Pages

22 Mei 2015

Yuk Melongok Kebun JTT ^_^


Lihat kebunku, penuh dengan bunga
Ada yang putih, dan ada yang merah
Setiap hari, kusiram semua
Mawar melati, semuanya indah!

Lirik lagu, Lihat Kebunku - Ibu Sud

Apakah anda masih ingat dengan lagu Lihat Kebunku yang dikarang oleh composer Indonesia Ibu Sud yang baitnya saya kutip diatas? Ah, anda mungkin hafal dengan lagu itu diluar kepala seperti saya, atau bahkan mengajarkannya kepada si kecil yang saat ini sedang belajar menyanyi. Dulu ketika saya duduk di bangku taman kanak-kanak dan sekolah dasar, lagu ini menjadi lagu wajib dan mungkin tanpa sadar, dengan sadar atau bersama paksaaan sudah ratusan kali saya nyanyikan. Ibu saya mengajarkannya pertama kali, dan saya rasa ribuan Ibu lainnya di Indonesia juga melakukan hal yang sama kepada buah hatinya. 

"Ayo Endang mulai menyanyi", perintah Ibu kepada si kecil Endang yang hanya berdiri bengong memikirkan koleksi lagu yang terbatas di kepala. "Nyanyi lagu Lihat Kebunku", perintah Ibu lagi. Ruang gelap di kepala saya pun mendadak  terang, dan bibir saya mulai menyanyikan lagu ini sambil menggoyang-goyangkan kepala. Bersama lagu Satu-Satu Aku Sayang Ibu, maka lagu Lihat Kebunku menjadi salah satu koleksi lagu di MP3 dalam memori saya. ^_^


Menurut saya lagu karangan Ibu Sud ini bukan hanya sekedar kumpulan bait dan untaian nada tanpa makna. Walau singkat namun maknanya sungguh padat yaitu mengajarkan anak-anak untuk belajar berkebun dan mencintai tanaman. Kedua hal ini bukan saja memberikan manfaat pada diri si anak yang kelak menjadi pribadi dewasa namun juga bagi lingkungan di sekitarnya. Nah bagi saya sendiri, karena  dibesarkan di lingkungan pedesaan dimana kebun, pekarangan dan sawah terhampar dimana-mana maka terus-terang saya sudah mencintai tanaman sejak kecil. Mungkin saya satu-satunya di keluarga yang cukup maniak dengan tanaman. Ketika berkunjung ke satu tempat, entah itu daerah wisata atau hanya sekedar rumah tetangga, mata saya pasti sibuk memperhatikan aneka tanaman di sekitar, baik yang sengaja ditanam maupun yang tumbuh meliar. Saya sangat suka dengan tanaman liar karena mereka unik, kuat, keras kepala dan juga menyimpan potensi yang terkadang kita belum tahu manfaatnya.

Nah berbicara tentang berkebun dan bercocok tanam, maka kegiatan itu lah yang akhir-akhir ini menjadi kesibukan saya dan Heni. Sudah lama pekarangan rumah Pete dibiarkan tak terurus, tepatnya sejak renovasi atap rumah beberapa tahun yang lalu dimana puing-puing bongkaran dan kayu menghancurkan taman beserta aneka tanaman yang susah payah saya rawat. Dulu saya memiliki banyak koleksi Aglaonema aneka jenis, tanaman rentan itu kini hanya tersisa sebatang dan tumbuh subur di rumah adik saya, Wiwin, di Mampang. Cukup lama saya membutuhkan waktu untuk kembali mood dengan berkebun, apalagi akibat tumpukan puing membuat tanah di halaman rumah menjadi sangat keras dan tandus sehingga membutuhkan tenaga ekstra untuk mencongkelnya dan membenamkan akar tanaman ke dalamnya. 

Namun sejak Heni tinggal di rumah Pete dan menjadi partner in crime, maka saya pun menjadi bersemangat kembali. Kali ini saya memilih untuk menanam tanaman sayuran, rempah dan jenis tanaman yang bisa dimanfaatkan daunnya seperti pepaya dan labu. Bibit dan benihnya kami peroleh dari meminta tetangga, sisa-sisa memasak di dapur, membeli benih dalam kemasan sachet di supermarket atau mengambil dari tanaman liar yang tumbuh di tepian jalan. 

Labu kuning

Halaman depan rumah Pete tidak luas, namun cukup lumayan untuk ditanami beberapa tanaman sayur atau dijejalkan pot di beberapa sudutnya. Tanaman ubi jalar yang terlihat pada gambar di atas bibitnya saya peroleh dari pasar tatkala membeli daun ubi jalar untuk dimasak. Beberapa batangnya lantas di benamkan oleh Heni di tanah dan kini setiap seminggu sekali saya memanen daunnya untuk disantap. Tanaman labu yang tampak merambat di batang kayu ini,  bijinya saya peroleh dari buah labu kuning yang dibeli di All Fresh. Labunya sendiri sudah dipermak menjadi sup labu kuning yang pernah saya hadirkan resepnya di JTT. Mengingat tanaman labu membutuhkan lahan luas untuk bisa berkembang dan berbuah maka saya bermaksud hanya akan mengambil pucuk dan daunnya saja.

Tanaman pepaya California tak terhitung banyaknya, terus-terang saya tidak bernafsu untuk menunggunya berbuah karena akan membuat kebun menjadi gelap dan sinar matahari sulit menyentuh permukaan tanah. Nah daun-daun pepaya inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama, untuk tumis, urap, lalap atau buntil. Sedap! Heni bahkan menanam tanaman mengkudu dari buah tua yang berserakan di tepian jalan, kini tanaman-tanaman kecil mengkudu tersebar di beberapa titik. Menurutnya daun mengkudu sedap dilalap atau dijadikan pepes, jadi mungkin saya akan mencobanya ketika daunnya sudah layak panen.

Bayam untuk smoothie

Setiap pagi saya selalu membawa satu botol besar smoothie buah dan sayur ke kantor. Smoothie ini ampuh untuk menahan lapar hingga makan siang tiba. Berhubung karena kandungan karbohidrat di buah yang cukup tinggi maka saya berusaha untuk mengurangi porsinya  dan lebih memperbanyak porsi sayuran yang memiliki kalori sangat kecil. Biasanya rumusan smoothie saya terdiri atas bayam, kailan, kacang panjang, tomat, ketimun, pear, nanas, kunyit segar dan sedikit jahe. Pear dan nanas berfungsi untuk membuat rasa smoothie menjadi sedikit manis dan menghilangkan bau sayuran yang terkadang langu. Karena smoothie menggunakan sayuran segar, biasanya saya berusaha mencari versi organiknya dan harganya lumayan mahal untuk kantong.

Nah beberapa waktu yang lalu, ketika sedang melewati tepian jalan saya melihat sebatang bayam liar berdaun besar tumbuh dengan subur dan sarat dengan benihnya yang telah menua. Iseng saya pun mengambil beberapa genggam gerombolan bunganya yang berwarna kecoklatan dan menebarkannya di sebuah bidang kecil tanah yang kosong dan berkerikil. Kini bayam-bayam itu telah tumbuh dengan subur dan beberapa kali bahkan daunnya saya panen untuk diblender menjadi smoothie yang menyehatkan. Organik, bebas pestisida dan tentu saja aman buat kantong saya. Saking 'tamaknya' kini setiap kali saya melewati bayam liar dengan biji yang telah menua maka saya pun akan mengumpulkannya dan menebarkannya di setiap sudut halaman rumah Pete yang masih terbuka. Untungnya bayam jenis ini survivor sejati, jadi tanpa perawatan apapun mereka tumbuh dengan suburnya.

Rosemary, basil, dan seedling tomat cherry
Basil

Saya juga menanam tanaman rempah-rempah seperti jeruk purut, lengkuas, kunyit, serai, kencur, rosemary, mint dan basil. Sejak mulai menekuni food photography dan food styling beberapa waktu ini maka saya sering memerlukan garnish di makanan yang akan dijepret, dan rempah-rempah seperti rosemary, basil, dan daun mint tak hanya sedap menjadi bumbu di dalam masakan namun juga mampu mempercantik tampilannya. Bibit rosemary saya peroleh ketika mall Blok M Square mengadakan pameran tanaman, sebuah pohon berukuran kecil dalam pot dibandrol seharga dua puluh lima ribu rupiah. Basil, mint dan chives adalah rempah yang cukup sulit untuk tumbuh di pekarangan saya. Beberapa kali saya menanam basil dan chives dari biji yang saya beli di supermarket, mereka berkecambah dengan cepat namun sulit untuk menjadi tanaman dewasa. Namun satu pot basil pada gambar diatas yang dirawat Heni dengan hati-hati karena belalang gemar juga menyantapnya tampak tumbuh dengan meyakinkan. Saya berencana untuk membuat saus pesto dari daunnya yang harum segar. 

Beberapa tanaman lainnya seperti daun cincau, daun puding yang berwarna ungu gelap dan sedap sebagai salah satu bahan rendang ayam a la Negeri Sembilan Malaysia juga tumbuh subur di halaman. Resep rendang ayam dengan daun puding bahkan juga saya hadirkan di buku ketiga saya. Suatu saat pasti akan saya share disini. 

Mint

Itulah sekilas kebun di halaman rumah Pete, mungkin anda juga memiliki kebun di pekarangan seperti ini atau bahkan jauh lebih bervariasi tanamannya. Namun yang pasti, berkebun tidak harus dimulai dengan lahan yang luas dengan banyak koleksi tanaman, karena meletakkan satu atau dua pot berisikan tanaman bumbu dapur seperti kunyit dan kencur pun sudah memberikan manfaat bagi dapur. Berkebun juga tidak harus menggunakan bibit yang mahal karena batang sisa sayuran, biji-bijian dari bumbu dapur dan biji buah-buahan yang kita santap buahnya setiap hari pun bisa kita gunakan sebagai awal untuk mulai bercocok tanam. 

Berkebun sendiri selain bebas pestisida dan pupuk kimia sehingga lebih menyehatkan, juga mampu menyuplai kebutuhan dapur yang sepertinya tidak pernah berhenti. Jadi tunggu apa lagi, yuk kita mulai berkebun dan memberdayakan lahan di sekitar rumah. Let's go green! Happy weekend! ^_^

64 komentar:

  1. hi ibu endang salam kenal...

    aku rintant, seneng bgt liat kebunnya... aaa bikin iri..cita2 dari dulu pengen punya rumah yg pekarangannya jadi kebun sayur n buah, tinggal petik klo mau masak. sukses terus but JTT yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba rintant, salam kenal dan thanks sharingnya disini ya. cita2 nya sama seprti saya, pengen bisa memetik hasil kebun sendiri hehehe, semoga terwujud cita2nya yaa. sukses selalu!

      Hapus
  2. Suka banget,mbak....saya jd pengen ikutan berkebun.ada sedikit lahan disamping dan depan:-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba, thanks ya. yuk ikutan berkebun juga, sayangnya lahan saya kecil banget jadi terbatas tanamannya hehhee.

      Hapus
  3. Waaahh mba endang sukka berkebun to. aku juga waktu msh ada artku suka nanem benih.tp krn dia ga kerja lagi jadi males deh. Aku mau kasitau rahasia mau gak? Beli benih yg murah sekantung cukup seribu...mcm2 stoknya kesukaan mba endang semua deh sebagai yg hobi masak maupun sayur2an. Cari di google dg keyword 'petani rumahan' nanti muncul webnya (maap sya lupa nama webnya apa :) )
    Dijamin beli disitu murah meriah, puas dan tambah rame kebunnya mba endang dan yg pasti nambah2in kerjaan mba heni, wakakakakk
    dwi-bogor

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Dwi, thanks yaaa, yeppp suka banget lihat yang ijo2, seger dan bs dimakan hahhahah.

      waaak saya udah buka websitenya, waduh saya kok baru skrng tahu ada yang jual benih seribuan, kalau tahu dr dulu udah nanem macem2 didepan rumah hahhaha. thanks infonya ya mba, akan segera dicoba.

      Hapus
    2. wahh.. ngeliat kebun mbak Endang jadi bikin semangat berkebun lagi..
      aku juga suka belanja di petanirumahan itu mbak, murah banget benih2nya.. saking banyaknya beli benih, banyak benih yang belum disemai :D

      Hapus
    3. halo mba rena, yepp murah meriah ya, saya minggu lalu juga pesan tapi belum datang benihnya, udah gak sabar mau nanam lebih banyak hahhaha

      thanks sharingnya yaa

      Hapus
  4. aiiihhh rajinnya mbak endang berkebun. Aku udah nggak ada pekarangan jadi kalo nanam selalu dalam pot. beberapa tahun lalu punya tanaman mawar belasan pot. ketika terjadi banjir melanda, tikus pun rame-rame ngeroyok tanaman mawar. Duh kuesel banget rasanya liat mawarku hancur semua. Sampe sekarang mood untuk nanam segala jenis tanaman belum pulih. males kalo sampai dihajar tikus lagi (curcol), padahal pingin nanam cabe atau sayur apa aja yang bisa tumbuh di pot.
    Mbak, basil itu apa sama dengan selasih ya ? Apakah bisa keluar bijinya kayak kemangi gitu ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba Rina, thanks sharingnya ya.

      wah sayang banget mawarnya yaa, padahal susah itu nanam mawar, dulu pernah coba tapi kena penyakit dan mati.

      basil sejenis selasih dan kemangi tetapi beda species, aroma dan rasanya lebih mild ya, dan yep bisa mengeluarkan biji sama seperti kemangi.

      Hapus
  5. Mupeng dengan bibit rosemary dan omat cherrynya Mbak Endang.
    Halaman depanku dulu pernah aku sebar biji pare. Dan lumayan berbuah banyak. Cuma suamiku kurang suka . katanya bikin gelap trus dibabat huhuhu
    Yang masih ada sekarang belimbing wuluh dan daun salam aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba tatit, iya, ini heni rajin stek rosemary, kebetulan nemu bibitnya di pameran, bisa distek jadi banyak. kalau tomat cherry kemarin dicek kena kutu putih hiiks.

      nah pare saya malah pengen nanam hahahah, cuman memang tanaman merambat suka bikin gelap yaa. thanks sharingnya ya mba ^_^

      Hapus
    2. mbak, kalo ada kutu putih, bikinkan air+bawang putih sedikit, blender, saring, masukkan sprayer, semprotkan....pasti pada kabur entah kemana..cara mudah, murah, dan tidak pakai bahan kimia..hahah

      Hapus
    3. wah makasih ya mba, thanks sharingnya, akan segera dicoba resep pestisida organiknya yaa, thanks ya

      Hapus
  6. Mbak Endang, suegernyaaa liat postingan kali ini. Ijo-ijo royo-royo. Dulu sebelum punya anak, aku suka banget berkebun. Aku punya koleksi macem-macem anggrek. Dari anggrek species sampai anggrek hybrid. Sekarang setelah ada anak, nggak ada waktu lagi buat mengurus anggrek-angrekku, karena aku nggak ada yang membantu di rumah. Alhasil anggrek-anggrek banyak yang mati karena serangan hama dan kurang nutrisi. Sedih juga sih, tapi ya gimana lagi, ngurus bocah batita yang lagi aktif-aktifnya aja sudah menguras tenagaku hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba endah, waah sayang banget itu anggrek species dan hybridnya, dulu saya juga suka koleksi anggrek, tapi kayanya saya gak cocok sama tanaman ini, pada mati. cuman masih ada beberapa cattleya dan vanda yang bertahan di depan rumah dan rajin juga berbunga.

      kalau punya batiita memang hobby harus terbengkalai dulu ya mba hehheheh

      Hapus
  7. Hallo mbak. Idem, saya jg sedang keranjingan berkebun. Menyenangkan sekali semenyenangkan mengeksekusi resep2 mbak Endang ;). Saya msh blm ketemu kecombrang utk ditanam di pekarangan ni. Belakangan jd ketagihan sama olahan makanan dgn bahan kecombrang. Salam
    Astrid

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba astrid, thanks sharingnya ya mba, waah hobby kita sama yaaa, senang juga buka pintu rumah lihat tanaman sayur ijo royo2 hahhaha.

      kecombrang saya nggak punya, tanamannya lumayan gede juga ya.

      Hapus
  8. Duh, Mba Endang... Dari blog ini bukan cuma dapet ilmu masak nih... Tapi jadi ikutan pengen nanem2, tapi pekaranganku tanahnya dikit banget sejak anakku minta bikin kolam ikan.. Jadilah diakalin bikin aquaponik (belum berhasil)...

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba emilia, thanks sharingnya ya mba, senang sekali artikelnya disuka. kalau lahan kecil nanam rempah2 saja mba, biasanya tanaman rempah ukurannya kecil dan gak makan banyak tempat di pot.

      Hapus
  9. Senengnya ya mba bisa metik dan menikmati dari kebun sendiri... Bener2 mba Endang ini rajin banget deh..tanamannya komplit, berarti tangannya mba Endang tuh 'dingin' kata orang jawa..nanem apapun selalu tumbuh subur. Daun mengkudu enak lho mba buat ditumis, dirajang halus dan dibumbui seperti tumisan biasa. apalagi dicampur suwiran tongkol asap...hmmm syedap..hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba Ertianna, thanks yaaa mba. saya suka nanam tapi merawatnya rada2 malas wakkakak, heni yang rajin siram dan rawat.

      nah saya suka tuh resep daun mengkudu dengan tongkolnya, langsung menetes air liur niiih, kayanya saya mesti ngembat daun mengkudu tetangga wakkakak

      Hapus
  10. klo belakang rumahku aku tanam bayam merah, tomat, seledri, cabe, terung wah banyak deh mba...lumayan bwt mangkas anggaran dapur hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah mba dewi, jauh melangkah dibandingkan saya, tanaman sayurannya mantap. memang lumayan buat meringankan beban dapur ya mba, apalagi sayuran sekrg juga mahal. thanks sharingnya yaa

      Hapus
  11. Cantik banget, Mbak Endang! Di rumah kami juga menanam tomat cherry, daun ketumbar, rosemary (tapi mati), bayam liar, seledri, jeruk sambal, tapi semenjak ada kelinci tanamannya nggak ada yang selamat

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaah, mantap mba, saya beberapa kali nanam ketumbar tapi gak tumbuh hiiks. kemarin nyoba lagi, moga kali ini sukses.

      nah kayanya kelinci dan berkebun memang gak bersahabat ya hahahha

      Hapus
  12. Keren banget kebunnya mbak Endang. Cita-cita saya juga pengen punya kebun seperti itu, pengen menanam aneka herbs dan sayuran. Di belakang rumah ortu saya juga ada tanah pekarangan cukup luas, ada kelapa gading, mangga, mengkudu, belimbing, dan pandan. Tapi kalau buah-buaha seperti itu musiman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks sharingnya mba Ayuning, iya ini kebun kecil2an dan tanamannya juga terbatas, sayur2an dan herbs. moga2 cita2nya bs terwujud juga ya mba. sukses selalu yaaa

      Hapus
  13. Wah bikin iri deh mba kebunnya, aku udah nyoba nanam di pot tp ga berkembang. Oia, kl daun mengkudu muda dulu nenekku suka dimasak untuk nasi goreng putih mba. Jadi kangen makan nasi goreng buatan nenek...

    Yulia

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba yulia, thanks sharingnya ya, tanaman pot saya juga kebanyakan gak terlalu subur, tapi kalau ditanah bs bagus.

      wah ide nasi goreng daun mengkudunya mantap! pengen cobaaa hehheheh. thanks yaa

      Hapus
  14. Waduh... saya malah jadi pengen konsultasi soal berkebun nih, Mbak. Wkwkwk. Mbak, tamannya pakai treatment khusus enggak sebelum ditanami? dan selama ini? apakah diberi pupuk secara teratur? pupuk apa, mbak? hehehe... saya juga pengen berkebun ceritanya. terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba yenni, hahahah, gak ada treatment khusus mba, tanahnya juga keras dan tandus, gak saya tambahkan kompos, walau tentunya dengan kompos pasti jauh lebih oke.

      untuk herbs dan sayuran bagusnya tanahnya dicampur kompos ya, bukan pupuk kandang. untuk pupuk kimia saya nggak pakai mba, natural saja dan hama ditangani manual, alias diambil satu2. hama dikebun saya lumayan banyak wakkakak. yang penting cukup sinar matahari dan air mba, pasti oke kok.

      Hapus
    2. waah... makasih balasannya, Mbak. :)
      Semoga makin sukses... :)

      Hapus
  15. cuantik kebunnya...lg berusaha trs tanam mint....jd semangat lg liat postingan mb Endang...

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Lina, thanks yaa, wah mint saya hidup enggan mati tak mau, daunnya sedikit, tanaman ini mudah banget bertunas dari stek, saya beli potongan mint di supermarket hehehhe. tapi kalau dah tumbuh susah berkembang, mungkin terlalu panas di teras rumah saya. sukses yaaa

      Hapus
  16. mbaaak.... jadi pengen nih...
    aku juga ada nanem sayuran sedikit-sedikit tapi biasanya habis dibantai tikus mbak, hiiiks....

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Dwee, waaak hama dikebun saya juga banyak, cuman syukurnya belum masuk tikus hahahha. tetap semangat yaa, thanks sharingnya ya mba

      Hapus
  17. sy tertarik stlah lihat kebun mbak endang, sy mau tanam rosemary, mint, dan basil. untuk keperluan garnish hahaha. krn sy pernah beli daun2 tsb di supermarket, hargany mahal dan di pakai hanya sedikit krn untuk hiasan di piring saja.. benar jg ide sperti mba endang, menanam lebih baik ^^ Thankyou share nya mba ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba Raisa, thanks ya. memang garnish ini salah satu alasan saya nanem2 di kebun wakakka, selain tentunya kepengen sayuran segar organik untuk jus.

      kalau lagi foto makanan, saya suka petik ujung tanaman untuk hiasan piring, lumayan gak perlu beli 1 ikat, mahallll hhahahhah

      Hapus
  18. Waaah mbak endang, makasih ya udah sharing soal kebunnya.
    kelihatannya menarik sekali deh. semoga kapan-kapan aku bisa kumpulin niat untuk berkebun juga hehehe

    cheers,
    filicia

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba filicia, thanks sharingnya ya mba, senang sekali artikel berkebunnya disuka. Ayo, ayo ikutan berkebun hahhahah

      Hapus
  19. Mba endang, pertanyaanku ngga penting siy tapi penasaran, rumah pete itu apa ya ? rumah si pete? . hahaha maaf2 sering banget baca jtt and sering di mention

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehhe, rumah pete itu rumah di jalan pete mba, kebetulan jalan2 disekitar pasar blok A berbau sayur2an hehheh, pete, kubis, ketimun.

      Hapus
  20. wiih seneng banget kalo baca postingan postingan mbak Endang bahasanya nyaman banget buat dibaca. Aku juga dulu ada nanemin herb mba ada basil,mint,dll cuma sekarang sudah pada mati gara gara gapernah dirawat. dulu basilnya udah tua jadi benihnya kemana mana jadinya banyak numbuh numbuh di halaman.Kalo mintnya sih aku tanam dari benih pake kapas basah waktu udah muncul tunasnya aku males pindah ke tanah jadinya malah mati wkwk. kalo boleh tau mbak endang dapet tanaman mint dari benih atau menanam akar dari supermarket ya?Makasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba, wah makasih yaa, senang sekali postingan JTT disuka. Saya nanam basil malah mati terus, tetapi yang sekarang kayanya mulai oke nih, moga bisa keluar bijinya juga supaya bisa tersebar dimana2 hahahha.

      mint saya beli di supermarket. batangnya saya tancap2in saja ke tanah di pot. tumbuh tunasnya gampang tapi setelahnya susah banget berkembangm kurus2 dan daunnnya dikit. mungkin terlalu panas halaman saya.

      thanks sharingnya ya mba ^_^

      Hapus
    2. Hai Mbak,
      Salam kenal yah. Setauku dari baca-baca, mint seneng matahari tapi gak kuat kena terlalu panas. Mungkin bisa dipindah aja tempat yg agak teduh tapi masih dapet sinar matahari.

      Aku udah 3 bulanan ini seneng berkebun. Dikosan udah nanem pakcoy, kale, sama selada. Basil gagal terus tapi masih mau coba lagi. Kalau dirumah udah ada strawberry. Sama pepaya california. Mama yang nanem. Kemarin abis pesen benih di petanirumahan juga. Rencana mau benih-benihnya mau dianem di kosan dan dirumah, biar semua kebagian sayur mayur.

      Hapus
    3. Hai Mb Klarissa, salam kenal juga ya, yep saya baru nyadar setelah 1 pot mint KO dan sisanya kayanya malas2an mau hidup, wakakka, sekarag saya pindah ke tempat teduh, rada2 lumayan daunnya keluar.

      nahhh sekarang saya baru mulai membibit aneka sayur, beli di petani rumahan juga, cuman ketumbar gak mau tumbuh hiiksss. padahal saya butuh daunnya, beli mahalllll.

      thanks sharingnya yaaa

      Hapus
    4. Mbak, gimana ketumbarnya berhasil tumbuh kah? Aku baru mulai tanem ketumbar dari petanirumahan juga nih. Deg-deg-an juga bacanya pas Mbak bilang gak mau tumbuh. Tapi aku pernah baca-baca, ketumbar emang lebih lama tumbuhnya kalau dibanding sama herbs yang lain.

      Aku pernah beli daun ketumbar di Pasar Santa, seiket cuma Rp 2000. Gak terlalu banyak sih dapetnya. Tapi menurutku lumayan murah segitu. Apalagi kalau rajin, bisa aja nih ambil daunnya terus akarnya ditanem lagi kayak nanem daun bawang, nanti tumbuh daun barunya kok. Lumayan kan, daripada nunggu dari biji gak tumbuh-tumbuh.

      Hapus
    5. Hai Mba Klarissa, saya udah tanam ketumbar lebih 2 minggu gak ada 1 pun yang nongol hahaha, saya tanam 3 bungkus. Belum pernah ke pasar santa tetapi 2 rb seikat kecil itu sangat murah, karena di supermarket sampai 12 ribuan. Udah pernah coba juga nanam batang bawah plus akar, tumbuh bentar trus mati hehhehe

      Hapus
  21. Mba gak coba bikin channel youtube? mantap banget gambar gambarnya! kalo mbak Endang aku yakin pasti bisa deh. pasti aku Subscribe!

    BalasHapus
    Balasan
    1. haloo, iyaa, lagi bercita2 mau masukin gambar2nya di u tube. kalau buat video rekaman masak lagi belajar pakai kamera DSLR huaaaa moga bisa yaa. soalnya gaptek banget hehhehe

      Hapus
    2. Waaaah aku baru tau iniii! Kalau mbak endang udh bikin channel youtubenya, kudu bewara di blog yaaa. Aku pasti jd subscriber pertama deeeh, hehehe

      Hapus
    3. wakakka, baru rencana mba, ini lagi mikirin video editing dan konsepnya dulu heheheh. sedang diusahakan. makasih yaaaa

      Hapus
  22. Mba, ada nanam pandan gak? Lumayan buat pewarna alami

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah nanam berkali2 sampai capek, mati muluuuu. dulu pernah nanam sukses sampai besar dan beranak pinak, terus hancur ketiban puing2 rumah, nah sampai sekarang gak pernah sukses hehehhe

      Hapus
  23. Hi mb Endang, salam kenal. Inspiratif sekali kebunnya. Ortu saya juga tinggal d pete tepatnya pete4. Jangan2 tetanggaan hoho. Makasih juga resep2nya sering saya contek ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huaaa Mba Rani, kita tetanggan hehehe, saya juga pete 4, wakakkaka. Rumah yang pagernya kuning jelek buanget hehehhe.

      Hapus
    2. Wah nanti aku mo nitip salam lwt mamaku (ratih) buat mb Endang lah hehe. Aku dah di belanda skrng, makanya rajin nyontek resep biar pinter masak ;)

      Hapus
    3. hai mba Rani, saya sendiri pendatang di pete hahha, gak kenal seorang pun disana kecuali Pak RT ^_^

      Hapus
  24. Salam kenal mb endang, aq sering melongok jtt,bbrpx cba resep2nya,,,wokeee mb
    skrg lihat kebunnya,,,,waahhh sueger jga
    resepnya apa koq bsa seger2 ? bbrp x aq cba tanam ketumbar g pernah jadi, pdahal dah di tempt teduh, daun mintpun jga g bsa bsar. Salam Luky

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba Luky, salam kenal dan thanks yaa,

      wah gak ada resep rahasia mba, hanya siram saja hehehhe, sekarang gak sesubur waktu itu, yang ngerawat udah gak ada heheh

      Hapus
  25. Mbak. Aq mau tanya cara nanem mint dari biji? Koq aku susah banget ya tumbuhnya. Udah berkali2 aq coba semai tp ga sukses. Aku beli benihnya via online. Kasih tipsnya donk. Please... Please....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba Siti, saya belum pernah nanam mint dr benih, saya beli mint di supermarket, nah batang2mya itu saya tanam di pot, lebih cepat tumbuh mba.

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^