Pages

02 Februari 2015

Kaki Ayam Tausi dengan Slow Cooker


Saya sedang tergila-gila dengan slow cooker yang baru beberapa minggu lalu saya coba gunakan untuk memasak. Setelah sukses membuat iga dengan hasil yang empuk dan daging terlepas dari tulangnya dengan mudah, saya kembali mengulang sukses dengan membuat bubur kacang hijau ketan hitam yang pulen dan legit. Memasak secara perlahan dengan slow cooker membuat butiran kacang hijau matang dengan  baik namun butirannya masih tetap utuh sehingga rasanya menjadi lebih nendang. 

Weekend kemarin saya pun mencoba peruntungan berikutnya, satu resep yang sudah sangat lama ingin saya coba namun terkendala dengan bumbu yang sulit diperoleh akhirnya berhasil dieksekusi dengan slow cooker andalan. Masakan tersebut adalah kaki ayam tausi yang biasanya sering ditemukan di restoran dim sum. Kaki ayam yang berwarna merah merona dalam gelimangan bumbu yang sedap ini memang menjadi favorit dan selalu saya pesan kala menyantap dim sum di restoran. Selain rasanya yang lezat maka ciri khas lainnya adalah kaki ayam tausi ini memiliki tekstur super empuk sehingga terkadang anda pun bisa mengunyahnya sekaligus bersama tulang-tulangnya. Nah dengan slow cooker maka membuat kaki ayam tausi a la restoran bukan menjadi angan-angan belaka saja. ^_^


Tausi/Douchi terbuat dari fermentasi kacang kedelai hitam


Minggu lalu kala sedang berkunjung ke kantor cabang di Pluit, saya baru menyadari bahwa kantor tersebut terletak di dekat sebuah pasar tradisional yang cukup besar. Ibu Irene, sang Kepala Cabang, lantas mengajak saya untuk singgah sejenak di pasar kala jam makan siang dan hasilnya membuat saya excited. Di lantai dasar, ternyata banyak sekali terdapat toko yang menjual aneka rempah dan makanan khas Chinese. Pluit memang terkenal sebagai salah satu kawasan Pecinan di Jakarta,  dimana disana banyak tersebar aneka restoran yang menawarkan kuliner Chinese yang cukup terkenal. Menatap bumbu-bumbu dan bahan makanan kering yang sering dipergunakan di dalam masakan China membuat otak saya langsung berputar berusaha mengingat bumbu atau bahan yang sulit diperoleh kala saya akan mencoba satu resep Chinese food. 

Seikat sawi asin kering yang jarang ada di pasar dan supermarket sebenarnya harganya lumayan mahal untuk kantung saya, namun karena penasaran dengan tekstur dan rasanya akhirnya makhluk tersebut pun masuk  ke kantung belanja bersama jamur shiitake kering dan ebi (udang kering). Nah ada dua bumbu yang membuat saya hampir berjingkrak girang kala si Cici penjual menjawab "Ya, ada kok," yaitu merica Szechuan dan tausi. Kedua bumbu ini lumayan sulit untuk ditemukan, khususnya untuk merica Szechuan. Beberapa kali perburuan di pasar dan supermarket, selalu berakhir dengan tangan hampa, jadi ketika melihatnya melimpah di salah satu toko, saya pun membeli merica ini sebanyak satu ons.  Sedangkan tausi, alias kacang kedelai hitam fermentasi, sebenarnya bisa ditemukan di All Fresh dan supermarket besar lainnya, sayangnya bumbu ini hadir dalam ukuran kaleng yang besar membuat saya enggan untuk membelinya. Toko tersebut menjual tausi dalam kaleng kecil dengan harga tujuh ribu rupiah saja. 


Nah merica Szechuan atau Szechuan peppercorn, walau tidak dipergunakan di dalam resep kaki ayam tausi ini, namun sekilas ulasan singkat tentangnya mungkin bisa membantu anda untuk membayangkannya. Merica ini merupakan jenis bumbu yang sering sekali dipergunakan di dalam kuliner Szechuan/Sichuan. Bentuknya menyerupai ketumbar/merica yang terbelah namun berwarna kemerahan. Merica ini masih satu keluarga dengan merica Batak atau andaliman, karena itu merica Szechuan juga mengeluarkan rasa yang unik dan khas. Aromanya mirip seperti lemon dan ketika dimakan akan menimbulkan rasa getar seperti mati rasa di lidah dan mulut. 

Ayam kung pao yang pernah saya sajikan di JTT seharusnya menggunakan merica Szechuan untuk memberikan sensasi otentik, sayangnya saat itu saya belum memiliki rempah unik ini, sehingga terpaksa saya skip dari resep. Namun masih ada beberapa resep a la Szechuan lainnya yang menuntut penggunaan merica ini, salah satunya yang ingin segera saya coba adalah Mapo Tofu. Nah jika telah berhasil saya eksekusi, pasti resep, ulasan dan foto Szechuan peppercorn akan saya tampilkan juga disana. ^_^ 

30 Menit Ayam Kung Pao - Not so authentic but definitely yummy! 


Untuk tausi atau douchi, bumbu ini memiliki kesamaan dengan tauco. Bedanya jika tauco terbuat dari kedelai putih maka tausi terbuat dari kedelai hitam. Aroma tausi tidak sekuat tauco, selain itu biasanya butiran kedelai di tausi masih berbentuk bulat utuh, tidak hancur seperti tauco. Tausi terbuat dari kedelai hitam yang difermentasikan dan diasinkan. Karena itu biasa dikenal dengan nama fermented black soybeans, Chinese fermented black beans, atau salted black beans. Proses fermentasi ini akan membuat kacang kedelai hitam menjadi lunak dan umumnya kering (jika dibiarkan menjadi kering). Tausi di pasaran hadir dalam bentuk kalengan, dimana butiran kacang kedelai yang telah difermentasikan direndam di dalam air rendamannya yang asin. Bumbu ini umumnya dipergunakan untuk membuat mapo tofu, atau sebagai penambah aroma dan rasa dalam tumisan ikan atau sayuran (seperti pare dan sayuran berdaun hijau). Tausi biasanya tidak dipergunakan dalam jumlah yang banyak dimasakan, perannya hanya sebagai bumbu pelengkap saja.


Nah jika anda kesulitan menemukan tausi saat membuat kaki ayam tausi ini maka jangan gantikan perannya dengan tauco, karena tauco akan memberikan rasa dan aroma yang berbeda. Paling aman, skip saja bumbu ini. Walau mungkin masakan kaki ayam yang anda buat akan menjadi kurang otentik namun saya yakin bersama bumbu lainnya maka rasanya akan tetap lezat. Saya akui memang ada satu kepuasan tersendiri jika berhasil membuat masakan yang otentik dan seperti aslinya, namun terkadang karena keterbatasan bahan jualah yang membuat kita sulit untuk mewujudkannya. Biasanya jika bertemu dengan kondisi 'mentok tembok gubrak' seperti itu maka saya akan berusaha untuk mencari bahan pengganti yang diharapkan mampu memberikan rasa yang hampir sama. Seperti yang sering saya sebutkan di postingan sebelum-sebelumnya, jangan sampai keinginan untuk memasak suatu resep atau masakan menjadi terhambat hanya karena bahan yang sulit diperoleh. ^_^


Nah di resep kaki ayam tausi yang mudah anda temukan di internet, biasanya ada satu bahan lagi yang tidak umum dalam kuliner Indonesia, yaitu doubanjiang atau spicy fermented black beans. Doubanjiang merupakan saus yang terasa pedas dan asin yang terbuat dari kacang kedelai hitam, kacang fava (fava bean/broad bean/faba bean), beras, garam, dan aneka rempah-rempah lainnya  yang difermentasikan. Biasanya pasta ini hadir dalam rasa plain atau pedas, untuk versi pedasnya maka doubanjiang ditambahkan banyak cabai ke dalamnya. 

Di kuliner Korea, doubanjiang mirip dengan pasta pedas bernama gochujang. Jika anda pernah membaca postingan saya di sayap ayam manis pedas atau yangnyeom tongdak, maka disana saya menggunakan gochujang sebagai salah satu bumbu untuk memberikan rasa pedas dan warna merah sumringah di sayap ayam goreng. Nah berhubung saya tidak memiliki doubanjiang, maka saya pun menggantikannya dengan gochujang yang kebetulan masih tersisa cukup banyak dan tersimpan baik di kulkas. Hasilnya, kaki ayam tausi ini berakhir mantap. Sulit menemukan doubanjiang atau gochujang? Skip saja dan gantikan perannya dengan saus sambal dan saus tomat botolan untuk memberikan warna merah di masakan. 

Sayap Ayam Manis Pedas a la Korea - Yangnyeom Tongdak

Gochujang, pasta cabai Korea

Kembali ke proses pembuatannya. Kaki ayam atau biasa dikenal dengan nama phoenix claws,  sebenarnya sering sekali digunakan di dalam kuliner China di berbagai daerah. Masakan kaki ayam umumnya disajikan sebagai camilan, hidangan dingin, sup atau sebagai menu utama. Kaki ayam tausi ini mungkin merupakan masakan yang paling umum dan sering kita temukan di restoran yang menyajikan masakan China. Proses pembuatannya terbilang unik. Pertama-tama kaki ayam yang telah dibersihkan harus digoreng terlebih dahulu di dalam minyak yang panas hingga kecoklatan. Tujuannya agar ketika direndam di dalam air es maka kulitnya akan mengembang dan tampak mekar. Baru kemudian kaki ayam direbus di dalam rempah-rempah yang umumnya terdiri atas kembang lawang (pekak/star anise), kayu manis, jahe, bawang putih, dan kecap asin. Sausnya yang merah biasanya dimasak terpisah setelah kaki ayam menjadi lunak, saus ini  berwarna merah menyala dengan rasa sedikit pedas dan  manis.

Warna merah merupakan ciri utama kaki ayam tausi, biasanya beberapa resep menggunakan angkak, beras yang difermentasikan dan berwarna merah. Untuk mendapatkan warnanya maka satu atau dua sendok teh angkak direndam/direbus di dalam air panas hingga air rendamannya menjadi berwarna merah dan digunakan di dalam masakan. Angkak cukup mudah ditemukan di supermarket besar, namun sayangnya saya sendiri belum pernah menggunakan bahan ini sehingga saya skip dari resep. Terus terang memang kaki ayam yang saya buat tidak memiliki warna semerah di restoran, namun efek gochujang, saus tomat dan saus sambal yang saya pakai cukup membantu untuk memberi warna di saus.  


Ada satu lagi pengalaman unik saat memasak menggunakan slow cooker ini. Seorang pembaca JTT, Mba Ary, memberikan komentar pada salah satu postingan saya. Isinya kira-kira seperti ini, "Halo Mba, saya juga memiliki slow cooker, dan sudah pernah dicoba untuk membuat kaldu, soto, rawon, asem-asem daging. Untuk kaldu hasilnya sangat memuaskan dan mantap, tetapi kalau untuk memasak soto, ceker, asem-asem daging dan rawon, maka rasanya jadi hambar. Tekstur dagingnya memang sangat empuk, tapi rasanya hambar. Apa ini karena cita rasa dagingnya lari ke kaldu atau karena slow cooker saya pot-nya terbuat dari keramik sebagai penyebabnya ya? Soalnya saya punya dua slow cooker, nah yang terbuat dari keramik ini yang hambar rasanya sedangkan yang lainnya tidak."

Nah pada saat memasak sup iga sawi asin dengan slow cooker yang pernah saya posting sebelumnya, saat itu saya sangat happy dengan tekstur iga yang menjadi super empuk sehingga tidak terlalu mempedulikan cita rasa daging iganya sendiri. Namun kala kemarin saya menggunakan slow cooker untuk merebus kaki ayam, saya baru menyadari hasilnya memang kaki ayam menjadi sangat empuk sebagaimana di restoran dim sum umumnya - hingga tulang-tulang ayam bisa hancur dengan mudah kala dikunyah - namun terasa hambar. Mirip seperti saat memasak menggunakan pressure cooker yang sekarang sering saya hindari. Entah ini karena efek slow cooker, atau sugesti akibat membaca sharing Mba Ary atau karena saya terlalu lama merebusnya, atau karena slow cooker saya juga potnya terbuat dari keramik, yang membuat kaki ayam ini menjadi hambar. Namun yang jelas sepertinya next time saya memilih untuk memasaknya saja di kompor biasa. ^_^ 

Satu kekurangan lainnya, sebelum saya lupa menjelaskannya. Walau kaki ayam menjadi mengembang ketika direndam air es dalam waktu yang lama, namun ketika dimasak hingga empuk, maka efek mengembang tersebut menjadi hilang membuat penampilannya tidak segendut kaki ayam dim sum di luar. Selain semua masalah di atas, sebenarnya kaki ayam tausi ini sangat lezat. Sausnya yang manis, pedas, memiliki cita rasa yang sama dengan kaki ayam tausi di restoran.  

Berikut resep dan prosesnya ya. 

Sup Iga Sawi Asin dengan Slow Cooker 


Kaki Ayam Tausi dengan Slow Cooker
Resep hasil modifikasi sendiri

Tertarik dengan resep dengan bahan kaki ayam lainnya? Silahkan klik link di bawah ini:
Ceker Ayam  Manis Asin Bumbu Kecap
Ceker Ayam Hot & Spicy
Seblak Basah Ceker Ayam dan Bakso a la JTT

Bahan:
- 1 kg kaki ayam

Bumbu menggoreng ayam:
- 2 sendok makan minyak wijen
- 2 sendok makan kecap asin

Bumbu merebus ayam:
- 4 buah kembang lawang/pekak/star anise
- 4 siung bawang putih, pipihkan
- 2 batang kayu manis, masing-masing sepanjang 5 cm
- 2 ruas jari jahe, kupas dan  iris tipis
- 2 batang daun bawang, potong sepanjang 3 cm
- 1 sendok makan cuka masak
- 2 sendok makan gula palem
- 3 sendok makan kecap asin 
- 1/2 sendok teh merica putih bubuk
- 1 1/2 liter air

Bumbu untuk saus, aduk jadi satu:
- 5 siung bawang putih, haluskan atau cincang sehalus mungkin
- 3 buah cabai merah besar, buang biji dan iris memanjang tipis
- 2 sendok makan saus tiram
- 1 sendok makan minyak wijen
- 2 sendok makan saus tomat
- 2 sendok makan saus sambal botolan
- 1 sendok makan gochujang, bisa diganti dengan doubanjiang *)
- 2 sendok makan tausi cincang kasar **)
- 3 sendok makan gula pasir
- 1/2 sendok teh merica putih bubuk
- 1/2 sendok teh cuka masak
- 150 - 200  ml air rebusan ayam

Bahan lainnya:
- es batu secukupnya untuk merendam kaki ayam 

Pelengkap:
- 1 batang daun bawang rajang halus untuk taburan
- wijen putih sangrai secukupnya. 

*) Gochujang adalah pasta cabai fermentasi yang menjadi salah satu bumbu masak khas Korea, warnanya merah pekat sehingga mampu memberikan warna merah menyala di masakan. Bisa digantikan dengan Doubanjiang atau spicy fermented black beans. Keduanya bisa dibeli di supermarket besar atau supermarket Korea dan Jepang atau toko yang menjual bumbu khas kuliner Chinese.  Untuk resep di atas, perannya bisa digantikan dengan saus tomat dan saus sambal botolan.

**) Tausi merupakan hasil fermentasi dari kacang kedelai hitam. Mirip seperti tauco, hanya saja tausi memiliki aroma dan rasa yang tidak setajam tauco. Skip dari resep jika sulit diperoleh.

Cara membuat:


Siapkan kaki ayam, bersihkan kulit yang melekat di permukaannya dan buang kuku ayam, menggunakan gunting merupakan cara yang paling mudah. Gosok permukaan kaki ayam dengan garam kasar dan 1 butir jeruk nipis. Cuci bersih dan tiriskan. 


Siapkan panci, masukkan air agak banyak dan rebus hingga mendidih. Masukkan kaki ayam, usahakan kaki terendam oleh air. Rebus selama 1 s/d 2 menit saja, kemudian tiriskan dan buang airnya. Kita hanya akan mem-blanching kaki ayam saja, bukan membuatnya menjadi lunak. 


Tambahkan kecap asin dan minyak wijen ke dalam rebusan kaki ayam, aduk rata dan diamkan minimal 15 menit. Goreng kaki ayam dalam minyak panas hingga permukaannya kecoklatan. Angkat dan tiriskan. 

Note: tahap ini agak berbahaya, karena minyak akan berloncatan dengan cukup dahsyat. Jadi usahakan untuk melakukannya dengan ekstra hati-hati. Saya menggunakan saringan penahan minyak seperti pada gambar di bawah. Alat ini ampuh meredam minyak yang bercipratan.


Siapkan baskom, isi dengan air dan es batu. Rendam kaki ayam goreng di dalam air es hingga seluruh permukaan kaki ayam terendam seluruhnya. Rendam sampai kaki ayam tampak mengembang. Membutuhkan waktu 3 - 4 jam untuk membuat kaki ayam mekar dan mengembang maksimal, jadi latihlah kesabaran anda. ^_^


Siapkan mangkuk, masukkan semua bumbu merebus ayam, aduk rata. Tata, kaki ayam di panci slow cooker, tuangkan air rebusan ayam. Set slow cooker di posisi low, masak selama 6 jam,  hingga kaki ayam empuk dan matang.

Jika anda menggunakan panci biasa maka cukup rebus kaki ayam di atas kompor hingga benar-benar empuk. 

Tiriskan kaki ayam dari air rebusannya, buang air rebusan dan bumbu rempah-rempahnya. Sisihkan kaki ayam.

Membuat saus

Tausi; tausi cincang & gochujang

Siapkan wajan, masukkan 200 ml air rebusan ayam dan bumbu saus yang telah diaduk menjadi satu. Masak hingga mendidih dan kental, cicipi rasanya, sesuaikan gula dan garam. 


Masukkan kaki ayam, aduk hingga saus merata dan masak selama 1 atau 2 menit hingga kaki ayam menjadi panas. Angkat dan sajikan dengan taburan irisan daun bawang dan wijen di  atasnya. Atau tata di steamer bambu dan kukus saat akan disajikan.  Super yummy!

Sources:
Wikipedia - Douchi
Wikipedia - Doubanjiang 
Wikipedia - Chicken Feet

31 komentar:

  1. "Selain itu biasanya butiran kedelai di tausi masih berbentuk bulat utuh, tidak hancur seperti tauco"
    Lah, saya malah lihat tauco yang kacangnya hancur ya di jakarta ini, karena di kampung kedelainya masih utuh, bau lebih tajam, dan tidak seasin di sini. :)
    Dan ngeliat kaleng tausi mbak endang, saya malah sering lihat merek dan ukuran sama persis loh di G***t. Pertanda mbak endang mesti lebih sering ke G***t dan L****mart nih daripada ke Care***r. Haha.
    Btw, ini resep langsung masuk wishlist, menggantikan sop ayam yang direncanakan dari 2 minggu yg lalu. Tapi karena saya nggak konsumsi ceker, sudah pasti judulnya jadi Sayap Ayam Tausi. Kalau pake sayap, setelah digoreng perlu direndam air es lagi nggak mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haloo, waakakka selama ini selalu lihat tauco yang hancur ya, gak pernah lihat yang butirnnya utuh dan rasanya asiiiin banget, tobat dah. dan thanks sarannya untuk ke G dan LM, saya selalu ke CF hahahh, kayanya harus muter2 spm lainnya.

      Kalau pakai sayap gak perlu rendam ya, langsung rebus sampai empuk saja. Thanks infonya! Nice sharing. ^_^

      Hapus
  2. Mbak Endang, YOU ARE THE BEST!!!

    Udah lama gue searching Ini resep...finally...
    Thanks a lot, appreciate that.

    Regards from NYC.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama2 ya Mba, moga suka setelah dicoba yaa. Thanks yaaa

      Hapus
    2. Mbak Endang...no matter what...all your recipe is the best.. ^_^

      Hapus
  3. kerennnnn....
    kalo aku masak ceker pake slow cooker manual mbak hehehe maksudnya direbus dalam waktu lama dengan api sangat kecil dipanci biasa yang ditutup rapat.hasilnya ceker empuk tapi tidak mengurangi rasanya.. *ngakali karena ndak punya slow cooker :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yep, pakai panci manual di rebus dikompor kayanya hasilnya lebih oke, pakai slow cooker kok jadi hambar rasanya hehhehe

      Hapus
  4. Mba Endang, numpang komen ya :) selama ini saya silent reader dan pengagum resep2 Mba Endang karena hampir semua yang saya coba berhasil dibanding mengikuti resep2 orang lain :D * ini pujian
    dan resep2 Mba Endang sekarang jadi andalan saya buat memasak sehari-hari.

    Saya pernah mencoba membuat Angsio Ceker yang sama dengan resep Mba Endang, tapi langkah awalnya terbalik ceker setelah saya cuci bersih (buang kuku & kulit kuningnya) saya langsung goreng kering dan baru di rendam air es di kulkas. Karena waktu luang saya memasak lama ada di weekend, biasa ceker tsb sudah terendam hampir seminggu lamanya di kulkas.... & hasilnya adalah ceker yang super gendut walaupun tadinya si ceker kurus kering kerontang sebelum di rendam hehehehe ...walau sesudah itu ceker di masak bersama saus pun si ceker tetap gendut (kadang saya presto lagi supaya waktu memasaknya makin berkurang dan cepat empuk), ukurannya tetap gendut & berdaging seperti di restoran... apa karena tidak di blanching dulu seperti Mba Endang lakukan, mungkin next time Mba Endang mau mencoba menskip blanching nya.. Sukses terus ya Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Shanty, wah makasih banget atas infonya mba, next time pengen saya coba. Iya niiih kaki ayamnya gak mau gendut2, saya sampai bingung sendiri, perasaan waktu direndam gendut wakakakk.

      Hapus
  5. hai mbak...sy erika di depok
    saya sdh beli slow cooker lho (because you're my role model haha..)
    udah coba gulai daun singkong pakai sedikit daging sapi,tp rasanya tetap gurih koq dagingnya..nanti mau coba resep ini jg..

    terima kasih mba. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba erika, wah jadi beli slow cooker juga ya. mantap buat masak macam2 mba, dan gak perlu ditungguin. Kayanya gulai daun singkongnya jos gandos banget, jadi ngiler. thanks sharingnya yaa

      Hapus
  6. hai mbak.. sy bram di denpasar, salam kenal..mau nanya ni mbak slow cooker ma pressure cooker beda di hasil masakannya bgmn ya? lama waktunya kaki ayam tausi kl pakai slow cooker 6 jam kl pressure cooker berapa jam ya..pressure cooker yang bagus merk apa ya...terimakasih mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga ya mas Bram. Terus terang saya sendiri baru pakai 3 kali untuk memasak dan untuk kacang hijau hasilnya lebih baik. kacang tidak pecah seperti di pressure cooker dan legit banget.

      kalau untuk daging saya rasa sama ya, jadi empuk. dan kemarin bikin sup iga cita rasa dagingnya tetap enak. tapi di kaki ayam kok agak hambar mungkin saya kelamaan masaknya wakakka

      untuk kaki ayam saya rasa pressure cooker 20 menit empuk ya.

      nah untuk merk saya rasa kembali ke selera masing2 yaaaa. saya pakai mitzui, tapi menurut saya kok sama saja ya, ada yang bilang pot porselin/keramik membuat rasa daging jadi hambar, saya sendiri belum bisa kasih perbandingan soalnya cuman punya 1 slow cooker dengan pot keramik

      Hapus
  7. mbak saya sudah meninggalkan komen kok g masuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. komen menunggu approved saya baru bisa muncul ya, sesuai keterangan saya dibawah

      Hapus
  8. Haloo Mbak Endang, salam kenal ya, sy suka masak dan masih kelas rumahan, tiap cari resep sy cari di JTT krn selain enak dibaca memberi pengetahuan lain juga, bravo dech mbak, btw mbak kl boleh titip sichuan peppernya sy senang banget, soalnya ada resep yg pake bumbu ini dan susah carinya ya, serius ya Mbak, sy mau kl bs titip, thanks alot sebelumnya, sukses en GBU

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo mba, salam kenal juga ya, thanks ya sudah menyukai jtt dan mencoba resep2nya.

      untuk pertanyaannya sudah saya jawab di fb ya. sayang sekali saya tidak bs membantu banyak ya.

      Hapus
  9. Musti..musti..musti nyoba nih resepp..soalny most favorite saya kalo ke resto dimsum..thanks alot mba akhirnya nemu resep ini di blog jtt :) lgsg ngiler kala liat postingan mba endang..
    Oh btw, saya fans beratnya blog mba, slama ni silent reader aja. Salam kenal ya mba.
    Oh ya mau beli buku nya yg edisi 1 dan 2 gmn ya. Thanks
    Lenny-medan

    BalasHapus
    Balasan
    1. hai Mba Lenny, salam kenal ya mba. thanks sharingnya ya. Terima kasih sudah menjadi pembaca JTT.

      silahkan dicoba ya mba, moga sesuai selera yaa hehhehe.

      buku kedua sudah habis ya mba, ada hanya buku pertama saja. Mba bs email alamat ke saya di endangindriani@justtryandtaste.com

      Hapus
  10. Oh ya mba mau tanya, buku edisi 1 dan 2, isi resep ada yg sama ato sama sekali berbeda ya. Thanks

    BalasHapus
  11. Hai mbak endang, salam kenal... Setelah sekian lama jadi silent reader blog nya mbak endang akhirnya saya berani comment, hehehe....
    Terimakasih banyak buat mbak endang yg selalu memposting resep2 yang mudah untuk mahasiswi seperti saya, setelah saya coba beberapa resepnya ternyata langsung berhasil lho, oh ya ada beberapa resep mbak endang yg saya print karena kalau saya memasak sambil pencet2 hp malah jadinya berantakan jadi sekarang saya minta ijin sama mbak endang walau sudah telat :D
    Oh iya saya penggemar kpop dan pengen banget coba masakan korea tp saya tinggal di kota klaten yg tidak ada supermarket penjual bumbu2 korea, saya berharapnya mbak endang bisa jualan online bumbu2 korea pasti nanti saya yg order pertama :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Wisuda, salam kenal dan thanks ya sudah bersedia menjadi pembaca JTT. Senang sekali resepnya disuka dan suskes dicoba, dan yep silahkan resepnya di print ya, selama untuk keperluan pribadi saya sama sekali nggak masalah.

      memang agak susah ya mencari bumbu korea di kota kecil, sayang sekali saya belum membuka toko onlen.

      sukses selalu untuk mba ya! salam

      Hapus
  12. Halo mbak endang, sy suka dh resep2 nya udah ada beberapa yg aku coba.. Kebetulan ak paling sk ma dimsum ceker nih hhehee.... Cm pas ak praktekin, yg anehnya kuah saos nya itu punyaku kok brwrna coklat gitu ya mba? Cenderug gelap, bkn yg merah kaya di poto2 nya itu... Knpa ya mbak kira2 ? Tapi rasanya cenderung pedas, bingung nih hehee.... Makasih ya mba..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo mba Justin, thanks ya sudah menyukai resep2 JTT,

      untuk resep diatas memang warnanya cenderung coklat gelap, tidak terlalu merah seperti resep kaki ayam tausi di resto. Supaya merah pakai angkak mba, sekitar 1 sdm direndam 100 ml air panas. Airnya ini dipakai untuk merebus kaki ayam. Angkak bs dibeli di supermarket/pasar atau toko yang menjual bumbu/obat chinese. Terbuat dari beras yang di fermentasikan.

      Hapus
    2. Mba endang, ini angkaknya direbus sama ceker pas proses bleaching ato bareng sama bumbu, sy rencana mau bikin pake panci biasa gak pny slow cooker. Mhn info ya mba. Maaciii

      Hapus
  13. mbak, gochujang itu halal nggak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. bahan-bahan penyusunnya sih halal ya, tapi umumnya tdk ada sertifikasi halal di produk makanan korea di indo.

      Hapus
  14. Mba Endang, maaf mau tanya.. kalo masakan ceker ini ga abis, gmn cara manasinnya lg besokannya.. dikukus kah? Makasih yaa, mba..

    BalasHapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^