Pages

26 Juni 2014

Gulai Pakis a la My Mom


Pakis atau paku merupakan tumbuhan yang sering kita temukan di tepi jalan, di lahan kosong bahkan di dinding tembok dan batang pepohonan. Daunnya yang indah dan unik dengan bentuknya yang beraneka ragam seringkali menjadikan daun ini sebagai target koleksi bagi pecinta herbarium. Dulu ketika saya masih kecil, saya memiliki banyak koleksi tumbuhan paku dari aneka spesies. Daun-daun ini saya selipkan di dalam lembaran buku tua milik Bapak yang telah tidak terpakai. Biasanya dalam waktu satu minggu daun paku menjadi kering dan siap untuk di tempelkan di sehelai kertas putih. Waktu itu saya dan kakak saya Wulan, menggunakannya sebagai hiasan kartu Lebaran yang akan kami kirimkan kepada keluarga di Tanjung Pinang. Berhubung kondisi ekonomi keluarga kami yang sangat pas-pasan dan kartu Lebaran buatan pabrik termasuk golongan barang mewah yang tak terkangkau, maka kartu buatan sendiri yang terbuat dari sehelai kertas karton putih dengan aneka tempelan daun dan biji kering pun menjadi alternatif yang tak kalah ciamiknya. ^_^


Sayangnya kegiatan membuat kartu Lebaran sendiri sepertinya saat ini sudah banyak ditinggalkan orang, apalagi dengan teknologi SMS dan email maka ucapan selamat Idul Fitri cukup dikirimkan dalam teks singkat dan tiba ditujuan dalam waktu sekian detik saja. Padahal kegiatan membuat kartu Lebaran selain menyenangkan juga melatih kreatifitas anak-anak dan mengajarkan mereka menjadi mandiri dan mencintai karya sendiri.

Oke, kembali ke gulai pakis yang kali ini saya posting. Dulu waktu kami masih tinggal di Tanjung Pinang, tepatnya di Tanjung Unggat, saat itu rumah kami terletak cukup jauh dari jalan raya. Nah tepat di belakang rumah terbentang hutan bakau dan kelapa yang cukup luas dimana setiap jengkal tanahnya ditutupi oleh aneka sesemakan, salah satunya adalah pakis. Beribu-ribu pohon pakis dalam aneka jenis, tumbuh dengan suburnya. Hutan ini merupakan tempat bermain saya sehari-hari. Disana, bersama teman masa kecil, saya mengeksplor setiap jengkalnya dan terkadang bermain hingga berkilometer jauhnya dari rumah. Berbeda dengan kakak dan adik saya yang lebih suka 'ngendon' di dalam rumah, maka sejak kecil saya memang telah tergila-gila dengan alam dan tumbuhan. Setiap tumbuhan dan hewan bagi saya terlihat unik dan menarik perhatian sehingga tidak heran jika Ibu saya lebih sering menemukan saya mencari buah kemunting di sesemakan atau memancing ikan kitang-kitang di tepi sungai kecil yang terletak di depan rumah, dibandingkan belajar pelajaran sekolah.


Karena banyaknya tumbuhan pakis di sekitar tempat tinggal kami maka tak heran jika sayur daun pakis menjadi menu sehari-hari. Saat itu di Tanjung Pinang harga bayam dan kangkung luar biasa mahalnya dan Ibu saya sangat jarang memasaknya. Tapi daun pakis dan daun singkong cukup terjangkau bagi keluarga kami. Namun jangan mengira jika kemudian Ibu saya akan memanen daun-daun pakis di hutan di belakang rumah, walau saat ini saya berpikir mengapa tidak kami lakukan saat itu. Biasanya beliau membelinya di pasar dalam jumlah yang banyak karena daun-daun ini ketika dimasak akan menyusut bobotnya dengan drastis. Gulai adalah satu-satunya masakan yang selalu beliau buat kala mengolah daun pakis. Saya bahkan tidak pernah membayangkan masakan lainnya yang lebih tepat. Sepertinya daun pakis yang kering dan berserat dengan rasa yang unik ini menjadi sangat lezat kala dimasak dalam limpahan bumbu gulai dan santan kental.



Di Jakarta sendiri saya sangat jarang menemukan daun pakis dijual di pasar, walau terkadang rumah makan Padang menyajikan gulai pakis dalam daftar menunya, namun itu sangat langka terjadi. Kerinduan saya akan masakan ini pun terbayar ketika beberapa waktu yang lalu saat sedang berkunjung ke rumah Wiwin dan berbelanja di Pasar Mampang, saya menemukan seorang Ibu penjual sayur dengan tumpukan daun pakis di meja dagangannya. Tanpa berfikir panjang, ikatan daun-daun pakis pun berpindah ke kantung belanja saya. Hanya satu resep yang ada di dalam benak saya untuk mempermak tumbuhan paku ini yaitu gulai pakis. Proses menyiangi daunnya yang imut memang sangat menyita waktu dan beberapa daun sepertinya sudah terlalu tua. Dalam ingatan saya, dulu Ibu saya selalu membeli daun-daun pakis kala bentuknya masih kuncup, berwarna hijau tua dan terasa lembut kala diremas, bukan daun mekar berwarna hijau muda seperti yang saya dapatkan. Tapi bagaimana lagi, jumlahnya yang tidak banyak membuat saya akhirnya memasukkan semuanya ke dalam masakan. 

Membuat gulai pakis sangat mudah, semua bumbu cukup dihaluskan dan ditumis hingga harum. Daun di masak hingga lunak dan santan yang cukup kental lantas diguyurkan ke dalamnya. Salah satu kunci gulai pakis yang lezat adalah kuah yang tidak banyak dengan konsistentsi yang kental. Masakan ini mantap di santap bersama nasi putih hangat dan ikan balado. Yummy!

Berikut resep dan prosesnya ya! 

Gulai Pakis a la My Mom
Resep diadaptasikan dari Ibu saya

Untuk 4 porsi

Tertarik dengan resep gulai sayuran lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Gulai Terung a la My Mom
Gulai Daun Singkong - Menu Kegemaran Abang
Gulai Nangka dan Kacang Panjang a la My Mom - Super Tasty!   

Bahan:
- 2 ikat besar daun pakis, berat sekitar 500 gram 
- 80 ml santan kental instan
- 300 ml air

Bumbu dihaluskan:
- 10 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 5 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 1/2 sendok teh jintan 
- 1 sendok makan ketumbar sangrai
- 2 ruas jari kunyit
- 2 batang serai, ambil bagian putihnya saja
- 2 ruas jari jahe
- 6 butir kemiri sangrai 

Bumbu lainnya:
- 3 lembar daun salam
- 4 lembar daun jeruk purut
- 2 ruas jari lengkuas, pipihkan
- 1 1/2  sendok makan gula Jawa disisir atau gula pasir
- 2 sendok teh garam 

Cara membuat:


Siapkan pakis, ambil pucuk mudanya dan siangi daun mudanya dengan menariknya menggunakan jemari tangan. Cuci bersih, tiriskan.


Siapkan wajan, panaskan 2 sendok makan minyak. Tumis bumbu halus, daun salam, daun jeruk, dan lengkuas hingga bumbu harum, matang dan terlihat berubah warna menjadi lebih tua. Tuangkan air, aduk dan masak hingga air mendidih.


Masukkan daun pakis, masak hingga daun lunak dan empuk. Tuangkan santan kental, gula, garam. Aduk dan masak dengan api kecil hingga santan mendidih, matang dan berminyak. Jika kuah dirasa kurang bisa tambahkan sedikit air. Saya sendiri menyukai gulai pakis dengan kuah yang kental dan tidak terlalu banyak. Cicipi rasanya dan sajikan. Yummy! 

Sources:
Wikipedia - Fern
Wikipedia Indonesia - Tumbuhan Paku
  
        

22 komentar:

  1. mba endang, thanks resepnya yaa..

    saya baru tahu ternyata daun pakis harus disiangi dulu yaa, saya pernah masak pakai batang-batangnya, pantesan aneh haha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Putri, yeppp mba harus disiangi karena batang pakis keras ya, kalau gak disiangi ntar makannya jadi gak nyaman wakkakak

      Hapus
  2. Aaaaakkk mbak gulai Pakis emang top, ngangeni deh hehe *ngeces*

    BalasHapus
  3. wahhh ini masakan favoritku mb ibukku sering bikin rasanya unik tp uenyakk... pakis skrg agak langka mb mb udh pernah masak daun labu siam(bhs jawanya manisa) dibuat gulai kyk ini ga ? itu jg enak mb bumbunya sm cmn sayurnya dganti sm daun labu siam rasanya jg unik mb mnrtku sih hehe tp sayang dsby daun labu siam langka...
    yeni sby

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Yeni, saya juga suka pucuk daun labu, mantap dimasak pakai santan.kadang2 di supermarket suka ada mba, cuman memang jarang banget ya. thanks ya Mba Yeni

      Hapus
  4. wah baru tahu kalo pakis ntuu.bisa di masak.....dulu di kampung halaman banyak tapi kok gak pernah denger ya di sayur...kl sekarang di kota malah gak pernah lihat lagi...oh kampung halaman ku....jadi kangen magelang..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yepp, biasanya masyarakat di sumatera yang jago2 memanfaatkan daun pakis karena banyak banget tumbuh disana ya

      Hapus
  5. Jadi ingat kampung halaman..dulu gulai daun pakis d santap bersama lontong..aduhai sedap nya..jadi pengen mudik,hehehe..makasi ya mba resep nya..
    -ummu afifa-

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaaah enak banget pakai lontong, di jakarta mana ada masakan itu hiikss

      Hapus
  6. Aku juga baru tau kalo daun ini bisa dikonsumsi...
    Kalo musim hujan, di pekarangan belakang rumah suka banyak tumbuh di pinggiran tembok... ^_^
    Makasih infonya nih mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Lina, butuh banyak banget supaya bisa dimasak, karena kena panas kempessss dengan sukses hehehhe

      Hapus
  7. wah Mbak Endang, aku kemarin abis masak gulai pakis untuk buka puasa, emang mantep deh rasanya..
    biasanya ibuku kalau masak gulai pakis juga ditambahin ikan salai, jadi gulainya ada rasa-rasa smoked gitu, mantep pokok'e mbak..
    tapi karena aku agak susah nyari ikan salai disini, biasanya aku tambahin ikan teri, tetep enak mbak hehe

    vela,depok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Vela, waaah pakai ikan salai dan teri makin sedap dan gurih rasanya. di depok keknya banyak yang jual daun ini ya. thanks infonya ya mba

      Hapus
  8. halo mbak Endang, mau tanya itu haluskan bumbunya pakai Food Proc. atau blender? saya pernah punya pengalaman blender jadi rusak karena buat mblender bumbu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pakai chopper Phillips Mba, mirip2 kaya food pro ya. kalau pakai blender saya pakai yang gelas kecil (dry mill) yang untuk giling bumbu ya.

      Hapus
  9. wah ternyata enak di gulai mbak biasax cuma di bikin urap
    idah -sengkang-

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai mba idah, waah keknya mantap juga di urap yaa hehhehe

      Hapus
  10. Wah ini sayur favorit aq suka beli ketupat sayur padang pk gulai pakis.. kl pagi biasanya aq beli di ragunan atau di depan blok m square.. kl sore menjelang malam
    di depan pgc cililitan berjejer yg jualan.. tp paling mantap yg di ragunan pedesnya mantap... sekarang udah ada resepnya mba endang uhuy bisa buat sendiri ini
    -Indah-

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Mba Indah, wah di blok M squarenya yang mana ya Mba? Soalnya suka berkeliaran didaerah sana wakaka, apa pasar paginya ya? Saya maniak banget sama gulai pakis, suka susah cari sayuran ini di pasar.

      Hapus
  11. Barusan saya masak dgn resep mba endang. Hummmb, mantaph like always..

    BalasHapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^