Apa yang membuat anda menyukai Chinese food? Jawaban pertama pasti karena rasanya yang lezat. Masakan China memang terkenal kelezatannya, mungkin karena berton-ton MSG yang ditambahkan ke dalamnya? Ups! Tentu saja bukan karena itu semata, tapi lebih karena bumbunya yang light, bahan yang segar dan dimasak dalam tempo yang singkat. Semua itu membuat masakan terasa lebih fresh, tidak berat oleh bumbu, sehingga rasa bahan aslinya masih kental di lidah. Untuk menghasilkan itu maka pemilihan bahan masih segar dan dalam kondisi baik memegang peranan yang sangat penting. Jika bahan bakunya berkualitas oke maka bumbu simple pun akan membuat masakan terasa mantap surantap.
Jika menyantap Chinese food di resto atau warung di tepian jalan, maka ada satu menu yang umum dan sangat sering kita temukan, apalagi jika bukan tumisan sayur atau protein hewani dengan saus kental kecoklatan. Biasanya menu menuliskannya dengan nama saus tiram. Buncis saus tiram, jamur saus tiram, brokoli saus tiram, kangkung saus tiram hingga udang, ayam, atau daging sapi dengan embel-embel saus tiram dibelakangnya. Saus ini sepertinya menjadi andalan hampir semua resto Chinese food dan saya menyukainya! Hmm ralat, kita menyukainya tepatnya. ^_^
Ibu saya asli berdarah China namun sejak kecil dibesarkan oleh Ibu angkat yang asli Jawa, beliau sama sekali tidak menyukai masakan China. Sementara alm. Bapak saya adalah Jawa tulen namun beliau penggemar berat masakan China. Ketika kami masih tinggal di Tanjung Pinang dimana resto China dan 'akau' bertebaran dimana-mana maka Bapak saya seakan menemukan surga makanan dunia sementara Ibu saya menganggapnya sebagai musibah. Ketika tanggal gajian tiba, Bapak akan mengajak kami sekeluarga makan diluar. Selalu, dan selalu kami akan terdampar di restoran masakan China favorit Bapak dan beliau akan memesan mie atau kwetiaw segambreng. Ibu saya seperti biasa tidak akan menyentuh semua makanan tersebut dan memilih menyantap sepiring gado-gado atau rujak. Bahkan hingga sekarang pun beliau tetap anti masakan China sehingga kami harus berhati-hati ketika mengajak beliau makan di luar. ^_^
Di luar isu MSG yang selalu erat dikaitkan dengan Chinese food maka jenis masakan ini sangat saya gemari, dan yang paling menyenangkan karena bumbunya yang simple maka mudah dibuat di rumah. Masih ingat dengan tayangan 'Wok with Yan' ? Ah jika anda generasi jadul seperti saya maka tayangan ini dulu terkenal ketika kita masih kecil. Chef China bernama Stephen Yan dengan apronnya yang menampilkan aneka kalimat dengan kata 'wok' didalamnya, gayanya yang lucu, logat Inggrisnya yang kental dengan aksen China, dan wajahnya yang penuh humor akan menampilkan aneka masakan yang hampir semuanya diisi dengan bumbu garlic and ginger. Mau bahan apapun yang digunakan maka kedua bumbu ini pasti akan muncul dan masakan diakhiri dengan tepung maizena yang dilarutkan.
Dulu saya berpikir betapa tidak kreatifnya Mister Yan membuat masakan, dibandingkan dengan masakan Indonesia yang 'ribet' maka makanan yang diciptakan oleh Stephen Yan terasa super duper mudah namun hasil akhirnya selalu membuat saya ingin mencicipinya. "Ma, bikin tumisan kaya gitu loh," tunjuk saya ke televisi saat Stephen Yan mengaduk potongan daging ayam yang ditumis bersama bawang putih cincang dan rajangan jahe. "Hah, masakan apa itu? Nggak enak," sergah Ibu saya dengan wajah sama sekali tidak berminat. ^_^
Sekarang tentu saja saya tahu, basic bumbu Chinese food memanglah bawang putih dan jahe, dengan tambahan merica dan daun bawang, serta tentu saja segambreng aneka saus dan minyak yang sepertinya memegang peranan vital. Sebut saja soy sauce alias kecap asin, oyster sauce (saus tiram), sesame oil (minyak wijen), fish sauce (kecap ikan), rice vinegar (cuka beras), dan shaoxing wine (arak beras). Beberapa bumbu ekstra lainnya seperti cabai kering, Sichuan peppercorn, kembang lawang, kayu manis, ketumbar, jinten dan cengkeh ditemukan pada gaya kuliner Sichuan yang beberapa resepnya pernah saya hadirkan di JTT, misalnya saja di 30 Menit Ayam Kung Pao, Buncis a la Szechuan, atau Bihun Pedas dengan Ayam Cincang a la Szechuan.
Seperti yang saya sebutkan di paragraf pertama, kunci untuk menghasilkan masakan China yang lezat memang terletak pada pemilihan bahan-bahan yang digunakan. Harus fresh dan dalam kondisi yang baik. Selain itu, jangan terlalu 'berhitung' untuk memilih merk saus atau minyak yang digunakan. Saus seperti kecap asin, saus tiram, kecap ikan dan minyak wijen yang berkualitas baik akan memberikan rasa masakan yang jauh, dan jauh lebih sedap dibandingkan dengan merk umum yang murah harganya. Saus-saus ini mungkin dibandrol dengan harga lebih mahal namun percayalah jika disimpan di dalam kulkas akan awet berbulan-bulan lamanya dan bisa dipergunakan untuk berpuluh-puluh masakan.
Untuk merk kecap asin saya menggunakan Lee Kum Kee premium soy sauce, kecap asinnya tidak terlalu asin sehingga nyaman digunakan, artinya kalau terlanjur terguyur banyak di masakan tidak membuat kita melompat-lompat panik. Selain itu kecap asin yang baik berperan memberikan rasa gurih dan unik di dalam masakan. Untuk kecap asin lokal saya pernah mendapatkan kiriman kecap asin dari salah satu pembaca JTT, merknya 'Cap Patkwa' dari Sukabumi. Rasanya ternyata maknyus dengan aroma yang agak kuat. Saat ini kecap asin dalam botol kecil ini nangkring di meja kantor dan sering saya gunakan untuk menambah rasa sedap di oatmeal, bubur ayam atau salad. Yep, salad. Seperti tadi pagi saya membuat semangkuk besar salad ketimun dan tomat dengan dressing yang hanya terbuat dari jeruk nipis, merica, garam dan kecap asin 'Cap Patkwa'. Rasanya super duper mantap. ^_^
Saya cukup cinta dengan Lee Kum Kee, karena itu saus tiram dan minyak wijen (sesame oil) pun saya menggunakan merk ini. Untuk saus tiram, saya menggunakan Lee Kum Kee Panda brand, versi ini mengandung MSG. Lee Kum Kee juga mengeluarkan produk saus tiram bebas MSG namun sulit ditemukan di Indonesia, untuk versi yang ini akan ada keterangan 'Non MSG' di botolnya, jika kebetulan anda ke Singapura atau Malaysia maka jangan lupa untuk menyempatkan diri berburu saus ini di supermarket. Nah jika anda ragu dengan kehalalan Lee Kum Kee maka silahkan browsing untuk mencari informasinya di internet, namun setahu saya merk ini halal. Untuk kecap ikan, saya pernah menggunakan berbagai merk seperti Gold Fish, Squid dan Lee Kum Kee, semuanya memiliki rasa yang tidak terlalu jauh berbeda. Perlu saya tekankan jika semua merk yang disebutkan diatas hanyalah sekedar sharing, saya tidak mendapatkan kredit apapun atas penyebutan merk-merk tersebut ya.
Kembali ke resep buncis, jamur dan udang saus tiram kali ini. Proses membuatnya sangat mudah, semudah masakan a la Stephen Yan di Wok With Yan. Buncis, sebaiknya menggunakan baby buncis, dikukus atau rebus terlebih dahulu hingga setengah matang. Cara lainnya adalah buncis digoreng dengan sedikit minyak, namun saya menghindari penggunaan minyak yang terlalu banyak di masakan. Tidak perlu merebus buncis hingga tewas dua kali, cukup setengah matang saja sehingga rasa manis dan tekstur crunchy-nya masih melekat. Sayuran lain yang sedap sebagai pengganti buncis adalah brokoli, kangkung, bayam, caisim, pakchoy, kembang kol, atau wortel.
Jamur, saya menggunakan shimeji, jamur ini memiliki dua jenis warna yaitu putih dan coklat. Keduanya sama enak dan tidak berbeda rasanya, jadi tidak perlu ragu-ragu menggunakannya di masakan. Pilih jamur yang masih tampak kaku, segar, tanpa ada noda gelap di permukaannya. Biasanya jamur ini dikemas rapi di dalam cup plastik dan bergerombol rapat seperti enoki. Jamur jenis lain seperti enoki, merang, shiitake, atau tiram juga sedap sebagai pengganti shimeji. Jamur dan udang kecil lantas ditumis sebentar bersama bumbu, ditambahkan air kaldu ayam dan dikentalkan dengan maizena. Tumisan ini kemudian diguyurkan ke buncis yang tadi telah dikukus/rebus. So simple!
Berikut resep dan prosesnya ya.
Resep Buncis, Jamur & Udang Saus Tiram
Resep hasil modifikasi sendiri
- 20 - 30 buah buncis (baby buncis lebih baik), buang pangkal batangnya
- 1 pak jamur shimeji, bisa menggunakan jenis jamur lainnya. Siangi dan lepaskan masing-masing jamur
- 100 gram udang kecil, biarkan utuh
Bumbu:
- 1 sendok makan minyak untuk menumis
- 3 siung bawang putih, cincang halus
- 2 cm jahe, cincang halus
- 2 sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan kecap asin
- 1 sendok teh gula pasir
- 1/2 sendok teh merica hitam butiran tumbuk kasar
- 100 - 200 ml kaldu ayam
- 1 sendok teh tepung maizena, dilarutkan dengan 3 sendok makan air
Cara membuat:
Siapkan panci, isi air dan 1 sendok teh garam. Masak hingga mendidih, masukkan buncis dan rebus hingga setengah matang saja.
Jangan terlalu lama merebus karena akan membuat buncis menjadi terlalu lunak dan hilang kerenyahannya. Angkat dan tiriskan buncis.
Siapkan wajan, panaskan minyak. Tumis bawang putih dan jahe hingga harum.
Masukkan saus tiram, kecap asin, gula pasir, dan merica. Aduk rata dan tumis
selama 10 detik, bagian ini penting untuk membuat saus matang dan menjadi harum.
Masukkan kaldu ayam, masak hingga mendidih. Tambahkan jamur dan udang
kecil, aduk dan masak hingga udang berubah warnanya. Tuangkan larutan maizena,
aduk dan masak hingga kuah sedikit mengental. Cicipi rasanya, angkat.
Note: Jangan memasak terlalu lama, jamur hanya cukup hingga layu saja dan
jika udang telah berubah warnanya maka tandanya sudah cukup matang.
Tata baby buncis di piring, siram dengan tumisan udang dan jamur. Hidangkan panas-panas bersama nasi putih. Super yummy!
Assalamu alaikum Mbak Endang
BalasHapusKemarin di hari minggu yang waktunya memang buat istirahat dan tak ingin berlama-lama di dapur, saya pun memilih menu ini untuk lauk makan siang. Karena di warung dekat rumah tak ada baby buncis, akhirnya kacang panjang yg muda-muda pun jadi pilihan, saya kukus sebentar agar lebih crunchy. Udang diganti dengan ayam cincang dan jamur kalengan (lagi-lagi karena tak ada jamur segar yang dijual dalam jarak yang dekat dari rumah hehehehe)
Di akhir saya tambahkan sedikit minyak wijen, voilaaaa...krucils2 yang tak sabaran untuk melahap lauknya pun jadi semangat, si kakak yang susah sekali makan sayur akhirnya mau menggerogoti kacang panjang dan jamurnya hahahaha, piring lauk tandas seketika. Licin tak bersisa hihihihihi, seperti biasanya hasil contekan dari JTT selalu bikin laris manis di meja makan kami *love love
Walaikumsalam mba Kartika, apa kabarnya Mba? Moga Mba dan keluarga sehat selalu yaa. Thanks sharingnya, hmm pakai kacang panjang saya yakin tetap sedap rasanya hehhehe. Yep, minyak wijen, wakkaka, pasti tambah syedep. Sukses selalu ya Mb! ^_^
HapusAlhamdulillah sehat walafiat, Mbak Endang juga sehat kan? Alhamdulillah....
HapusSukses juga buat Mbak Endang ya, oh iya dapat salam sayang dari Si Sulung saya mbak, Kakak Bella yang suka selalu buka-buka dan hobby baca buku kiriman JTT (hadiah give away kemarin)^^
Hai Mb endang,salam kenal.
BalasHapusKalo mau bikin kaldu dr ayam/sapi, langsung dr air rebusannya atau ada tambahan lain mb?
Trima kasih
Tasya
hai Mba Tasya, salam kenal ya. Saya biasa tambah bombay dan bawang putih mba, coba cek resep kaldu homemade di JTT ya
Hapusmasakannya sudah ter cium harum nyampe sini....
BalasHapuswah thanks ya hehhehe
HapusHalo mb Endang,tampilan masakannya keren deh. Semisal sy pake bahan buncis biasa enak ga ya? Krn susah cr baby buncis, supermarket lumayan jauh dr rumah dan d pasar biasanya jualnya buncis biasa
BalasHapushai mba Fita, yep tetap enak pakai buncis biasa ya, pilih yang muda, menurut saya gak masalah ya
HapusTernyata saus2 harus ditumis sebelum bahan utama dimasukkan ya mba biar makin harum.. (dapat ilmu baru)... Terima kasih...
BalasHapusyep, aroma dan rasanya lebih nendang mba, termasuk juga kecap manis, sebaiknya terkena dinding wajan, supaya berubah menjadi karamel
Hapusmbaaa aku barusan masak ini buat sarapan.. tp bumbunya aja yg sama, bahannya beda semua. abis ga ada sih..pake bok coi, daging cincang, dan bakso homemade resep jtt jg, uwennaaaaak banget mba..makasih. duh pasti ntr suami mba beruntung bgt yaaa.. *ngiriii sama mba endang*
BalasHapusThanks Mba Dhia sharingya ya, senang resepnya disuka, sukses yaaa
Hapusselalu suka resep JTT 😍 mau share info skalian, LKK saus tiram non MSG cukup byk kok di Indo.. carinya d supermarket yg jual brg2 import, misal papaya. harganya 50rb an krg lbh :)
BalasHapusThanks Mba Meg infonya yaa, kalau ke Papaya pengen beli, moga ada yaa.
Hapuseh maaf 24rb hahaha. sama2 mbak endang :)
HapusMbak Endang ceritain dong tentang mamanya mbak Endang yg asli berdarah cina...kok sampe bisa diasuh oleh ibu angkat orang Jawa,..keluarga2 Dr mamanya mbak Endang apa ya di jkt semua mbak?
BalasHapusNur_padasan
waaah ceritanya panjang hehehe, bisa jadi 1 novel mba. keluarga ibu saya ada di Tanjung Pinang Mba.
HapusSelalu sedep deh mbak....semua resep jtt di coba....selalu dpt pujian suami....kue nastarnya juga makyusss...
BalasHapusthanks ya Mba, senang resepnya disuka
HapusSederhana ..tpi enak ....anak2 jdi suka...pokoknya setiap coba resep jtt selalu okee di meja makan....
BalasHapusThanks mba Sri Yanti, senang resep JTT disuka, sukses yaa
Hapus