26 Mei 2015

Membuat Gulai Rebung, Kacang Panjang dan Kacang Merah a la My Mom



Bambu adalah tanaman yang selalu membuat saya bernostalgia tentang masa kecil tatkala melihatnya tumbuh entah dimana. Begitu banyak pengalaman suka dan duka yang saya alami jika berbicara tentang tumbuhan super ini dan semua terjadi ketika saya masih duduk di sekolah dasar di Paron. Sebagaimana desa di daerah lainnya di Jawa, maka Paron dipenuhi dengan sawah dan ladang yang menghijau serta pohon bambu yang tumbuh subur dimana-mana. Bambu apus dan bambu petung adalah dua jenis bambu yang saya ingat banyak tumbuh di halaman rumah dan kebun penduduk. Bambu apus langsing, gemulai,  lentur dan memiliki lingkar batang yang tidak terlalu lebar dan biasanya digunakan untuk membuat aneka kerajinan tangan dan perkakas rumah tangga. Sedangkan bambu petung kekar, bongsor, besar, menjulang tinggi, dan umumnya digunakan untuk bahan bangunan rumah.  

Begitu banyaknya bambu tumbuh membelukar disetiap sudut 'tegalan' maka tak heran jika mata pelajaran ketrampilan di sekolah banyak diisi dengan prakarya dari bambu. Nah salah satunya yang sering membuat saya sakit perut dan nightmare adalah membuat kipas bambu. ^_^


Jika Ibu Guru mulai mengeluarkan instruksi, "Minggu depan mengumpulkan kipas bambu ya anak-anak," dan tanpa diiringi dengan step by step proses membuatnya maka rasa-rasanya saya ingin menangis dan menjerit. Bagi bocah berusia sembilan tahun maka sehelai kipas bambu yang paling sederhana bentuknya pun teramat sulit dibuat. Ibu saya tentunya seorang Super Mom, tetapi beliau berasal dari Tanjung Pinang dan seumur hidupnya tidak pernah bersentuhan dengan bambu jadi bisa dimaklumi jika beliau tidak tahu mengenai prakarya kipas bambu. Alm. Bapak saya yang seorang tentara,  saat kami masih kecil lebih sering berdinas di Tanjung Pinang dan hanya setahun sekali datang ke Paron. Jadi beliau pun tidak bisa diandalkan untuk banyak membantu dalam urusan remeh-temeh ini. 

Nah satu-satunya yang bisa saya lakukan adalah mengikuti teman-teman di sekolah bergerilya di kebun-kebun bambu, mencari bambu terbaik untuk prakarya. Terus terang dari seluruh step by step membuat kipas bambu, maka step mencari bambu di kebun adalah bagian yang paling saya sukai karena bisa berkeliaran di kebun dan sawah yang penuh dengan pepohonan, sekaligus saya juga bisa mencari rebung. ^_^ 


Hal yang masih saya ingat adalah setelah si bambu apus ditemukan, ditebang dan dipotong pada masing-masing ruasnya, kemudian potongan bambu ini dibelah menjadi bilah selebar satu sentimeter. Masing-masing bilah ini kemudian di belah melintang menjadi berlembar-lembar helaian bambu yang super tipis untuk kemudian dianyam sebagai dasar lembaran kipas. Agar helai bambu menjadi halus dan smooth sehingga kipas pun tampil cantik maka permukaannya perlu diserut dengan pisau yang tajam. Bagi si trampil seperti beberapa teman saya yang terbiasa membuat prakarya bambu maka proses menyerut ini dianggap hal yang sepele, namun tidak bagi saya. Berkali-kali helaian bambu putus, terlalu tipis atau hanya menjadi sepotong bambu yang layak untuk tusuk gigi, dan ujung-ujungnya berakhir dengan rasa frustasi. Jika sudah seperti ini sambil menangis tersedu-sedu saya akan datang ke Ibu dan mengadu.

Biasanya yang terjadi kemudian adalah kami bertiga yaitu saya, Ibu dan kakak saya, Wulan, akan duduk 'mendeprok' di atas tikar dan mulai bergotong-royong membuat sehelai kipas bambu. Hasil akhirnya memang tidak bisa disebut sebagai masterpiece, jahitan pada tepian kipas terlihat amburadul sementara gagangnya yang terbuat dari rotan hasil mempreteli kursi Mbah Lanang, susah menempel di lembar kipas. Namun itu sudah cukup membuat senyum saya terkembang lebar, stress menjadi hilang dan berangkat sekolah dengan riang. ^_^


Wokeh kembali ke gulai rebung yang kali ini saya posting. Rebung alias tunas bambu muda adalah sayuran sehari-hari ketika saya masih kecil. Ibu saya biasanya membelinya di pasar ketika si rebung masih terbungkus oleh kulit luarnya yang penuh dengan glugut yang gatal. Ukuran rebung di Paron sangat jumbo dan ketika dimasak maka satu panci besar gulai rebung bisa kami makan berhari-hari. Harga yang murah dan  mengenyangkan merupakan alasan utama, selain tentu saja teksturnya yang renyah sekaligus juga lembut memang sedap diolah menjadi aneka masakan. Di Paron, kami menamainya dengan nama  'sayur gedhek', gedhek adalah anyaman bambu dan dengan menyebutnya seperti itu sekaligus sebagai cemohan bahwa sayuran yang murah ini biasa dikonsumsi oleh kalangan kurang mampu. 

Dulu saya bahkan kurang menghargai usaha Ibu saya yang telah bersusah payah menghidangkannya, namun kini  setelah tinggal di Jakarta saya menyadari betapa susahnya menemukan rebung dan betapa rindunya saya padanya. Jadi ketika weekend kemarin mata saya tertambat pada seember besar rajangan rebung yang telah direbus maka tanpa banyak 'cing-cong' lembaran rupiah pun langsung berganti dengan setengah kilo rebung seharga dua belas ribu rupiah. 


Jika anda memiliki kesempatan untuk mendapatkan versi segar rebung yang belum diolah sama sekali tentunya lebih baik. Biasanya Ibu saya akan mengirisnya menjadi lembaran yang super tipis dan merendamnya selama semalam, rebung kemudian direbus di dalam air mendidih hingga lunak. Air rebusan rebung lantas dibuang agar masakan tidak pahit dan berbau. Olahan rebung yang menjadi andalan beliau adalah gulai rebung seperti yang saya hadirkan kali ini. Bumbu yang banyak dan lengkap dengan rempah-rempah akan membuat bau aneh rebung menghilang dan rasanya pun menjadi sedap. Biasanya Ibu saya akan menambahkan kacang panjang dan kacang tholo, saya mengganti kacang tholo dengan kacang merah adzuki sisa membuat nachos kemarin. Sayur rebung ini sangat lezat disantap dengan ketupat atau lontong dan jika anda ingin kuah yang lebih lezat maka beberapa potong lemak dan urat sapi bisa juga dimasukkan ke dalam masakan. 

Rebung merupakan makanan dengan kalori dan kandungan gula yang rendah, namun kaya akan  serat makanan, protein, vitamin dan mineral seperti potassium, copper dan mangan. Rebung bahkan dikatakan kaya akan protein karena mengandung sekitar 2,65 gram protein per 100 gram rebung segar. Selain itu umumnya rebung tidak mengandung bahan kimia berbahaya sehingga sangat sesuai untuk anda yang lebih memilih sayuran organik untuk dikonsumsi. Jadi tidak perlu ragu untuk memasukkan sayuran ini di dalam menu anda ya. 

Berikut resep dan proses gulai rebung a la Ibu saya.


Gulai Rebung a la My Mom 
Resep hasil modifikasi sendiri

Untuk 5 porsi

Tertarik dengan resep gulai sayuran lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Gulai Nangka dan Kacang Panjang a la My Mom
Gulai Pakis a la My Mom
Gulai Daun Singkong - Menu Kegemaran Abang 

Bahan:
- 400 gram rebung yang sudah diiris dan direbus hingga lunak
- 1 ikat kacang panjang, sekitar 15 batang kacang panjang, potong sepanjang 3 cm
- 2oo gram kacang merah yang telah direbus hingga lunak
- 1 liter air
- 300 ml santan dengan kekentalan sedang (saya melarutkan 1 buah santan kental instan 70  ml dengan 300 ml air)

Bumbu dihaluskan:
- 6 buah cabai merah keriting
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1/2 sendok makan ketumbar sangrai
- 1/4 sendok teh jintan
- 4 butir kemiri sangrai 
- 2 cm kunyit
- 1 sendok makan ebi (udang kering), rendam hingga lunak

Bumbu lainnya:
- 2 sendok makan minyak untuk menumis
- 4 lembar daun salam
- 4 cm lengkuas, belah dua membujur dan memarkan
- 2 cm jahe, memarkan
- 2 batang serai, ambil bagian putihnya saja dan memarkan
- 4 lembar daun jeruk purut
- 1 1/2 sendok makan gula jawa sisir
- 1/2  sendok makan garam

Cara membuat:


Siapkan rebung, jika anda membeli rebung yang sudah diiris dan dipotong-potong tipis seperti yang saya beli maka rebus kembali rebung dalam air mendidih hingga benar-benar lunak dan hilang bau pesingnya.  Tiriskan dan buang air rebusannya. 

Siapkan panci, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus, daun salam, lengkuas, jahe, serai, dan daun jeruk purut hingga bumbu harum dan matang, aduk-aduk selama ditumis agar bumbu tidak gosong. 

Masukkan rebung rebus, aduk sebentar hingga rebung tercampur dengan bumbu. Tambahkan air dan rebus hingga mendidih. Masukkan kacang panjang dan kacang merah, aduk dan masak hingga kacang panjang lunak.


Tambahkan santan, gula dan garam, aduk rata dan masak dengan api kecil hingga kuah mendidih dan matang sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah. Cicipi rasanya dan sajikan. Yummy!



10 komentar:

  1. Mba, kalo mau tahun baru cina, ibu mertua saya selalu bikin sayur tumis dari rebung ini, pake daging cincang sama kecap.. Mama saya bikin lumpia.. Tinggal suami saya yang ngomel2 kebauan.. Hahaha.. Btw, makasih ya utk resepnya, kapan2 mau coba.. Kan bisa utk lontong cap go me ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba joyce, enak kayanya tuh sayur tumis rebung, pakai daging cincangnya. Pengen coba bikin juga kalau ada rebung lagi dipasar hehhehe. thanks sharingnya yaa

      Hapus
  2. Hehehe.. ceritanya persis seperti yg dialami anak saya yang jadi pucat pasi, stress, lari sana kemari nggak tentu arah kl sdh ada PR menggambar dan prakarya. Ya sudah, alamat emak sama bapaknya yang jumpalitan nggarap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waakak iya mba Devy, yang sibuk prakarya emak sama bapaknya yaa, kayanya sama persis dengan saya, paling sebel kalau mata pelajaran ketrampilan huaaa

      Hapus
  3. Orang ngawi ya mbak...
    Lgi kngen msakn ibukk
    Nyari resep ehhh ketemu mksih mbak resepnya ... Salam knal dr ngawi hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. iyaa, Paron- Ngawi tepatnya hehehhe. salam kenal juga yaa Mba Warih, ini sayur memang suka dimasak ibu saya juga di paron hehhehe

      Hapus
  4. Halo mba salam kenal, mau tanya kalau misalnya tidak ada rebung bisa diganti dgn labu siam atau apa sayur lain apa ya mba? Mksh

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Nimas, bs pakai labu siam, pepaya muda, nangka muda, semua enak ya

      Hapus
  5. Mb endang....resep ini memang gak pakr kunyit ya?

    Imel

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba imel, pakai yaa, lupa di resep, pakai 2 cm kunyit ya. thanks koreksinya

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...