04 November 2019

Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 2)


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Rujak pindang, Warung Men Runtu, Sanur

Rujak pindang Bali. Sudah lama saya penasaran dengan rasa makanan ini tapi semakin penasaran dan menggebu kala Mbak Fina, rekan kantor saya yang baru saja kembali dari Bali bulan lalu, mengirimkan foto rujak pindang yang dicobanya disalah satu resto disana.  Ketika saya berkunjung ke Bali minggu lalu, makanan ini salah satu target utama kuliner yang harus dicoba. Saya sudah membuat list makanan lokal yang hendak dijajal selama stay di Bali, diantaranya adalah ayam betutu, sate lilit, dan rujak pindang, makanan diluar itu saya anggap sebagai bonus. Saya mencari infonya di Trip Advisor dan menemukan resto Warung Men Runtu, jalan Sekuta No.32 C, Sanur. Jaraknya cukup dekat dari hotel, bisa dijangkau dengan motor atau dengan taksi online hanya sekitar 25 ribu rupiah saja.

Rujak pindang Bali berupa irisan rujak buah-buahan seperti mangga mengkal, pepaya mengkal, jambu biji, jambu air, nanas dan bengkuang yang diguyur dengan kuah pindang ikan. Menurut Mbak Fina, cita rasanya sama sekali tidak amis. Saya percaya dengan teman saya ini, karena dia termasuk picky eater dan akan menolak mentah-mentah  jika ada sedikit aroma atau rasa yang kuat pada makanan. Ketika makanan ini saya ajukan ke Lily, teman saya selama berlibur di Bali, dia agak sedikit skeptis dengan cita rasa makanan bernama rujak pindang. "Ah apa nggak amis itu Ndang, soalnya kan dia pakai kuah pindang dari rebusan ikan?" komentarnya ragu. Bagi saya si penyuka ikan dan seafood, sedikit rasa amis pada makanan berbahan dasar ikan masih bisa diterima oleh lidah, asalkan tidak keterlaluan. Menurut saya rasa kuah rujak pindang ini masih bisa diterima dengan indra pencecap.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Bulung boni kuah pindang

Melihat kegigihan saya yang tetap nekat hendak mencicipi rasa rujak pindang, akhirnya di satu sore kami berangkat ke Warung Men Runtu. Supir taksi online kami tahu dengan pasti letaknya bahkan berkata, "Wah itu warungnya ramai terus, selalu penuh kalau saya lewat disana," kami semakin bersemangat  mendengarnya. Warung Men Runtu terletak disebuah jalanan pemukiman penduduk yang tidak terlalu ramai lalu lintasnya. Parkiran yang ada disini hanya motor, itupun dijajarkan didepan rumah disebelahnya. Jika anda datang dengan mobil pribadi maka parkir mungkin menjadi hal yang agak merepotkan. Halaman warung yang cukup luas diisi dengan meja dan kursi untuk para pembeli yang nongkrong dan makan. Tidak ada turis asing sama sekali  disana, mayoritas adalah anak-anak sekolahan, pasangan muda, dan remaja yang sedang kongkow. Warung cukup nyaman, teduh dan terhindar dari gaharnya matahari. Sayang lokasinya yang terbuka dan dipemukiman penduduk membuat kondisinya kurang higienis, banyak lalat berterbangan di piring-piring yang diletakkan di meja.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Rujak pindang kuah gula Bali

Mbak Pelayan datang dengan sigap dan cepat sambil menyodorkan selembar menu berlaminating. Ketika membacanya saya cukup pusing berusaha membayangkan sosok makanannya. Ada berbagai macam versi rujak pindang, mulai dari yang paling simple yaitu rujak kuah pindang hingga rujak kuah pindang gula Bali. Saya dan Lily memesan rujak kuah pindang gula Bali, pikir saya tambahan gula akan membuat si rujak pindang lebih mirip rujak berkuah gula biasa dibandingkan berkuah pindang. Terus terang saya masih ragu dengan rasa kuah pindangnya. Makanan lain yang tertera disitu adalah deretan bulung yang lumayan banyak jenisnya dan membingungkan. "Makanan apa yang direkomendasikan disini dan banyak peminatnya Mbak?" Tanya saya pusing. "Susah juga ya, karena tergantung selera. Ada yang suka bulung boni, ada yang suka jenis bulung lainnya," terang Mbak Pelayan yang sepertinya sama bingungnya dengan saya. "Bulung itu apa Mbak?" Akhirnya saya mengajukan pertanyaan paling mendasar, "Sejenis rumput laut," jawabannya membuat saya ber uh dan ah lega. Kami berpikir bulung itu adalah nama lain dari daging babi. Tentu saja, rumput laut adalah bahan makanan unik yang perlu dieksplore, dimana lagi bisa menemukan rumput laut yang diguyur kuah pindang bukan?


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT

Kami kemudian memutuskan mencoba bulung boni kuah pindang dan bulung campur sambal plecing, bersama dua gelas es daluman (es cincau hijau) dalam kuah santan. Harga makanan disini sangat murah berkisar di 10 ribu rupiah hingga 13 ribu rupiah tak heran menjadi tempat kongkow anak-anak muda yang ingin makanan yang tidak terlalu berat dengan tempat yang cukup nyaman. Makanan pesanan kami datang tidak membutuhkan waktu lama. Dua piring rujak pindang gula Bali, dua gelas es daluman, sepiring bulung boni kuah pindang dan sepiring bulung campur sambal plecing. Rujak pindangnya seperti yang dijelaskan oleh Mbak Fina sebelumnya, gurih, segar, dan tidak ada jejak amis sama sekali. Irisan buah-buahannya cukup banyak, teksturnya mengkal pas untuk rujak buah. Sayangnya kami lupa meminta versi tidak pedas, walaupun si Mbak mengatakan rujak pindang yang disajikan hanya menggunakan 1 butir cabai tapi rasa pedasnya membakar lidah. Sepertinya cabai di Bali memiliki tingkat rasa pedas dua kali lipat dibandingkan di Jakarta. 

Bulung boni adalah sejenis rumput laut hijau dari keluarga Caulerpaceae, termasuk dalam jenis rumput laut sea grapes. Warnanya hijau, bening, dan teksturnya renyah, dibandingkan jenis bulung lainnya maka bulung boni termasuk yang paling disuka, terbukti dari banyaknya piring pelanggan yang terisi bulung jenis ini. Setelah saya mencicipi bulung campur yang berisikan bulung boni dan bulung rambut yang berwarna putih dan hijau, saya harus mengakui bulung boni memang yang paling lezat. Bulung rambut mirip seperti rumput laut putih yang biasa dipakai untuk campuran es, hanya saja ukurannya lebih kecil dan halus. Teksturnya lunak dan tidak ada sensasi renyah ketika mengunyahnya. Bulung boni kuah pindang saya rekomendasikan jika anda hendak mencicipi kuliner ini ketika berkunjung ke Warung Men Runtu.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Bulung campur sambal plecing

Bulung campur sambal plecing berupa campuran beberapa jenis bulung dengan tumpukan sambal plecing yang cukup banyak diatasnya. Sambal plecing yang berwarna merah membara ini memang terlihat cantik didalam foto tetapi ketika dicicipi rasanya tobat pedasnya. Agar bisa menikmati si bulung, saya sampai harus menyingkirkan sambal plecing yang sangat banyak ini. Bagi anda yang ingin mencobanya dan kebetulan kurang suka pedas, maka mintalah sambal plecing terpisah atau dikurangi volumenya. Pasangan muda disebelah saya, sama tak mampunya menghabiskan bulung sambal plecing yang mereka pesan. Saya sendiri tetap nekat menghabiskan  setiap iris buah dan bulung yang disajikan diatas piring, tentu saja minus kuah dan sambalnya.  Selain rujak pindang dan bulung, ada satu menu lainnya yang juga lezat rasanya yaitu tipat cantok. Berupa irisan ketupat dengan saus kacang seperti lotek a la Jogya hanya saja isinya hanya ketupat, saus kacang, dan rebusan tauge. Rasanya lezat! Asin dan manisnya pas, ketupatnya legit dan benar-benar bikin nagih. Kami membeli tipat cantok sebungkus untuk dibawa pulang ke hotel. Setelah merasakan sesendok tipat cantok saya langsung menyesal mengapa tadi tidak memilih menu ini kala bersantap disana!

Sanur menurut saya sangat banyak menyajikan masakan lezat dengan review mantap di TripAdvisor, masih banyak restoran lainnya yang seandainya saja ada waktu sangat ingin saya kunjungi, seperti resto Sup Ikan Salmon - yang juga direkomendasikan oleh follower di IG - warung Pan Kuncung, warung nasi Bali Men Weti, dan masih banyak lagi. Kebanyakan direkomendasikan oleh pembaca di IG dan TripAdvisor.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Ayam betutu Pak Sanur, Ubud

Selepas dari Sanur, ketika di Ubud, kami kemudian mencoba ayam betutu Pak Sanur. Ayam betutu termasuk jenis kuliner lokal yang sudah lama ingin dicoba. Walau di Jakarta ada resto khas Bali yang menyajikan ayam atau bebek betutu yaitu Ayam Betutu Gilimanuk (di Denpasar dan Sanur restorannya juga banyak tersebar), namun jika belum mencobanya langsung di Bali rasa penasaran belumlah terobati. Kebetulan karena sedang di Ubud, dan ayam betutu Pak Sanur cukup kesohor disana, maka kami langsung mendatanginya. Resto ini terletak di jalan Arjuna, akses masuk dari samping resto Tropical di jalan raya Ubud, yang selalu ramai pengunjung. Tidak terlalu jauh berjalan kami telah tiba, sayangnya karena saat itu sudah pukul tiga sore maka warung telah tutup. Karena hari itu kami tidak menginap di Ubud maka rencana ke Warung Pak Sanur pun ditunda hingga akhirnya beberapa hari kemudian kami memutuskan untuk menginap di Ubud selama semalam. Kebetulan letak hotel di jalan Arjuna dan jaraknya super dekat dengan ayam betutu Pak Sanur. Kami berjalan kaki kesana saat mendekati jam makan siang, warung terlihat sepi.


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT
Suasana di resto Ayam Betutu Pak Sanur, Ubud

Warung betutu Pak Sanur hanya menyediakan satu menu yaitu ayam betutu dan aneka kondimennya yaitu tumisan nangka muda, urap, kuah ayam betutu, telur dadar keriting, sambal matah, tumisan tempe dan tahu, serta sambal terasi. Rasanya menurut saya sedap, walau teman saya Lily tidak terlalu menyukainya. Menurutnya, "Enakan nasi padang sama rendang bukan?" Saya ngakak mendengarnya. Well, rasa sedap adalah selera, dan tentu saja tidak bisa dibandingkan antara ayam betutu dan nasi rendang karena memiliki cita rasa berbeda. Saya sendiri menyukainya! Ayam betutunya dari ayam kampung, dagingnya lunak, lembut dan bumbunya meresap hingga ke tulang. Porsinya pas, walau untuk cowok mungkin terasa kurang. Rasa masakannya tidak terlalu pedas, taste manis asinnya pas dengan lidah saya. 


Berburu Kuliner Lokal di Bali Part 2 JTT

Aneka kondimennya biasa saja, tapi tumisan nangkanya lezat. Sepiring nasi berisi ayam betutu dan aneka lauk pauk dan sayuran penunjangnya ini ludes saya sikat, sementara Lily hanya mengaduk-aduk makanan dipiringnya, hampir 60 persen tidak dimakan. Saya bahkan mencomot hati ayam goreng dipiringnya. Seporsi nasi ayam betutu plus teh botol hanya 30 ribu rupiah saja. Jika anda kebetulan berada di seputaran Ubud, pusing mencari pilihan makanan yang terjangkau harganya, atau ingin mencoba kuliner lokal khas Bali maka ayam betutu Pak Sanur ini saya rekomendasikan untuk dicoba.

Nantikan cerita jalan-jalan saya di Bali pada postingan berikutnya ya.

Cerita traveling sebelumnya di Bali ini sudah saya post pada artikel dibawah ini:
Pantai Sindhu dan Pasar Sindhu, Bali
Berburu Oleh-Oleh di Bali (Part 1)
Berburu Oleh-Oleh di Bali (Part 2)

Berburu Kuliner Lokal di Bali (Part 1)



8 komentar:

  1. Menurut mbak endang,ayambetutu di paksanur tsb dipresto atau diungkep dipanci mbak?
    Nur_padasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. diungkep Mba, tulangnya nggak lunak, tapi dagingnya lembut meresap bumbu

      Hapus
  2. assalamualaikum..
    Mbak, bulung di daerah asalku namanya Latoh, biasanya diurap. bersihin nya satu2 krn kdg banyak sesuatu yg nyangkut, dan biar anggur laut yg ceplus2 itu ga pecah, hehheehe. jd cm tega klo buat sendiri. yg macem dikuahin pindang gini belum coba, intinya klo pedes emang uweenaakk.
    makasih sharing makanan Bali selama disana mbak. cucok nih buka channel sendiri di youtube, recommended klo mbak Endang yg review.
    sehat dan sukses selalu ya Mbak Endang..
    -uky-

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah iya, saya juga pernah makan urap latoh, pernah ada teman kos2an dr banyuwangi yang bawain, enak bangeet!

      Hapus
  3. Halo mbak Endang. Terima kasih, saya jadi tahu kuliner Bali (yang bisa saya makan) selain betutu dan nasi campur. Lain waktu ke Bali lagi harus coba aneka makanan yang mbak Endang tayangkan disini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga bingung kalau ke Bali makan apa, terpaksa browsing sana sini hahaha

      Hapus
  4. Meski pernah ke Bali tapi belum pernah makan rujak kuah pindang dan rumput lautnya yang mirip dengan anggur itu, tapi kalau udah ada resepnya pasti ntar coba bikin juga ah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya suka banget sama rumput lautnya, ini susah dicari di jkt, kalau rujak pindang msh bs dibuat sendiri

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...