Pages

07 Maret 2013

Resep Pembaca JTT: Martabak Manis a la Chanti


Anda tahu berapa kali saya harus membuat martabak manis ini hingga akhirnya berhasil mendapatkan martabak yang saya inginkan? Lima kali. Yep, lima kali saya telah membuatnya dan baru kali ke lima lah saya puas dengan hasilnya. Lembut, bersarang dan empuk. Kali pertama saya membuatnya, walaupun hasilnya tidak bisa dibilang bantat, namun kurang bersarang dan lembut. Resepnya bisa anda klik disini. Percobaan kedua, martabak justru bantat total, tidak bersarang sama sekali dan tentu saja berakhir di tempat sampah. Martabak ketiga, sedikit bersarang tetapi karena terlalu tebal maka ketika bagian dasarnya telah gosong, permukaannya belum matang, rasanya sama sekali bahkan tidak seperti martabak, yang ini juga mendarat di tempat sampah. 

Setelah percobaan ketiga yang gagal, saya lantas berhenti sejenak untuk menarik nafas dan mencari strategi lainnya. Saya tahu resep martabak manis satu dan lainnya hampir sama, namun saya yakin pasti ada tips dan trick pada proses pembuatannya  yang menjadikannya berhasil atau justru gagal yang tiba. Iseng-iseng saya bertanya ke teman saya, Chanti di Aceh yang  jago membuat kue, melalui email. Jawabannya membuat saya bersemangat untuk kembali mencoba trial keempat dan kelima. Anda ingin tahu hasilnya? Yuk lanjut! ^_^


Walaupun martabak manis bukan makanan mahal dan mudah ditemui di sepanjang jalan, namun membuatnya sendiri seakan menjadi tantangan tersendiri. Apalagi bahannya sangat mudah diperoleh dan terjangkau harganya. Karena itu tidak heran banyak sekali di antara kita yang penasaran sekali bagaimana proses pembuatannya, tantangan terbesar membuat makanan ini adalah teksturnya yang harus bersarang. Beberapa teman bertanya di fan page Facebook JTT, apakah saya mempunyai resep martabak manis? Dengan sedikit putus asa saya terpaksa katakan saya memiliki banyak resepnya tetapi tidak ada satupun yang mampu menghasilkan lubang-lubang mungil kala dipanggang dan semua sepertinya memiliki masalah yang sama. Saat saya membaca instruksi pembuatan di email Chanti, saya jadi tahu bagian mana yang terpenting dalam pembuatan martabak manis ini. Idenya, ragi harus bekerja dengan sangat efektif sekali dan maksimal dalam menghasilkan gas karbondioksida. Gas yang terbentuk harus sangat banyak di adonan, karena gas-gas inilah yang nantinya akan terlepas saat adonan dipanggang dan meninggalkan jejak seperti lorong, membuat martabak menjadi berlubang-lubang atau bersarang. 


Chanti menyarankan untuk menjemur adonan biang di bawah terik matahari hingga adonan menjadi berbusa-busa. Cara ini membuat saya teringat dengan almarhum nenek saya di Paron, yang selalu menjemur adonan kue apam kala musim kendurian tiba. Saat itu saya masih kecil sekali dan sama sekali tidak tahu proses kimia dibalik itu dan tidak ada yang bisa menjelaskan apa alasannya, hanya jawaban bahwa kue akan mengembang jika adonan di jemur. Nah adonan biang ini terdiri atas santan, ragi, gula dan tepung. Saya sudah menyiapkan santan yang banyak dari dua butir kelapa tua, insting saya mengatakan percobaan kali ini tidak akan mulus hanya dalam satu kali trial saja. Chanti menyarankan adonan biang hanya menggunakan santan hangat, ragi dan gula saja. Walau instruksinya sangat lengkap namun ada satu hal yang lupa saya tanyakan, yaitu kekentalan santan yang digunakan. Kentalkah? Sedangkah? Atau encerkah? Saya lantas menggunakan santan yang agak kental dengan asumsi jika santan makin kental maka rasa martabak akan makin lezat bukan?


Santan lantas saya rebus hingga mendidih dan didiamkan hingga hangat suam-suam kuku. Karena saya menggunakan 1/4 resep yang diberikan maka takaran raginya adalah 1 sendok makan yang menurut saya terlalu banyak untuk 250 gram tepung terigu. Saya lantas kurangi menjadi 2 sendok teh ragi. Perlu anda ketahui saya menggunakan sendok takar khusus untuk baking dimana takaran 1 sendok makannya sangat banyak. Ragi lantas saya masukkan ke dalam santan hangat bersama dengan 1 sendok makan gula pasir dan olala.... ragi menjadi bergumpal-gumpal susah untuk dilarutkan. Seharusnya ragi di haluskan dulu di mangkuk terpisah dengan 3 sendok makan santan, setelah larut baru dicampurkan ke dalam sisa santan. Dengan cara ini ragi menjadi larut dengan sempurna. Sedikit bersusah payah saya akhirnya berhasil juga membuat ragi menjadi larut. Sesuai instruksi Chanti, maka larutan ragi yang disebut biang ini harus di jemur di bawah terik matahari selama 10 - 15 menit atau hingga terbentuk busa yang banyak. Cara ini disebut Chanti sebagai cara instan karena mempercepat proses ragi bekerja. 


Wokeh, 15 menit dijemur, adonan biang mulai terlihat berbusa dan saat spatula saya masukkan ke dalamnya tampak gelembung-gelembung udara yang banyak di dalamnya. Sebenarnya ketika larutan biang saya campur dengan bahan lainnya saya sudah curiga, adonan yang terbentuk pekat dan kental. Tidak terpikir untuk membandingkannya dengan adonan martabak abang-abang di pinggir jalan yang encer, saya justru teringat dengan adonan pancake yang juga kental dan pekat, jadi saya pikir pastilah aman-aman saja. Chanti mengatakan adonan bisa langsung dipanggang di loyang tanpa didiamkan kembali sebagaimana adonan martabak umumnya.  

Lebih dari separuh adonan lantas saya tuangkan ke dalam loyang penggorengan dan proses pemanggangan dimulai. Saat adonan dipangganglah saya baru tersadar bahwa adonan terlalu berat sehingga membuat gelembung-gelembung gas yang sebenarnya  sangat banyak terbentuk tidak bisa mencapai permukaan adonan. Selain itu saya menuangkan adonan terlalu banyak dan karena teksturnya yang pekat membuat adonan menjadi sangat tebal di bagian tengah. Akibatnya walau sudah dipanggang sangat lama dan bagian bawah martabak mulai kecoklatan, namun permukaannya masih basah dan belum matang. Alhasil martabak terpaksa saya angkat dan hasilnya adalah martabak dengan tekstur menyerupai dodol. Seketika, saat itu juga saya pun mengatai diri sendiri dengan kata dodol.  ^_^


Walau sisa adonan masih separuh saya sudah tidak bersemangat untuk memanggangnya lagi dan mulai mengevaluasi permasalahannya. 
  1. Sepertinya santan terlalu kental jadi saya percobaan berikutnya saya akan pakai santan dengan kekentalan sedang saja; 
  2. Selain itu takaran ragi yang dipakai terlalu sedikit jadi  saya harus kembali ke takaran awal sesuai resep Chanti yaitu 1 sendok makan. Tepung terigu juga sedikit saya kurangi dan telur saya tambahkan, walaupun sepertinya bagian yang terakhir tidak terlalu berpengaruh asalkan cairan di adonan cukup;
  3. Adonan biang harus dijemur agak lama hingga busanya lebih banyak;
  4. Adonan yang telah tercampur tepung dan telur dijemur kembali sekitar 15 menit agar gas lebih banyak terbentuk. 
  5. Adonan terlalu tebal kala dipanggang, percobaan berikutnya saya akan meratakan adonan dengan punggung sendok sayur hingga menjadi sedikit tipis dan rata seperti yang biasa dilakukan oleh abang penjual martabak; 
Tanpa membuang waktu saya pun lanjut membuat trial kelima dengan tips-tips yang saya tuliskan di atas dan kali ini: berhasil! Resep dan proses pembuatannya di bawah ya. Selamat mencoba! ^_^ 

Tidak lupa saya ucapkan many, many thanks untuk sahabat baik saya, Chanti,  yang selalu sabar menulis resep dan tips untuk sahabatnya yang rada-rada pemalas dan sembrono ini. ^_^



Martabak Manis a la Chanti
Resep diadaptasikan dari Chanti Moulesa, Aceh - Martabak Bangka

Untuk 2 loyang ukuran 20 cm

Bahan biang:
- 400 - 450 ml santan dengan kekentalan sedang, jika adonan terlalu kental tambahkan porsi santan maksimal sampai 450 ml
- 2 sendok makan gula pasir
- 1 sendok makan ragi instan, pastikan ragi masih fresh dan tidak kedaluarsa

Bahan lainnya:
- 220 - 250  gram tepung terigu serba guna/protein sedang
- 3 butir telur ukuran kecil (2 butir jika ukuran sedang/besar), kocok lepas
- 1/2 sendok teh garam

Topping:
- coklat meses, sesuai selera 
- susu kental manis coklat, sesuai selera
- keju parut, sesuai selera

Cara membuat:


Siapkan panci kecil, masukkan santan, masak hingga santan mendidih sambil diaduk-aduk agar santan tidak pecah. Angkat dari kompor. Tambahkan gula pasir, aduk hingga rata. Biarkan hingga santan menjadi hangat suam-suam kuku. Masukkan ujung jari anda untuk mengetes, jika nyaman berarti santan telah cukup hangatnya. 

Ambil sekitar 3 sendok makan santan tuangkan ke mangkuk kecil, tambahkan ragi, aduk hingga ragi tercampur dan larut. Masukkan larutan ragi ke dalam santan di panci, aduk rata. 

Note: memasukkan langsung ragi ke santan di panci akan membuat ragi menggumpal-gumpal dan susah untuk dilarutkan. 


Tutup panci dengan plastik wrap atau alat apapun yang bisa anda gunakan untuk menutup. Jemur panci berisi santan beragi di panas matahari, jika panas sangat terik cukup dijemur 10 - 15 menit tapi jika tidak terlalu panas jemur selama 20 menit atau hingga busa/buih muncul di permukaan larutan santan. 

Note: jangan menjemur terlalu lama, jika busa telah memenuhi permukaan santan segera singkirkan. Terlalu lama akan membuat santan menjadi asam. 


Siapkan mangkuk, masukkan terigu, santan, dan kocokan telur. Aduk hingga rata. Supaya hasil adonan halus, saring menggunakan saringan kawat. Jemur adonan selama 15 menit di terik matahari sampai adonan mengeluarkan busa yang sangat banyak, adonan tampak berlubang-lubang dan jika adonan disendok dengan spatula maka tampak gelembung-gelembung udara di dalam adonan. Angkat adonan. 

Note: adonan yang terbentuk kembang, ringan dan memiliki gelembung-gelembung yang banyak saat anda sendokkan spatula ke dalamnya. Jika ragi anda aktif, anda pasti bisa melihat perbedaan adonan sebelum dan sesudah dijemur. Jika belum terbentuk kondisi seperti ini jemur kembali adonan. Jika setelah anda jemur dalam waktu lama kondisi ini belum terbentuk juga, cek ragi yang anda gunakan, kemungkinan ragi kurang aktif. Terlalu lama menjemur akan membuat adonan menjadi asam. 

Siapkan penggorengan datar anti lengket, saya menggunakan diameter 20 cm. Olesi permukaannya dengan margarine. Panaskan hingga pan benar-benar panas. Tuangkan 1/2 adonan ke atas permukaan pan, dengan menggunakan punggung sendok sayur ratakan permukaan adonan merata keseluruh permukaan penggorengan, biarkan sebagian menempel di dinding wajan, karena saat telah matang dan mengering akan membuat tampilan martabak terlihat cantik seperti yang umum dijual di pedagang martabak.

Kecilkan api. Tutup pan dan masak hingga martabak matang dengan menggunakan api yang sangat kecil.

Note: adonan yang terlalu tebal akan membuat martabak tidak rata matangnya dan api yang terlalu besar akan membuat martabak gosong di dasar tetapi tidak matang di bagian tengah dan permukaanya. Martabak akan menjadi bantat.


Jika permukaan martabak telah mengering, warna adonan berubah menjadi putih kekuningan, saat disentuh akan terasa elastis dan bagian tepi martabak mulai mengering, kecoklatan dan terlepas dengan sendirinya dari pan, maka matikan api kompor. Angkat penggorengan dari kompor. 


Dalam kondisi masih panas, tekuk martabak perlahan dengan spatula hingga menjadi bentuk setengah lingkaran. Jika martabak terlalu tebal maka saat ditekuk tidak akan lemas dan robek dibagian tengahnya. 

Buka kembali tekukan martabak, taburi dengan 1 sendok makan gula pasir, keju cheddar parut sebanyak yang anda suka. Saya suka martabak dengan keju yang banyak, jadi 1/2 kotak keju saya pakai untuk satu loyang martabak. Taburi dengan coklat meses dan terakhir siram dengan susu kental manis coklat.

Tekuk kembali martabak, potong-potong sesuai selera dan siap disantap. Nyammm! Yummy!

Source:
Chanti Moulesa, Aceh - Martabak Bangka
 

85 komentar:

  1. resepnya bisa dipake untuk martabak mini juga gak mbak? makasi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa Mba Indah, tinggal ukurannya saja yang dibuat mini ya.

      Hapus
  2. kalo baca kata pengantarnya, mbak endang nih keliatan susah banget ya menaklukkan martabak manis. Tapi orang lain dengan percobaan sekali saja langsung sukses. Sarang bisa terbentuk sangat banyak. Kayaknya kalo kita terlalu ngoyo ketika ingin menundukkan sesuatu malah jadi gagal. Seperti saya nih, dulu-dulu bikin carabikang aja juga setengah mati. Bantat mulu. Tapi begitu sudah ketemu resep dan trik yang pas, ternyata gampang juga. Pake merem sebelah juga bisa kali. Tapi ngapain juga pake merem, gak enak gitu....

    Aniwei baswei selamat deh (sambil acung jempol)buat mbak Endang yang sudah sukses menaklukkan martabak manis....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waakk betul banget Mba Rina, baru saja Mba Tresna juga posting, beliau cuman aduk2, gak pakai jemur menjemur, jadi bersarang banyak, empuk juga. Hehehe, ini martabak kaya bolkus saja, saya sering suka gagal. Mesti sering2 bikin lagi kayanya nehhh. Thanks ya Mba! ^_^

      Hapus
    2. Salut yah untuk mba Endang! Saya sedang iseng Googling loh 'supaya adonan martabak tidak lengket di pan' trus ketemu salah satunya link blog ini, yg sebelum-sebelumnya sudah sering saya jadikan acuan sih :). saya sendiri baru 3x belajar buat martabak manis...yg pertama gatot masuk kranjang sampah, yg kedua pakai ragi berhasil ngembang tp agak lengket kulitnya di wajan, yg ketiga kemarin bru bikin tanpa ragi lengket total. Tyt sy ga olesi margarin dulu..ga kepikiran.. :) hampir aj amales nyoba lagi tp liat mba udh lima kali...jd semangat lagi nih...mood buster postingannya. terima kasih sudah berbagi pengalamannya yg gagal juga:)

      Hapus
    3. Halo Mba Ayie, waakakak iya Mba, lima kali dan yang terakhir ini juga gak begitu maksimal, gak kaya tukang martabak di jalan. Tapi okelah masih ada sarangnya dikit2. tetap semangat Mba untuk mencoba waaak. Thanks sharingnya yaaa ^_^

      Hapus
  3. mba endang...
    tadi pagi sy bikin martabak manis untuk bekal skolah anak + suami ke kantor...tapi sy bikin pake takeran kira2 aja, jadi juga martabak mini dengan sarang banyak n lembuut banget..
    sy pake susu UHT hangat yang dicampurkan ke adonan terigu, ragi, gula pasir, dan kocokan telur. saya diamkan selama 45 menit, adonan cenderung encer tp pas dipanggang bersarang banyak...sy hanya pakai regi 1/2 sdt yg biasa untuk teh manis..

    sy belum coba yg versi dijemur, nanti sy coba InsyaAllah...maklum td pagi bikin adonannya sebelum ayam berkokok...hehehe..

    ditunggu resep2 yg hemat telur yaa mba....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halluuu Mba Tresna, nahhhh saya mauuuu dong yang gak pakai jemuer menjemur tapi bersarang banyak hehhehe. Yep, sepertinya kalau dibiarkan agak lama sampai adonan berbusa akan bersarang ya Mba, selain itu adonan juga harus encer jadi udara bisa lolos keatas. Saya rasa rasa martabak saya dan Mba Tresna gak beda kok Mba heheheh, saya saja yang memang payah bikin martabak wakakkak. Thanks sharingnya yaaaaa^_^

      Hapus
  4. mba oot nih,kayaknya setelah postingan martabak manis ini ada lg satu postingan baru ya,lupa judulnya tp ko ga bs dibuka ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloo Mba Erma, wah iya, itu salah publish, ada artikel yang lagi saya ketik mau saya close malah kepencet publish hehehhe. Belum ada postingan baru Mba, artikelnya lagi dikarang hehehe. Thanks ya ^_^

      Hapus
  5. halo mbak endang...salam kenal...
    saya penggemar berat blok anda loh...Maklum mbak saya belajar masak setelah menikah...jadi terasa berat gimana gitu waktu makannya...kadang enak kadang gak enak...tapi enak gak enak tetep dimakan...hahaha...
    udah banyak resep2 mbak endang yang saya praktekin...dan rasanya maknyus tenan...karena udah pasti jadinya kalo resep dari mbak endang...hehe...
    bdw, liat yang bersarang2 kayak gini jadi inget bika ambon ya mbak...suayang banget jarang bisa nyicipin karena di bali yang ada bika ambon medan cuma di bandara...jadi harganya selangit gilak...penasaran banget mbak...nyobain resep di MBAK GUGEL gagal terus...aduh...duh... kapan dong mbak posting resep bika ambon ala MBAK ENDANG...hehehe...
    thanks a lot mbak buat share resepnya...
    membantu bangeeetttt.....!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba, salam kenal juga ya. Wah saya yakin kaalau makin sering berkutat di dapur pasti makin maknyuss rasa masakannya, walau gak bisa masak sebentar saja bakalan jago heheheh. Dijamin! Bika ambon ya, udah banyak lirik2 resep cuman telornya selangit wakakka, itu bikin berat mau cobanya. Ntar kalo ada resep bika yang irit telur rasa enak saya pasti coba dah wakakka. Thanks ya, moga makin semangat memasak! ^_^

      Hapus
  6. Mbakkkkk..mau kasi tips ne..aq pecinta martabak manis..kl beli dtempat langgananq,adonan udah kering n diangkat jgn langsung kasi topinh,olesi mentega,baru kasi toping..kl digigit maknyesssss..hehe tp selera masing2...

    Btw sukses yaaaa..g sabar pengen nyobain... ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wha iya, itu memang awal rencanaya, cuman pas manggang sambil terima telpon jadi lupa semua wakakkakak. sip thanks atas tipsnya ya, saya akan tambahkan di artikel.

      Hapus
  7. astaga-naga...sebuah perjuangan panjang yg ga maen-maen....wkwkwkwk.......mending saya tunggu versi praktisnya aja deh...sukur-sukur ada versi super-duper praktis... (dasar pemalas...)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaah, sayangnya martabak manis susah cari resep praktisnya hahahah. Jemur merupakan cara instan atau tunggu selama minimal 1 jam, hinggga adonan benar2 berbusa banyak. Ini makanan memang rada2 manja heheh

      Hapus
  8. mb saya mw nanya..
    kn kue bandungnya harus djemur y..klo bwtnya mlm g bs djemur dunk mb,terus solusinya gmn y mb?

    terima kasih...

    _risa_

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cara jemur merupakan cara instan supaya adonan cepat kembang, kalau bisa pakai cara ini didiamkan saja adonannya minimal 1 jam.

      Hapus
  9. wah.. trnyata gak beda sma sy jg uda cb bikin martabak mns biar gak repot mesti keluar beli2 lg.. pas suami pulang eh koq ada jajanan luar.. eh trnyata bbikin sendiri, enak lg, jd tambah sayank deh suami.. jadi ditambahin deh uang belanjanyaa huehehehe(ngarap.. becanda..) . sy jg prnah cb hslnya gak ada mengembang and sarangnya tp rasanya enak.. senengnya mba Endang memberikn resep martabak mns ini.. insyllh sy pasti cb, oya sy mau tanya klo pake ragi yg sering djual dpsr tradisional bentuknya bulat2 bisa gak? trs takarannya sama apa gak? trima ksh dl sblmnya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Dewi, yep saya sering coba juga begitu Mba, tekstur martabak empuk, kembang hanya saja gak bersarang. Kalau ragi saran saya pakai yang instan, kalau pakai gist takutnya suka kurang aktif raginya dan harus dibuat biang dulu ya, nunggunya juga lebih lama supaya bisa kembang. Saya terus terang sering gagal pakai gist, karena menurut saya raginya memang kurang aktif bekerja. Pakai yang isntan saja Mba, merk Fermipan atau SAF.

      Hapus
  10. Mbak endang yg cantiiik.. Hehe, ini adonan isa disimpen brp lama ya mbk? Soale saya kan punya baby, jd bikinnya hrs disaat yg pas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Devina, hanya 1 malam saja, dalam wadah tertutup rapat agar adonan nggak luber keluar ya Mba, lebih dari itu adonan akan asam.

      Hapus
    2. Alhamdulillah..saya akan coba..resep mba endang..semoga saya bisa berhasi..

      Hapus
    3. Wah baru tau kalau biang di jemur dulu..

      Hapus
    4. silahkan dicoba mba Ida, moga suka yaa

      Hapus
  11. Mau pengsan bacanya.. telaten banget sih dirimu mbaak.. kalo aku.. kalo sudah menyadari diri ini pemalas dan kebanyakan eksperimen di dapur berakhir dengan kegagalan.. kalo lagi pengen martabak mendingan telpon si papa.. pulang kantor beliin martabak ya saaaaaay...... becanda lo mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep, asli kalau sudah penasaran seharian utuh nguplek didapur bakal dijabanin juga wakakak. Pengen coba versi gak dijemur, masih pensaraan wakakkakak

      Hapus
  12. Selamat sore, mbak Endang. Saya suka martabak manis (di Surabaya disebut terang bulan), dan coba bikin pake resep lain tapi gak bersarang. Sempat timbul gelembung2 kmd menghilang. Akhirnya beli martabak Bangka deh... Bbrp wkt yg lalu secara tdk sengaja, saya menemukan blog Revina Octavianita yg memuat posting martabak manis anti gagal, tapi saya belum sempat coba. Gambarnya bener2 menggugah selera. Barangkali mbak Endang berkenan dan mau coba, silahkan intip resepnya. Resep mbak Revina yg sdh saya coba Dadar Gulung Motif Keling isi vla, tapi saya tambahi pisang. Uenakk tenan, mbak!
    Sisca - Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Mba Sisca, thanks sharingnya ya, mungkin kapan2 saya akan coba resepnya ^_^.

      Hapus
  13. Bismillah..
    mba endang saya mau tanya..dalam proses peragian atau fermentasi diatas agar ragi bekerja dengan cepat adalah dengan di jemur..nah..pertanyaan saya adalah..apakah dalam meragi/memfermentasi adonan roti dengan cara menjemur adonan roti seperti cara diatas bisa juga diaplikasikan?..secara kalau bikin roti harus makan waktu ber jam-jam..jadi kalau kita pake tips diatas pasti membuat roti akan lebih cepat..menurut mba endang gimana?..mohon penjelasannya y mba..

    Lia wahyu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Mba Lia, Sebenarnya suhu ya Mba, suhu tinggi membuat ragi semakin aktif bekerja. jemur adalah alternatif membuat suhu adonan naik. Selain itu meletakkan adonan di tempat hangat juga bisa membuat ragi giat bekerja, jadi gak harus dijemur Mba. Saya kadang suka taruh adonan roti diatas kulkas, suhu hangat permukaan atas kulkas membuat adonan cepat kembang.

      Hapus
  14. mbak endang saya coba resep terang bulan ini 2x dg setengah bhan yg mbk kasih
    Yg pertama bantat padhl cra dan bhan sama persis mungkin karna ragi + ketidakada an matahari < tidak d jemur > hnya sya tutupi d suhu ruang
    yg k dua saya coba lg untuk ragi sya beli bru d supermarket dan karna d tempat sya lg mash musim dingin jd tidak ada matahari . Sya ganti kan dg heater pada ruang dapur jd agak hangat suhu ruang nya tp hasil tetep bantat jg mbk
    bisa ndk mbk ngasih solusi bgaimana ..
    Trima ksh mbk endang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Mawar, heehhe, saya udah coba 5 kali baru berhasil yang ini. Menurut saya ragi instant harus fresh supaya maksimal, kalau tidak dijemur maka adonan harus didiamkan lama, minimal 1 jam hingga muncul banyak busa. Lihat adonannya baik2 Mba, dan sendokkan, bagian dalamnaya harus berbusa dan mengeluarkan gelembung banyak, baru bisa dipanggang. Pada saat memanggang gak boleh ketebalan. Dan harus coba dan coba lagi Mba ^_^

      Hapus
    2. Hi..salam kenal mbak mawar, mungkin solusinya sebelum ragi dimasukkan ke adonan sebaiknya diuji dulu raginya masih aktif atau tidak. Walaupun baru dibeli tp kadang raginya sdh tidak aktif.
      Tips saya untuk ini, ragi sesuai takaran resep+gula sedikit + air hangat sedikit, diaduk rata, ditutup dan didiamkan sekitar 5 menit. Jika berbusa dan mengembang, raginya aktif. Jika sebaliknya dibuang saja.
      Seblm bahan ditimbang sebaiknya ragi diuji dulu. Semoga bermanfaat untuk semuanya....

      Hapus
    3. Thanks Mba Vero atas sharinynya ya, pasti sangat bermanfaat bagi lainnya.

      Hapus
  15. suka baca JTT niiyy....kayak baca buku cerita. kayaknya "mewakili" kisah para petualang dapur spt aku hihihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sambil sekalian dicoba ya jadi bisa berpetualang beneran hehheheh. Thanks ya! Sukses!

      Hapus
  16. mbak endang

    aku langsung udek aja tu *ga pake jemur

    nyoba yg santan *kuganti susu + ragi ga ngembang2
    eh pas baca lagi ternyata +in gula :P

    ya udah aku emosi

    + in 1/4 tepung
    2 telur *irit
    1 sdm tepung sagu
    ===
    pas mau dituang di teflon aku masukin secercah soda kue

    terus aku bikin mini dulu
    jadiii

    ini bahan yg aku pake
    1.ragi pake fermipan pernah baker bonus *suka gagal
    2. baking powder pake hercules
    3. kasi roombutter yang mirip wisman *cornman apa rbs / apa lupa soalnya wismannnya kosong *lain kali mau pake wismannn


    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Archita, thanks sharingnya ya. Yep, banyak tuh yang oke2 saja berhasil tanpa jemur2, cuman saya selalu gatot, pas pake jemur sukses wakakakkak

      Hapus
  17. Halo.. salam kenal mba...
    Makasih resepnya.. Sekarang masih menyimak dulu, pengen bikin suatu saat nanti, hehe
    Btw Paron mana ya mba? Kalau di daerah saya Paron itu nama kecamatan. Masuknya kabupaten Ngawi :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba, salam kenal. Saya dari Paron Mba, yep itu kota kecamatan, kabupatennya Ngawi, dan saya benar2 di Paronnya, Ibu saya masih disana,rumah kami tepat di depan pasar Paron wakakkak. Kita tetanggaan nehhhhh.

      Ayo jangan disimak saja, harus dicoba resepnya ehehheheh

      Hapus
  18. Xixixi...ternyata... apem di kendurinya itu lho yang bikin Paron Ngawinya cpt terdeteksi, hehe
    keluarga saya juga masih di Paron, tapi di desa Teguhan nya. :-)
    skrg domisili dimana mba? saya di perbatasan bogor tangerang, dekat serpong. klo jauh gini suka pengen makan makanan ngawi, tepo pecel sama dawet terutama hehehe

    Insya Allah nanti dicobain, sukses terus buat resepnya ya mba!
    :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Ayu, heheheh sekarang dah gak ada lagi yang bikin apem di kendurian keluarga. Mbah saya sudah lama meninggal, kenangannya saja yang ngangeni.

      Teguhan ya? dekat tuh sama Paron, saya dulu pernah kesana juga, ada teman SD dulu disana. Wak dah lama banget hahhaha. Saya sekarang di jakarta selatan dekat Blok M.

      Iya, tepo pecel, tepo kecap, perasaan gak ada duanya rasanya hahhahah

      Hapus
  19. iya di teguhan. lhah SD mah saya juga udah lama bgt, udah belasan tahun silam hahaha...

    yep tepo kecap emang ga ada duanya. rujak petis juga belum ada yang jual di sini. kemarin sempet jajan tahu petis tapi beda rasanya sama yang di jual di alun2 ngawi.

    hihi pokokny harus kuliner nanti kalau pulang ke ngawi.

    klo sempet kapan2 post makanan tradisional ya mba, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Mba Ayu, iya tuh rujak petis, aduuh asli ngilerrr, coba bikin sendiri tapi kok gak seenak yang jualan di Paron. Soalmnya gak pakai pisang batu mentah ya bumbunya, lah mau cari dimana hiiiksss. Yep ntar deh kapan2 nostalgia bikin masakan tradisional hahhaha

      Hapus
  20. Salam kenal Mbak Endang, nama saya Aji, kebetulan saya hobby makan martabak manis dan sudah lama saya punya obsesi untuk bisa masak martabak manis. Sekedar share saja cerita saya tentang martabak ini, saya ngotot pingin bisa masak martabak ini karena punya obsesi ingin menyamai teman yang kebetulan sudah sukses bisnis jualan martabak. Tadinya saya memandang sebelah mata saja terhadap bisnis martabak ini, tapi ternyata setelah tahu jumlah uang yang bisa dihasilkannya, ternyata bisnis ini sangat menjanjikan kemanisan keuntungan sesuai dengan manis legitnya rasa martabak. Dari latar belakang itu saya mencoba semua resep yang ada, googling internet dan juga beli resep dari orang yang harganya lumayan mahal, tapi hasilnya ternyata masih jauh dari rasa martabak yang dijual oleh nama2 besar di bisnis martabak. Bahkan saya pernah mencoba untuk membeli "buka-resep" martabak manis dari sebuah nama martabak yang sudah ternama, setelah tahu harganya saya jadi frustrasi... ternyata harga "buka resep" bisa mencapai ratusan juta rupiah...
    Semenjak itu saya mulai mencoba serius belajar secara otodidak untuk memasak martabak manis ini. Setelah selama 8 bulan melakukan eksperimen memasak martabak (kurang lebih sekitar 30 an kali melakukan eksperimen masak martabak manis), akhirnya saya berhasil memasak martabak manis yang kata orang yang sudah mencicipinya rasanya sudah layak disandingkan dengan martabak dengan nama besar.
    Saya coba share pengalaman saya dalam memasak martabak manis ini. Untuk bisa mendapatkan martabak manis yang enak, ada beberapa 3 hal penting yang perlu diperhatikan: peralatan masak (kompor dan loyang), adonan serta permainan api kompor. 3 hal inilah yang menjadi rahasia abang2 martabak manis yang sudah terkenal itu. Kalau sudah bisa menguasai teknik dari 3 hal besar tadi, bisa dipastikan kita sudah layak untuk menghasilkan martabak manis yang rasanya setara martabak manis Top lainnya. Tentang adonan martabak, banyak pemain bisnis martabak tidak pernah menggunakan ragi. Ragi ini justru akan merusak rasa martabak itu sendiri, selain itu ragi tidak bisa dipakai kalau kita mau jualan martabak.
    Demikian mbak, sekedar share pengalaman saya, semoga dapat bermanfaat.

    Salam,
    aji

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mas Aji, thanks atas sharingnya disini ya, moga bisa bermanfaat buat yang lain. sayangnya eksperimen resep martabak mas Aji yang mantep habis itu nggak di share disini yaaaa heheheheh. Ngarep dot com. ^_^

      Hapus
    2. ngikut sharing mba, ya benar sekali yang disampaikan mas aji rahasianya ada di loyang+kompor, api dan adonan. untuk loyang menggunakan loyang yang tebal dan kompor menggunakan api dua lingkaran. kemudian untuk pengembang adonan menggunakan soda kue bukan menggunakan fermipan karena akan membuat rasa martabak asam. coba perhatikan penjual martabak kadang2 suka menambahkan soda kue sebelum dipanggang

      kalau aku biasaya pakai sedikit fermipan + soda kue sebelum dipanggang

      untuk resep sbb (udah lama ga bikin agak2 lupa):
      air 170
      terigu 125
      gula 2 sdm
      ragi secukupnya (dikit aja)
      garam sdkt

      dikocok dengan mixer speed rendah hasinya adonan cair namun tidak langsung menetes ketika diangkat


      Hapus
    3. thanks ya mba Lulu atas sharingnya, senang sekali ada yang bersedia berbagi pengalamannya disini. Yep saya pernah membuat martabak manis versi lainya sudah saya posting juga di JTT, saya menggunakan kombinasi ragi dan BP, hasilnya sangat bersarang dan lembut.

      thanks ya mba! suskes selalu ya

      Hapus
  21. makasih ya mba atas resepnya... aku udah bikin barusan. gagal sekali krn ketipisan hihi... tapi kedua dan ketiga tebel dan enaakkk,bersarang juga^^ tp ga pake jemur mba, dah sore :( aku kasi soda kue 1/4 sdt jg
    susi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Susi, saya gagal bolak balik hehehhe, tetap nekat. wah senangnya akhirnya bisa bersarang juga ya, mantep! thanks sharingnya ya ^_^

      Hapus
  22. kereen..siap Olah TKP..smoga berhasil ^^..mkasih bgt buat sharing nya :D

    BalasHapus
  23. Hi..mbak endang, resep dari revina oktavianita sdh saya coba. Teksturnya ngak spt martabak manis, spt tekstur roti. hik..hik..hik.. Tapi tetap enak kok, habis juga di sikat bersih..wk.wk...
    Sewaktu campur bahan semuanya, saya sdh rasa akan mirip dengan tekstur roti, soalnya adonannya kental spt adonan cake.
    Resep dari mbak chanti ini teksturnya gimana? Saya rasa resep yg dijual abang2 di pinggir jalan ngak pake ragi.
    Btw, thank you sharing nya yaaa....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Vero, teksturnya yang ini gak terlalu kental ya, mirip seperti adonan martabak abang2 di jalan. Yep, katanya sih gak pakai ragi, cuma kudu ditepuk2 lama kekenya. waktunya yang gak ada hehhehe

      Hapus
  24. Hi mba endang,, salam kenal ya, sy liat d gmbar mba g pake loyang khusus martabak ya, emang hasilx bs sama ya mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya pakai pan anti lengket biasa Mba, gak se oke pakai loyang martabak tapi menurut saya cukup baik kok

      Hapus
  25. Mba Endang, aku sdh coba resepnya tp gagal (tdk bersarang) *sigh. Rasanya enak tp jd lbh mirip pancake. Aku sdh jemur +/- 25mins. Mungkin raginya tdk aktif (tp aku cek blm expired, aku pakai fermipan). Masih ada 3bks ragi lagi. Aku mau coba buat lg tp agak2 trauma takut gagal lg *lebay*. Tp pst aku coba lg, smg yg berikutnya sukses!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Mba Yulia, hehheheh memang susaaah, membuatnya bersarang dan seperti martabak di penjual martabak butuh perjuangan dan percobaan hehheheh. Pastikan baking sodanya bagus dan adonan dikocok2 dengan tangan agak lama ya

      Hapus
    2. Adonannya gak aku aduk2 pk tang an mbak, karena diresep gak ada instruksinya. Baiklah percobaan berikutnya akan aku aduk2. Makasih ya mbak tipsnya

      Hapus
    3. Hai Mba Yuli, coba baca komentar2 diatas ya, banyak yang kasih saran untuk pembuatan kue ini, saya sendiri juga gak terlalu sukses ya buatnya.

      Hapus
  26. Mba endang... klo boleh kasih masukan... Martabak manisnya jangan dipakaikan ragi instant... karena akan tercium aroma asam dan rasanya sedikit mirip dengan apam... klo aku sih biasanya bikin cukup dengan baking powder lalu adonan diistirahatkan kurleb 1 jam... saat akan di bakar, adonan dikasih soda kue, lalu aduk dengan cepat, langsung panggang deh... loyangnya juga usahakan yang tebal... klo ga ada, frypan jg bisa tp dialasi plat besi dibawahnya, jadi ga terkena api langsung... kuncinya juga ada di api... klo terlalu besar, martabak akan cepat matang sebelum timbul bubble... klo api terlalu kecil, tidak akan bersarang... jadi ya pake feeling aja... Mba endang pasti lebih tau deh.. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halooooo, wah makasih ya atas tipsnyaaaa, saya memang gak pernah sukses bikin martabak manis wakkakak. Wah jadi semangat dengan informasi meyakinkannya, okeh akan saya coba tipsnya di next trial, moga bisa suksesss! hahahah

      Hapus
  27. hai mbak Endang....aku Ayudia....liat martabaknya kayaknya enak banget yaaa......jd pengen nyoba.....yang menarik perhatian juga sendok takarnya ahahahhahahha.....itu beli dimana ya?hehehhehe......biar kalo nakar jadi pas.......soalnya tak perhatikan ukuran sedok itu beda-beda....oiya mbak kalo santannya diganti susu kira-kira enakan mana ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Ayudia, sendok takar saya beli di Ace Hardware, disana ada banyak jenis dan harga ya. Terkadang carfur juga ada versi plastiknya yang lebih murah. Yep sendok takar satu set mulai dr 1/4 sdt sampai 1 sendok makan

      bisa diganti susu ya mba. saya lebih suka rasa santan di kue ya, lebih harum

      Hapus
  28. Mbak, aku berhasiiiiiil. 1x langsung tokcer, bersarang & lembut, walo memang kulitnya rada kecoklatan seperti di gambar, krn memang teflon nya teflon biasa, ga ada plat besinya di bawahnya. Sy ga pake jemur mbak, tp sy taruh di dlm panci berisi air hangat; dasarnya tdk langsung menyentuh airnya, tp sy alasi lg dg wadah lain, lalu panci sy tutup. Wuihhh ngembang banget ga smp 45 menit. Malah mungkin sj jauh sebelumnya sdh berbuih, cuman sy ketiduran jd telat. Suami bilang agak asem memang krn pengaruh ragi, tp meneurut sy sih nggak. Sy coba versi yg tanpa ragi jadi pancake mbak, bantetttt... Suami yg mulanya ga mau makan krn ga suka keju, setelah sy rayu2 akhirnya malah ngabis2in heheee. Coz mentega, keju n skm nya royaaaaal banget, jd makannya sambil merem melek. Resep ini enak banget, bikinnya cepet, bahannya gampang, kebetulan bahannya selalu ready di kulkas, jd sewaktu2 bisa langsung bikin, ga perlu beli lg. Thanx banget ya mbak uda mau sharing resepnya :) Berkat pengorbanan dikau yg rela gagal 5 x, sy jd bisa lagsung berhasil. Sueneeeeeng bngt mbak. Sungguh jd berkat buat org lain. Semoga berkatnya kembali ke mbak Endang yaaaa ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Pris, waaaah idenya memasukkan adonan ke dalam panci air hangat benar2 tokcer, karena jemur menjemur kadang rada2 ribet mana harus dicek2 takut kalau disemutin atau kotor kaaan. Next time saya akan coba caranya.

      menurut saya terasa sedikit asam karena kelamaan adonan dibiarkan sehingga ragi sebagian mati. jadi next time mungkin proses mendiamkannya/fermentasinya gak perlu sampai 45 menit yaa hehheh.

      thanks sharingnya!

      Hapus
    2. Sama2 mbak Endang :) Kemarin sy coba lg, sy amati lbh intens lg. Awalnya agak lama berbusanya, lalu panas pancinya sy tambah (nyalakan api sebentar sj), parameternya saat tangan kita masukkan dlm panci (bukan dlm air) terasa hawa hangatnya smp ke atas. Kalo airnya sih panas banget utk tangan kita, spy bisa menimbulkan hawa yg hangat di seluruh panci. Krn itu wadah adonan sy lapisi wadah lain yg lbh kecil, shg wadah adonannya ngambang (duh ribet banget bahasanya....mg2 ja yg baca ngarti heheheee) spy tdk terkena panas air secara langsung. Dihitung dr saat panci sy hangatkan lg, kalo tdk salah 20 mnt an uda ngembang banget. Dan hasilnya.....voila.....nyarang dg sempurna, persis kayak org jual

      Tp memang benar apinya tdk bisa terlalu kecil. Sy coba 2 versi, dg api imut & api sedang (kira2 tinggi apinya 1 cm an utk ukuran teflon sy yg 15cm an). Hasilnya, yg api kecil memang tdk gosong sama sekali, tetap matang tp tdk nyarang, & yg api sdg bs nyarang banyak & cantik banget spt bika ambon, tp kulitnya coklat agak kehitaman. Sebenarnya rasa gosongnya tdk mengganggu, hanya penampilannya yg jd buruk rupa. Tinggal kita mau pilih yg mana, yg penting kan filling nya, gabrukin aja sebanyak mungkin hehee

      Hapus
    3. Wakakak, mantap banget penjelasannya Mba, jadi semangat mau coba. Yep, memang tidak akan bisa sama seperti penjual martabak tapi buatan sendiri pasti lebih aman dan nyaman ya, saya rasa memang dengan pan teflon biasa akan susah membuatnya seperti yang dijual tapi kalau sudah bisa bersarang2 bombay pasti mantap daaahh.

      thanks ya Mba, pasti infonya akan berguna buat semua hehehhe

      Hapus
  29. mbak endang, ini untuk kedua kalinya saya nyoba resep ini. yang pertama gak begitu bersarang (tapi abis juga soalnya menang di topping yang full coklat n keju :D). minggu kemarin nyoba bikin lagi lumayan sudah bersarang full. tapi kenapa bagian bawahnya gak bisa merata coklat gitu ya seperti yang di photo mbak endang dan di tempat mas-mas yang jualan itu? gosongnya gak merata, jadi seperti bikin telur dadar gitu. oya saya pake wajan teflon biasa ukuran 20 cm. dan lagi pas matang rasanya kurang gurih dan sedikit asam kalo dimakan tanpa topping. saya gunakan santan encer dari 1/2 butir kelapa dan jemurnya itu sekitar sepuluh menit aja sudah berbuih. mohon masukannya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mba Tri, memang rada2 susah kalau pakai teflon untuk membuatnya bisa bagus. Ketebalan pan yang dipakai berperan penting supaya martabak matang sempurna tapi bagian dasar gak gosong. Makin tebal pan makin bagus. Dan panas pan juga harus stabil. Jangan mengoles pan banyak2 dengan minyak, terlalu banyak minyak akan membuat dasar martabak berbercak2 seperti telur dadar,

      Rasa asam karena adonan terlalu lama di jemur mba, sehingga adonan over fermentasi. Kalau sudah berbusa walau baru 5 menit segera diangkaht saja, karena suhu udara panas membuat ragi lebih aktif.

      Hapus
  30. mbak endang sy dah praktek dan sukses, tp nyoba dg sekali adon dan jemur gagal, pertanyaannya apakah fermentasi memang hrs dua kali ( pertama fermentasi biang dan kedua fermentasi adonan) thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya memang harus 2 kali untuk membuat adonan maksimal, saya sendiri belum coba buat lagi, kepengen coba lagi wakakakka

      Hapus
    2. Hallo mba endang, mau tanya kan abang-abang martabak dikota aku kalo buat martabak untuk satu porsi loyang biasanya menggunakan takaran satu cangkir alumunium besar. Lalu pada saat akan menuangkan kedalam loyang, biasanya baru menambahkan satu kuning telurnya saja. Apakah penggunaan terus berpengaruh? Terima kasih mba endang. Sukses terus yaaaa. Oiya, apakah ada resep bika ambon?

      Hapus
    3. hai mba Dwima, saya sendiri kurang tahu ya mba, terus terang martabak kurang begitu sukses saya coba ya, telur mungkin untuk membuat adonan lebih lembut ya.

      bika ambon belum pernah coba ya mba ^_^

      Hapus
  31. Hari Sabtu pukul dua pagi bikin menu ini, ceritanya buat sarapan si bungsu hehehe. . .
    Karena gak ada matahari, saya ikutin cara mba yang diatas, dipanaskan diatas kompor, karena gak mau nunggu lama, kayaknya fermentasi gak maksimal mba.

    Waktu dipanggang, bagian dasar udah gosong banget, bagian atas masih ada yang mentah.
    Finally, adik saya komen, kok dasarnya kayak goreng singkong wkwkwkwk. . .
    Tapi enak mba, empuk :D . . .

    Next, saya beli cetakan martabak ah, kemarin masih kosong di TBK langganan hehehe

    Makasi yaa mba, resepnya. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Risa, memang susah2 gampang memanggag martabak di teflon ya, kalau saya pakai api kecilll, dan ditutup pan nya supaya bs matang cepat.

      thanks sharingnya ya, moga next time oke yaa

      Hapus
  32. Mba kalau gak pake santan bisa? Diganti sama susu ato air?

    BalasHapus
  33. Saya biasa membuat martabak manis dengan kombinasi terigu,telur,air, BPDA. Adonan dapat langsung di panggang,tanpa menunggu dan tanpa trik khusus. Bagi pemula hanya butuh pengenalan seberapa besar api dan pengenalan kekentalan adonan. Untuk itu dibutuhkan percobaan berkali-kali

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai, thanks sharingnya ya, infonya sangat berguna untuk mereka yang akan mencoba membuat martabak manis.

      Hapus
  34. Hai mbaa.. Makasi resepnya. Pertma kli nyoba lgsung berhasil.. Yippii!! Ngembang berbuih2 gt adonannya. Hasilnya bgus bersarang n lembut. Nyoba lg kedua kali gagal.. Hahay.. :p jadi bantat.. Apa mungkin pakai ragi yg kemasannya sdh terbuka (sisa dr yg pertama dibuat)??

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba, bisa karena ragi yang kemasannya terbuka dan tidak disimpan dengan baik, atau karena adonan kurng lama didiamkan hingga mengembang ya

      Hapus
  35. makasi mbak endang, martabak manis pertama yang saya buat.
    baca bermacam2 resep trus ketemu ama resep juga cerita dari mbak endang, jadi semangat trus cus dapur bikin martabak manis. bim salabim martabak manis jadi n sukses. makasi mbak endang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Mba Sumini sharingnya, senang resepnya disuka, sukses yaaa

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^