16 Mei 2014

Geti Wijen - Camilan Jadul Jaman Simbah



Anda masih ingat dengan makanan kecil bernama geti wijen? Setidaknya di kampung halaman saya di Paron dan beberapa daerah lainnya di Jawa menyebut makanan ini dengan nama demikian. Mungkin di daerah anda memiliki nama lain yang bisa anda share disini. Namun yang jelas penganan ini sudah ada sejak saya masih kanak-kanak, sejak jaman Simbah dan sampai sekarang saya yakin masih banyak warung di Jawa yang menjualnya. Sudah sangat lama saya tidak pernah mencicipinya lagi, mungkin sejak bertahun-tahun yang lalu. Dulu ketika masih kuliah di Jogya, terkadang seorang teman kost yang baru saja kembali dari mudik di daerah Jawa Tengah dan sekitarnya suka membawa geti sebagai oleh-oleh. Teksturnya yang keras dengan rasa yang manis bercampur gurihnya wijen memang menjadikan geti sebagai camilan yang cukup banyak penggemarnya. 

Nah kebetulan saya memiliki banyak wijen putih dan hitam yang selalu tersedia di dapur, saya memang sengaja menyediakannya karena terkadang wijen-wijen ini dipergunakan untuk memberikan sentuhan khas pada masakan Korea. Sering juga saya menaburkan sedikit wijen putih pada semangkuk cereal buah membuat sarapan pagi menjadi lebih bergizi. Kali ini dengan sedikit usaha, geti wijen dengan mudah bisa di buat sendiri di rumah hanya dalam tempo 15 menit saja. ^_^


Seringkali kita meremehkan biji wijen yang berukuran kecil dan berwarna putih dan hitam ini, umumnya selama ini biji wijen hanya digunakan sebagai pelengkap penderita saja misalnya sebagai hiasan pada aneka panganan tradisional. Minyak wijen sendiri jarang dimasukkan ke dalam salah satu komponen penyedap masakan di kuliner Indonesia berbeda halnya dengan masakan China, Jepang dan Korea. Padahal kalau kita mau telusuri lebih jauh banyak sekali manfaat biji wijen yang mungkin kurang kita kenal. 

Selama ribuan tahun lamanya biji wijen (sesame seeds) telah lama dikenal sebagai sumber makanan dan minyak (sesame oil). Wijen merupakan biji yang memiliki kandungan minyak tertinggi dibandingkan biji lainnya, beberapa varitas wijen bahkan memiliki kandungan minyak hingga 50% dibandingkan dengan kedelai yang hanya 20% saja. Minyak wijen merupakan jenis minyak yang paling stabil dengan masa simpan yang lama dikarenakan kandungan antioksidan alaminya yang tinggi yaitu sesamin, sesamolin dan sesamol. Minyak wijen biasanya digunakan dalam masakan sebagai minyak salad dan margarine, dan mengandung sekitar 47 % oleat dan 39% asam linoleat. Minyak wijen sebagaimana minyak dari biji bunga matahari, kaya akan kandungan Asam Lemak Omega 6 tapi kurang akan kandungan Asam Lemak Omega 3. Selain itu minyak ini juga kaya akan protein, sekitar 24% dari bobotnya.


Biji wijen merupakan komponen yang umum digunakan dalam aneka makanan di beberapa negara. Umumnya biji digunakan untuk memberikan rasa khas kacang di dalam masakan. Terkadang biji wijen juga ditambahkan ke dalam roti, misalnya pada bagel dan di permukaan roti burger. Salah satu makanan yang cukup terkenal yang terbuat dari wijen adalah tahini. Ini adalah nama makanan khas Timur Tengah dan Turki yang terbuat dari biji wijen yang dihaluskan. Bentuknya seperti pasta pekat dan biasanya memiliki dua macam rasa, manis dan asin. Fungsinya seperti saus dimana makanan dicelupkan ke dalamnya sebelum disantap. Beberapa waktu lalu seorang teman pernah memberikan saya sebotol tahini manis yang tampilannya mirip seperti selai kacang namun memiliki rasa yang lebih lembut dan tentunya bebas aroma kacang tanah yang khas. Saya biasanya menyantapnya dengan sepotong roti panggang dengan kucuran madu di atasnya, rasanya sedap dan legit.


Kembali ke geti wijen yang kali ini saya posting, membuatnya sangat mudah. Bahan utama yang anda perlukan adalah biji wijen putih dan hitam, jika wijen hitam sulit anda temukan skip saja dan ganti dengan biji wijen putih. Biji wijen harus anda sangrai terlebih dahulu agar matang sebelum anda mencampurkannya ke dalam bahan lainnya. Untuk biji wijen hitam memang cukup sulit mengetahui apakah biji telah matang atau belum karena itu waktu sangrai sekitar 1 - 2 menit saya rasa cukup untuk membuat biji-biji menjadi matang dengan baik. Poin penting dalam pembuatan geti adalah pembuatan sirup gulanya, terlalu encer akan membuat geti lembab dan sulit keras kala telah dingin, dan terlalu pekat akan menyulitkan kita untuk mencampurnya dengan wijen. Sirup dikatakan telah jadi ketika konsistensinya telah kental dan saat diteteskan ke dalam air maka sirup akan mengeras menjadi gula dengan cepat. Saat itu segera masukkan bahan lainnya dan aduk dengan cepat. 


Sayangnya geti yang saya buat walau rasanya yummy dan cukup keras namun tidak memiliki tekstur sekeras dan se-crunchy geti yang pernah saya cicipi dahulu kala. Seingat saya geti yang dijual di warung mampu mengeluarkan suara gemeretak kala digigit. Kemungkinan karena gula yang saya gunakan kurang banyak porsinya atau mungkin sirup yang saya buat konsistensinya kurang kental atau mungkin juga wijen yang kurang kering saat disangrai. Next trial mungkin akan lebih baik. Nah selain wijen anda juga bisa menambahkan kacang tanah atau biji bunga matahari sangrai ke dalam adonan geti untuk membuat geti menjadi lebih berisi. Bagi penyuka jahe, sedikit air parutan jahe segar bisa juga ditambahkan untuk memberi aroma dan rasa jahe yang khas. Simpan geti dalam wadah tertutup rapat karena terlalu lama membiarkannya terbuka terkena udara langsung akan membuat geti menjadi melempem.

Berikut resep dan prosesnya ya.


Geti Wijen
Resep hasil modifikasi sendiri

Tertarik dengan resep kue tradisional lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Karakeling - Kue Berselimut Gula
Kue Biji Ketapang - Gurih Manis dan Renyah
Camilan Renyah dan Gurih Si Kue Bawang


Untuk 12 potong geti ukuran 8 x 2 cm

Bahan:
- 30 gram wijen hitam sangrai
- 70 gram wijen putih sangrai
- 1 sendok makan air, sekitar 15 ml
- 40 gram gula pasir, sekitar 1 1/2 sendok makan
- 1 sendok makan madu
- seujung kuku garam
- 1/2 sendok makan mentega

Cara membuat:
Siapkan sehelai kertas baking ukuran 20 x 20 cm di permukaan meja. Lipat kertas menjadi dua bagian hingga terbentuk garis tengah. Kita akan menggunakannya untuk menggilas geti. Sisihkan.


Siapkan wijen putih dan hitam, sangrai masing-masing wijen secara terpisah di wajan menggunakan api yang sangat kecil. Wijen mudah sekali matang terpanggang, selalu aduk selama wijen di sangrai. Jika warnanya mulai sedikit keemasan segera angkat.

Untuk wijen hitam tanda wijen matang lebih sulit karena itu sangrai wijen selama 1 - 2 menit, angkat.



Siapkan panci kecil, campur jadi satu air, gula, garam, dan madu. Masak dengan api kecil hingga mendidih sambil diaduk-aduk hingga tercapai konsistensi yang kental dimana ketika sirup jika dimasukkan ke air dingin akan langsung mengeras.

Masukkan mentega, aduk hingga mentega menjadi larut.



Angkat panci dari atas kompor, tuangkan wijen yang telah disangrai ke dalam sirup gula dan aduk cepat dengan sendok hingga tercampur rata. Tuangkan wijen di salah satu sisi kertas baking, lipat kertas hingga wijen tertutup, tekan dengan telapak tangan agar pipih.


Gilas geti dengan dengan kayu penggilas atau rolling pin hingga pipih. Buka kertas, biarkan geti agak dingin supaya sedikit mengeras. Potong bagian tepi-tepi geti yang tidak rata dengan pisau tajam, jika geti agak rapuh ketika dipotong diamkan sejenak hingga mengeras.

Potong-potong geti sesuai ukuran yang diinginkan. Masukkan ke kulkas agar cepat keras, dan simpan dalam wadah kedap udara agar tidak melempem. Siap disantap. Yummy!


Sources:
Wikipedia - Sesame

Wikipedia - Tahini
 



18 komentar:

  1. praktis & sehat, bisa buat sajian lebaran jg nih ya, mba' ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya mba mila, sambil bernostalgia juga ya hehehhe

      Hapus
  2. mbak tanya itu airnya 15 ml dan satu sendok makan madu, tapi di gambar airnya kok kelihatannya banyak ya? mhn infonya..makasiii sblmnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. 1 sendok makan internasional itu setara dengan 15 ml mba, jadi kalau punya sendok ukur silahkan pakai kalau nggak pakai takaran 15 ml ya

      Hapus
  3. Aq sukaaaa ini mbaaak. Owalah namanya geti wijen to?baru tau. Cari wijen hitam dulu deh.baru punya stok putih. 'Kemrethek' nek digigit. Endess^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai mba Ridha, tidak pakai wijen hitam juga gak papa mba, campur dengan kacang tanah goreng/sangrai juga oke ya hehee

      Hapus
  4. Ini kue sederhana tp enak ya Mbak,,,
    Mbak Endang,mau request resep onde-onde ketawa versi mini boleh ga?hehehe
    Trimakasih ya Mbak...
    -Diar-

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya tapi gak bs makan banyak2 bisa diabetes wakakka. Wijennya sih bergizi ya, tapi gulanya gak kuat. onde2 ketawa yaaa, hmm makanan jadul ya, cari resep tokcernya dulu ya.

      Hapus
  5. simbahku dulu suka bikin penganan ini mbak,tapi pakai kacang tanah,jadi nostalgia ke masa kecil nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, biasanya pakai kacang tanah ya, kayanya lebih gurih dengan kacang tanah.

      Hapus
  6. Mbak Endang memang top, membuat sendiri dan mendokumentasikan makanan tradisional. Kita-kita sering kangen tapi kebingungan gimana caranya mbikin. Ditunggu lagi resep-resep yang tradisional dan unik2 ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba erlin, thanks sharingnya ya. makanan tradisional memang sering terlupakan tetapi sebenarnya menarik untuk dicoba ya.

      Hapus
  7. kalau ngak ada madu dan mentega apa masih bisa buat camilan ini? makasi:-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bisa, ganti saja madu dengan gula pasir dan mentega dengan minyak, takarannya sama ya

      Hapus
  8. mbak ko lengket di kertas ya? kira2 kenapa ya mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba, saya rasa kertas bakingnya bermasalah ya, pakai yang oke ya kertasnya, ciri2nya agak tebal dan seperti ada lapisan lilin di permukaannya. karena memang ada beberapa jenis kertas baking di pasaran,

      Hapus
  9. halo, mbak endang, salam kenal.Kemarin saya coba resep mbak, karena wijen putihnya hanya sedikit. lalu saya beri tambahan chia seed dan kacang tanah. Ternyata rasanya enak.
    maksih mba sharingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal Mba Fidia, thanks sharingnya ya, senang resepnya disuka, sukses yaa

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...