Pages

26 Februari 2015

Combo Teppanyaki dengan Ayam dan Seafood - Oishi!


"Fish fillet, extra veggies dan ocha panas," pelayan di restoran Koi Teppanyaki yang terletak di Mall Ambassador langsung menyebutkan menu tersebut kala saya menduduki sebuah kursi kosong disana. Tak urung senyum saya pun terkembang lebar, "Yep, betul Mas"! Sejak didera batuk menyiksa maka saya pun berusaha mencari makan siang yang aman, dan Japanese food tampaknya pilihan yang paling tepat karena tidak spicy dan menggunakan bumbu yang simple. Selain itu makanan apalagi sih yang lebih menyehatkan selain sepiring irisan daging ikan gindara dan dua porsi sayur  yang di grill serta segelas teh hijau yang membuat nyaman tenggorokan? Hm, sepertinya tidak ada. Jadi hampir setiap hari, pada jam makan siang, wajah saya pun menghiasi deretan bangku di restoran teppanyaki tersebut.

Menu andalan saya adalah fish fillet, namun terkadang tenderloin yang empuk sering saya pesan, plus tambahan satu porsi sayuran lagi. Si Mas pelayan di restoran hafal dengan menu itu saking seringnya saya berkunjung kesana, dan saya pun hafal dengan wajahnya yang ceria dan ramah. Satu hal yang mengasyikkan jika makan di Koi Teppanyaki adalah menyaksikan si koki meracik masakan langsung di depan pengunjung dan betapa cekatan tangannya menggerakkan dua buah spatula dengan cepat. Semua itu menjadi pemandangan seru sambil menunggu makanan anda matang. Ketika anda masih ingin menyaksikan atraksi itu berlanjut, tiba-tiba makanan telah dibagikan ke masing-masing piring dengan porsi takaran yang sama persis. Nah kalau sudah begitu saatnya menyerbu nasi hangat dengan sumpit! ^_^


24 Februari 2015

Sup Buntut Super Nendang!


Belakangan ini kantor saya serasa menjadi arena perlombaan batuk. Hampir dari setiap penjuru ruangan dalam beberapa menit terdengar batuk keras yang menggema. Bisa dipastikan virus pun bergentayangan di dalam ruangan tertutup itu.  Lucunya, penderita batuk di kantor jauh lebih banyak sehingga mereka yang sehat terpaksa harus mengenakan masker agar tidak tertular. Kantor pun menjadi seperti antrian di puskesmas dimana aneka suara khas dari pengidap sakit flu terdengar, ditambah dengan pemandangan para karyawan yang mengenakan jaket tebal, syal hingga topi wol.  

Saya termasuk salah satu yang menyumbangkan virus batuk ke udara, batuk kering yang terasa sakit di dada dan tenggorokan ini telah mengganggu sejak seminggu belakangan ini. Batuk plus radang di tenggorokan ini benar-benar membuat aktifitas kerja menjadi terhambat. Untuk menumpasnya maka aneka obat batuk sirup, multivitamin, dan minuman penyegar untuk mengobati panas dalam pun saya tenggak setiap waktu. Tak peduli mungkin saat ini saya sudah overdosis. Tapi sebalnya, batuk tak kunjung reda, bahkan semakin terdengar seperti gonggongan anjing setiap kali saya menyalak keras. Lebih parahnya lagi, akibat banyak minum obat batuk maka kepala saya terasa seakan melayang, hidup seperti setengah mimpi dan setengah zombie. Bahkan untuk mengetik postingan tentang sup buntut ini pun terasa berat. Jadi kalau anda sulit menemukan benang merah di artikel yang saya tulis, ini karena kepala saya sulit untuk diajak bekerja sama akhir-akhir ini. ^_^


23 Februari 2015

Rustic Mango Pie dan Cerita Tentang Ayunan


Ayunan bayi itu sudah tua. Benda itu berbentuk lempengan besi dengan pengait di sisi kiri kanannya untuk menggantungkan kain sarung. Lempengan itu lantas digantungkan pada sebuah per panjang dan diikatkan pada sebatang cabang pohon yang tumbuh melintang. Ayunan tua yang dulunya tergantung di pintu kamar itu sangat berjasa karena selama bertahun-tahun telah berhasil membuai tiga orang bayi agar tertidur lelap sehingga sang Ibu bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Ketiga bayi tersebut saat itu telah berusia delapan, enam dan empat tahun, dan hampir setiap hari heboh memperebutkan giliran untuk menaiki ayunan yang kini tergantung di pohon jambu di depan rumah. Mereka tak peduli dengan per di ayunan yang mulai kendor dan melar saat tubuh-tubuh  mungil itu bertumpukan di dalamnya. 

Nah, bocah-bocah tersebut adalah saya, Wulan, kakak saya dan adik saya, Wiwin. Kala itu kami masih tinggal di daerah bernama Batu Dua, di Tanjung Pinang. Kami menempati sebuah rumah pinjaman untuk tentara TNI Angkatan Udara karena Bapak adalah seorang tentara dan sering harus berjaga malam di pos AU. Rumah kami yang mungil itu bertengger di atas bukit, tidak jauh dari kantor Bapak - markas TNI Angkatan Udara - yang terletak di bawah dan hanya dipisahkan dengan tangga batu sehingga setiap jam makan siang Bapak pulang untuk makan di rumah.


18 Februari 2015

Nasi Goreng Kencur


Saya jarang membuat nasi goreng, dalam resep JTT anda mungkin hanya akan menemukan dua buah resep saja tentang makanan ini. Terus terang, nasi goreng bukanlah salah satu menu favorit. Statement ini mungkin terdengar aneh, mengingat bagi si tukang makan seperti saya maka semua makanan selalu terasa enak di lidah. Tapi jika anda dibesarkan dengan nasi goreng setiap hari, dimana aktivitas pagi hari selalu dimulai dengan sepiring nasi goreng yang memenuhi perut maka suatu saat titik jenuh itu pun tiba dan terbawa hingga dewasa. 

Saya masih ingat, pada jaman itu dimana nasi dimasak dengan cara ditanak di kompor maka jika ada nasi tersisa, (dan itu selalu ada!), maka keesokan harinya Ibu atau Mbah akan menggorengnya supaya bisa dimakan oleh seluruh anggota keluarga. Biasanya Ibu akan menambahkan sedikit suwiran ikan goreng sisa kemarin,  cara ini ampuh agar nasi goreng bisa dimakan tanpa lauk. Nah yang menjadi masalah adalah seringkali kualitas nasi yang digunakan lembek dan sedikit basah karena sudah menginap semalam di suhu ruang. Diperparah dengan kegemaran Ibu dan Mbah Wedhok, mengucurkan banyak minyak jelantah (bekas menggoreng aneka makanan lainnya) kala menumis bumbu. Membuat nasi goreng menjadi lembab dan sangat berminyak. Lama-kelamaan, makanan yang sangat banyak penggemarnya ini menjadi nightmare dalam hidup saya. ^_^ 

17 Februari 2015

Tumis Kerang Asam, Pedas, Manis


Menyantap tumis kerang dengan rasa asam, pedas dan manis ini selalu membuat saya teringat dengan masa belasan tahun yang lalu kala tinggal selama tiga bulan lamanya di Malang. Kota sejuk ini memang menjadi tujuan utama bagi para siswa yang baru lulus dari daerah Jawa Timur seperti saya, untuk melanjutkan kuliah ke Perguruan Tinggi. Selama tiga bulan saya menghabiskan waktu dengan mengikuti bimbingan belajar dan tinggal di sebuah kamar kos berukuran 2 x 2 meter. Pemilik kos adalah sepasang suami istri baik hati yang sudah cukup uzur usianya. Uang saku yang pas-pasan dan biaya bimbingan yang mahal bagi kemampuan kedua orang tua saya, membuat saya harus ekstra keras mengatur uang makan yang minim setiap hari kala itu.


16 Februari 2015

Gurame Garing Siram Cabai, Bawang, Garam


Hari Minggu kemarin, saya mengantarkan Ibu saya yang kebetulan saat ini sedang berada di Jakarta ke toko buku Gramedia. Beliau berkunjung selama dua minggu atas permintaan adik saya, Wiwin, untuk menjaga kedua putranya, Rafif dan Fatih, dalam rangka menjalankan ibadah umroh bersama suaminya. Dua orang tante, adik bungsu saya Dimas dan si krucil Fatih pun ikut serta bersama kami menuju ke Mall Ambassador. Setelah urusan di toko buku selesai - Ibu saya gembira dengan buku barunya dan sang cucu, Fatih terlihat happy dengan beberapa komiknya - maka kami pun menuju ke lantai lima dimana restoran D'Cost berada.  

"Adik mau mau makan apa"? Tanya saya ke Fatih yang gembul. Saya tahu bocah ini sedang kelaparan berat walau waktu baru saja menunjukkan tepat pukul 12 siang.  "Adik mau makan semua yang ada," jawabnya bersemangat tapi tangan gendutnya hanya menunjuk gambar  ikan gurame bakar kecap di papan dan ice cream. Saya tahu ikan gurame merupakan lauk kegemarannya. Jadi satu ikan gurame bakar kecap pun meluncur bersama pesanan lainnya. Nah ada satu menu yang saya suka pesan dan biasanya hampir selalu hadir di restoran yang menyajikan makanan Chinese, yaitu ikan, ayam atau seafood goreng yang disiram dengan bumbu cabai bawang garam. Masakan ini sangat simple dan tidak menggunakan banyak bumbu. Karena itu kerenyahan tekstur adonan yang digunakan untuk membalut  bahan menjadi poin plus yang wajib dihadirkan. Jadi tidak heran pada hari itu, sepiring ikan gurame goreng bersama siraman cabai, bawang putih dan garam ini pun tidak terlewat untuk saya pesan. ^_^


12 Februari 2015

Cake Kukus Tape Ketan Hitam


Minggu lalu saya berhasil membuat tape ketan sendiri. Tape ketan hitam dan putih yang so sweet, moist dan lembut membuat setiap kali saya membuka kulkas dan menatapnya maka keinginan untuk mengudapnya kontan menyerbu. Tidak sampai dua minggu, dua kilogram tape ketan pun hampir ludes membuat saya harus menyelamatkannya sebagian agar bisa dipermak menjadi makanan lainnya. Cake tape ketan merupakan ide yang 'maknyus' dan berhubung akhir-akhir ini saya agak malas membuat cake maka saya pun berusaha mencari resep cake termudah dengan budget terjangkau. Ide resepnya saya ambil dari resep basic sponge cake yang pernah saya tampilkan di JTT. 

Nah karena saya menambahkan porsi tape ketan di dalamnya maka teksturnya menjadi tidak seringan sponge cake sebelumnya tapi tetap lembut dan yummy. Satu kekurangan cake ini hanyalah rasa tape ketan yang kurang 'nendang' walau saya sudah menggunakan hampir seperempat kilogram tape di dalamnya. Menurut saya ini bukan dikarenakan porsi tape ketan yang kurang banyak tetapi memang karena tape ketan sendiri tidak terlalu memberikan rasa yang kuat dan spesifik seperti halnya pisang, coklat atau keju. 

Homemade Tape Ketan 
Simple Basic Sponge Cake


11 Februari 2015

Strawberry Frozen Yogurt dengan 3 Bahan Saja! ^_^


Yep saya tahu cuaca sedang hujan, dan tentu saja dingin, dan tentu saja makanan atau minuman dingin bukanlah pilihan yang tepat. Namun jika makanan dingin tersebut selembut dan selezat strawberry frozen yogurt seperti yang satu ini siapa yang bisa menolaknya? Hm, mungkin anda akan menghindar atau memilih makanan hangat lainnya, namun terus terang sejak membuatnya minggu lalu maka hari-hari saya selalu dilewati dengan menyantap minimal satu cup kecil yogurt beku dengan cincangan strawberry yang manis ini. 

Biasanya, sepulang kantor saya akan duduk di sofa melepas lelah, mendengarkan cerita dan kegiatan Heni seharian itu sambil menyaksikan film India kegemarannya. Biasanya selalu ditemani dengan sepiring nasi hangat plus dengan aneka sayur atau lauk pauk yang dimasak asisten rumah saya tersebut. Biasanya menyantap dessert alias pencuci mulut selesai makan besar bukan merupakan kebiasaan saya. Namun sejak berhasil membuat yogurt beku sendiri dan hasilnya luar biasa memuaskan membuat aktifitas saya setiap malam menjadi bertambah. Mengudap frozen yogurt! ^_^


09 Februari 2015

Yang Hangat di Musim Hujan - Wedang Ronde


Hari ini perjalanan menuju ke kantor merupakan perjuangan yang sangat berat. Sejak malam hingga pagi hari hujan terus mengguyur Jakarta mulai dari rintik gerimis yang mengundang untuk tetap mendekam di atas kasur hingga hujan deras yang membuat saya lari terbirit-birit mencari tempat berteduh setelah dirasa payung kecil yang saya pergunakan tidak bisa lagi menahan curahan hujan yang deras. Sebenarnya dalam hati, sejak bangun tidur dan menemukan bahwa cuaca di luar sangatlah tidak bersahabat,  saya telah berniat untuk mengambil cuti satu hari dan menikmati cuaca yang sendu ini di rumah sambil berkutat di dapur mengutak-atik satu atau dua resep baru. Namun teringat dengan rencana cuti di minggu depan membuat saya  melupakan keinginan tersebut dan bersiap juga untuk berangkat ke kantor. Nah penyesalan datang kemudian, tatkala harus berjuang mendapatkan taksi di bawah hujan deras dan perjalanan ke kantor yang ditempuh jauh lebih lama karena jalan Sudirman yang luar biasa macet. Ah seandainya saya tetap mengikuti suara hati, betapa nyamannya hari ini dilalui di rumah. ^_^


06 Februari 2015

Ikan Belanak Masak Lemak


Ikan belanak bukan jenis ikan yang umum saya beli. Tidak terbiasa mengkonsuminya dan tidak pernah juga melihat Ibu memasaknya membuat saya ragu setiap kali hendak mencobanya. Namun beberapa waktu yang lalu saya melihatnya cukup berlimpah tersedia di meja Mba Siti, penjual ikan segar andalan di pasar Blok A. Berbekal nekat dan sedikit dorongan dari si Mba Penjual, maka tiga ekor ikan pun masuk ke dalam kantung plastik bersama beberapa jenis ikan lainnya. Saya biasanya berbelanja ikan setiap dua minggu sekali di pasar, setelah ikan disiangi dan dicuci bersih lantas saya masukkan ke freezer untuk dibekukan. 

Ikan belanak memiliki sisik yang besar dan terlihat tebal, mungkin karena faktor itulah yang membuat saya ragu dengan tekstur daging di baliknya. Namun ketika ikan kemudian saya goreng dan masak bersama santan berkuah yang nyemek-nyemek, saya cukup surprised dengan tekstur dagingnya yang putih, lembut dan sangat gurih. Ikan belanak sungguh mantap dan sejak itu ikan ini menjadi salah satu ikan favorit saya. ^_^


05 Februari 2015

Yuk Kita Buat Tape Ketan!


Tape ketan, baik yang putih atau hitam saya suka! Begitu sukanya, setiap kali melihatnya 'nangkring' di salah satu peti pendingin di supemarket maka ingin rasanya satu cup saya masukkan ke dalam keranjang belanja. Sayangnya tape ketan di supermarket harganya lumayan mahal, jadi hanya sesekali saja saya bisa memuaskan diri untuk mengudap makanan tradisional yang tidak ada matinya ini. 

Sebenarnya sudah lama saya ingin membuatnya sendiri, bahan penyusunnya toh hanya beras ketan dan ragi. Beberapa kali saya bahkan membeli ragi tape di pasar namun benda tersebut kemudian hanya 'ngendon' di kulkas selama berbulan-bulan lamanya dan akhirnya terpaksa saya buang. Terus terang yang membuat saya ragu untuk mencobanya adalah seumur-umur saya belum pernah melihat proses pembuatannya secara langsung. Sepertinya budaya nekat juga tidak bisa diterapkan kala membuat makanan bernama tape. Khawatirnya bukan tape yang dihasilkan melainkan seonggok bubur basi yang tidak jelas rasanya. ^_^

Beras ketan hitam
Ragi tape

04 Februari 2015

Martabak Terang Bulan


Martabak, merupakan makanan andalan di kantor saya untuk dibagi-bagikan manakala seseorang sedang merayakan suatu kesuksesan atau hari yang dianggap spesial. Harganya terjangkau dan porsinya pun banyak karena bisa disajikan dalam potongan-potongan yang kecil. Alasan lainnya adalah kebetulan ada satu warung martabak yang cukup ngetop di belakang kantor yang bisa memberikan jasa delivery order. Dengan personil kantor yang cukup banyak dan rata-rata doyan makan, maka makanan 'ringan' ini mantap sebagai pengganjal perut kala hari mulai menjelang sore. 

Martabak telur tentu saja selalu menjadi favorit. Ketika box pembungkus dibuka maka belasan tangan pun langsung terulur menyerbu. Sebagian bahkan membawa box makan siang yang telah kosong atau penutup kotak martabak yang lebar, sehingga beberapa potong bisa diamankan untuk dimakan di meja masing-masing. Martabak manis alias si terang bulan biasanya akan dilirik ketika versi telurnya sudah ludes dan hanya menyisakan semangkuk saus coklat dan acarnya saja. Tidak memakan waktu hingga tiga puluh menit lamanya maka berkotak-kotak makanan tersebut, akan lenyap dari atas meja. ^_^


03 Februari 2015

Sup Ikan a la Singapore


Sejak hari Sabtu, hujan seakan begitu gembira mengguyur Jakarta setiap waktu dari pagi hingga malam hari. Seringkali hujan deras juga jatuh pada pukul dua belas siang saat saya berada di kantor, membuat perburuan untuk mencari makan siang pun menjadi terhambat. Beberapa kali saya terpaksa harus menyantap bihun instan karena enggan untuk turun dari gedung dan menuju ke mall di sebelah kantor dalam curahan hujan yang sangat deras. Kalau sudah seperti ini maka saya pun terpaksa harus bangun lebih pagi untuk mempersiapkan makanan sebagai bekal makan siang. Biasanya bahan-bahan yang akan saya masak di besok pagi sudah saya persiapkan pada malam harinya. Kupas, rajang, iris, simpan di tupperware dan ceburkan ke dalam kulkas. Khusus untuk protein seperti ikan atau ayam yang membeku di freezer, maka pada malam hari sebelum tidur telah saya masukkan ke dalam chiller agar mencair keesokan harinya. 

Tumisan, tim dan rebusan merupakan pilihan menu yang paling mudah dipersiapkan dengan mudah dan cepat.  Jadi pagi ini, saya pun menumis zukini bersama wortel, jagung manis  dan brokoli dalam bumbu yang simple.  Sebagai proteinnya saya sudah mempersiapkan pepes ikan di malam harinya. Namun siang ini ketika saya sedang mempersiapkan semangkuk oatmeal di microwave, saya pun mencium aroma masakan nan sedap dari piring seorang teman yang sedang bersantap siang di pantry kantor. Air liur pun kontan meleleh kala melihat potongan ikan dan aneka daun rempah dalam semangkuk sup berkuah kuning yang terlihat hot and spicy. Ahh, hilang sudah selera saya menyantap tumis sayur yang sudah dibuat dengan susah payah. Sepertinya besok saya harus berganti menu. ^_^



02 Februari 2015

Kaki Ayam Tausi dengan Slow Cooker


Saya sedang tergila-gila dengan slow cooker yang baru beberapa minggu lalu saya coba gunakan untuk memasak. Setelah sukses membuat iga dengan hasil yang empuk dan daging terlepas dari tulangnya dengan mudah, saya kembali mengulang sukses dengan membuat bubur kacang hijau ketan hitam yang pulen dan legit. Memasak secara perlahan dengan slow cooker membuat butiran kacang hijau matang dengan  baik namun butirannya masih tetap utuh sehingga rasanya menjadi lebih nendang. 

Weekend kemarin saya pun mencoba peruntungan berikutnya, satu resep yang sudah sangat lama ingin saya coba namun terkendala dengan bumbu yang sulit diperoleh akhirnya berhasil dieksekusi dengan slow cooker andalan. Masakan tersebut adalah kaki ayam tausi yang biasanya sering ditemukan di restoran dim sum. Kaki ayam yang berwarna merah merona dalam gelimangan bumbu yang sedap ini memang menjadi favorit dan selalu saya pesan kala menyantap dim sum di restoran. Selain rasanya yang lezat maka ciri khas lainnya adalah kaki ayam tausi ini memiliki tekstur super empuk sehingga terkadang anda pun bisa mengunyahnya sekaligus bersama tulang-tulangnya. Nah dengan slow cooker maka membuat kaki ayam tausi a la restoran bukan menjadi angan-angan belaka saja. ^_^


Tausi/Douchi terbuat dari fermentasi kacang kedelai hitam