
    2. haha iya mbak..
      makan berpiring piring nasi berkali kali sehari tanpa rasa bersalah dan takut gemuk.. :D

      Hapus
  3. Mbak endang ada tips ga kl masak daun pepaya supaya ga pahit?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba, Ibu saya bisanya suka campurin pakai daun singkong waktu ngerebusnya. Atau remas-remas daun pepaya mentah dengan garam kasar agak banyak, diamkan 15 menit sampai keluar airnya. Cuci bersih baru direbus.

      Hapus
    2. Just share ɑ̤̥̈̊ĵα̣̣̥ Ɣª...untuk menghilangkan rasa pahit pada daun pepaya boleh dicoba merebusnya dengan diberikan kapur sirih, kmdn dicuci kembali, baru deh dimasak sesuai keinginan,,,rasa pahit hilang sama skali...

      Hapus
    3. Hai Mba, waak thanks ya atas tipsnya, saya kadang heran kenapa penjual oseng daun pepaya rasa pahitnya hilang babbar blas, pasti pakai cara ini ya. Makasih ya! ^_^

      Hapus
  4. Mbak Endang, ini salah satu masakan favorit saya, jadi saya cukup sering masak tumis pare udang ini. Kadang saya tambahi bakso, kadang saya campuri sawi asin, tapi bumbunya lebih sederhana. Dan saya menyantapnya dengan nasi dan ... telur asin atau ikan asin. Sedikit pahit tapi sedaap. Lain kali saya akan coba mengikuti resep ini. Terima kasih.
    Sisca - Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Sisca, samaaaa Mba, kenapa setiapp kali lihat pare saya pasti ngiler sama nasi panas wakakka. Kadang saya camourin bakso atau teri juga enakkkk. Thanks sharingnyan ya.

      Hapus
  5. Jadi pengen mencobanya gan. terimakasih atas informasinya

    BalasHapus
  6. hiiiiii...i'm the hater of paria mba endang...but unfortunetely my hubby is number one fan of paria....saking ga sukanya kalo beli somay kasih note sm si abang"jgn ambil somay yg nempel ama pare ya...pahiiittt"hehehe
    tapi demi cinta sering juga masak pare buat my hubby,seringnya pake ebi atau teri medan dgn bumbu yg lebih simpel....dan yg pasti tiap masak pare ga pernah dicicip...alhasi seringnya keasinan...hahahal
    next time coba resep ini deh....
    *dian*

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Mba Dian, wah kebalikan sama saya wakka, I am the fan of pare. mau dimasak apa saja saya pasti suka, terutama di tumis yaa pakai udang mantaaapp hehhehe. Ayo dicoba ya, moga suka ^_^

      Hapus
  7. Halo mba.. aku udah eksekusi tumis pare udang nya.. selama 31tahun ,first time makan pare n ternyata enakkk.. berani eksekusi krn pakai resep mba, krn dijamin sedap.. rasanya pahit2 nikmat ky kehidupan ini 😁😁😅😅

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah ini enak Mba, saya bahkan suka dimakan gitu saja gak pakai nasi hahhaha

      Hapus
  8. Mbak Endang, kmarin aq nemu cara masak pare biar ga pait. Caranya hanya di cuci diair mengalir setelah diiris², jangan diremas ya. Aq dah coba dan rasanya beneran ga pait. Malah paitan yg diremes² garem. Tumisnya juga cuma 3mnt pakai api besar.

    BalasHapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^