Pages

05 Juni 2018

Resep Pindang Patin

Resep Pindang Patin

Saya suka ikan, apapun jenisnya, baik ikan air tawar maupun laut. Dibesarkan dengan menu ikan sejak bayi di Tanjung Pinang, membuat seafood lebih dipilih oleh keluarga saya dibandingkan ayam atau daging sapi. Tapi walaupun begitu, ada satu jenis ikan yang saya paling anti yaitu ikan patin. Tekstur dagingnya yang lembek dan aromanya yang sedikit aneh membuat patin masuk dalam list 'ikan yang tidak akan dibeli dalam kondisi apapun'. Apalagi sejak seorang teman yang beternak patin di daerah Bogor bercerita betapa mengerikan makanan si patin, sejenis catfish yang doyan segalanya, menjadikan saya semakin tidak menyukainya.

Tapi sebenarnya, ketika menyantap seporsi pindang patin di Palembang dan Pekanbaru beberapa tahun yang lalu, saya cukup surprised dengan rasanya. Teksturnya masih sama, sama-sama lembek, tetapi aroma lumpur dan aneh tersebut tidak terdeteksi didagingnya. Konon katanya, patin di Palembang dan Pekanbaru ditangkap di sungai besar, bukan hasil ternak di empang, sehingga ikannya lebih bersih dan bebas lumpur.

Resep Pindang Patin
Resep Pindang Patin

Saya pernah menyajikan masakan ikan patin untuk seorang teman yang berasal dari luar negeri, kala  itu saya olah menjadi masakan pindang yang mirip dengan resep yang dishare kali ini. Entah apa yang saya pikirkan waktu itu hingga memilih patin dari semua jenis ikan yang bergeletakan di pasar atau supermarket, saat itu yang terlintas hanyalah ikan ini minim duri sehingga lebih mudah disantap. Susah payah saya mempermak si patin sebelum diolah, mulai dari menggosok kulitnya agar lendirnya hilang, menggosok rongga dalam perutnya, merendamnya dengan air jeruk nipis dan garam, semua usaha tersebut sia-sia. Si teman muntah-muntah dengan sukses ketika baru saja mencium aroma masakan yang sudah saya bumbui dengan segambreng rempah-rempah. Saat itu saya sebenarnya tersinggung berat melihatnya, tapi ketika mencicipinya sendiri, saya pun tak kuasa menelannya. Sepanci patin akhirnya dibawa ke kantor dan ramai-ramai disikat anak-anak kantor. Sejak itu saya tidak pernah menyentuh ikan ini kembali, hingga bulan lalu. 😄

Resep Pindang Patin
Resep Pindang Patin

Nah bulan lalu saya mendapatkan project dari sebuah brand untuk menampilkan masakan Indonesia di Instagram, salah satunya adalah pindang patin. Ketika membaca menu yang harus dibuat, sebenarnya hati ini mengerang berat, "Siapa yang akan menyantap pindang patin setelah matang diolah?" Adalah pertanyaan yang pertama kali terlintas didalam benak. Tapi pekerjaan adalah pekerjaan, dan harus diselesaikan dengan profesional, walau sebenarnya saya ingin argue dan mengajukan resep lain yang menurut saya lebih menarik tapi klien adalah raja, jadi seekor patin akhirnya dieksekusi sesuai menu yang diminta.

Saya membeli ikan di pasar blok A, seorang penjual ikan langganan memiliki koleksi ikan yang fresh dibandingkan versi supermarket, harapannya semoga bau lumpurnya tidak terlalu strong. Sebenarnya saya hendak memilih ikan patin hidup, sehingga bisa diletakkan dulu didalam ember berisi air bersih selama minimal 2 - 3 hari, konon katanya cara ini bisa menghilangkan aroma lumpurnya. Tapi patin hidup susah ditemukan, dan dateline sudah didepan mata, jadi patin apapun yang bisa saya temukan dipasar akhirnya ditenteng pulang. 

Resep Pindang Patin

Berbeda dari perlakuan ikan patin pada masakan sebelumnya, kini saya merendamnya dengan air asam jawa dan garam yang banyak. Saya selalu percaya tips Ibu saya, bahwa asam jawa manjur untuk menghilangkan segala macam bau amis di ikan, seafood atau ayam. Ikan patin yang sudah dibersihkan dengan seksama, saya rendam dalam air asam dan garam selama 1 jam, setelah dicuci bersih baru kemudian diceburkan ke dalam masakan. Resep pindangnya saya ambil dari pindang bandeng a la Ci Lingling, hanya minus kecap, plus saya tambahkan bumbu yang dihaluskan agar kuahnya lebih medhok. 

Prosesnya super mudah, hanya rebus-rebus sebentar dan sepanci pindang patin ready di depan hidung. Ada rasa ngeri dan takut sebenarnya mencicipi masakan ini, saya paling anti dengan aneka bau amis dan lumpur di ikan, sedikit saja terdeteksi maka isi perut bisa bergejolak. Tapi amazingnya, kali ini itu tidak terjadi! Si ikan patin tidak terasa amis atau berbau aneh sama sekali! Rasanya sedap dan ujung-ujungnya sepanci pindang patin ini saya sikat sendiri seharian. Entah apakah masakan kali ini sukses karena ikannya memang fresh dan bagus kualitasnya, atau karena rendaman air asam dan garam, yang jelas pindang patin kali ini saya anggap berhasil.

Berikut resep dan prosesnya ya.

Resep Pindang Patin

Pindang Patin
Resep hasil modifikasi sendiri

Untuk 3 porsi

Tertarik dengan resep ikan berkuah lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Sup Asam Pedas Ikan Kakap dengan Nanas
Sup Ikan a la Singapore

Lempah Ikan Kakap dengan Daun Kedondong

Bahan:
- 1 ekor ikan patin
- 3 sendok makan air asam jawa yang kental
- 1 sendok makan garam
- 800 ml air
- 2 buah tomat merah belah masing-masing menjadi 4 bagian
- 1 ikat kemangi, ambil bagian daun dan pucuknya
- 1 batang daun bawang, rajang kasar

Bumbu dibakar:
- 4 buah cabai hijau besar
- 3 buah cabai merah besar
- 5 siung bawang merah
- 5 cm kunyit
- 4 cm jahe

Bumbu dihaluskan:
- 4 butir cabai rawit
- 3 siung bawang merah
- 2 siung bawang putih
- 1 cm kunyit

Bumbu lainnya:
- 2 -3 sendok makan air asam jawa yang kental
- 2 batang serai, memarkan
- 10 buah cabai rawit
- 1/2 sendok makan garam
- 1 sendok makan gula jawa
- 1 sendok teh kaldu bubuk (optional)

Cara membuat:

Resep Pindang Patin

Siapkan ikan patin yang sudah disiangi insang dan isi perutnya, bersihkan lendir di rongga perutnya. Potong dengan ukuran sesuai selera, cuci bersih dan letakkan di mangkuk. Tambahkan air asam jawa dan garam, remas-remas patin hingga kesat, diamkan minimal selama 1 jam. Cuci hingga bersih, tiriskan dan sisihkan.

Bakar bumbu yang harus dibakar di atas kompor hingga permukaannya gosong, angkat. Bersihkan permukaan bumbu yang terbakar. Pukul bumbu dengan ulekan hingga pipih, masukkan ke dalam panci. 

Tuangkan 800 ml air, bumbu halus, air asam jawa, serai, cabai rawit, garam, gula dan kaldu bubuk, rebus hingga mendidih. Masukkan potongan ikan, masak hingga ikan matang. Tambahkan tomat, daun bawang, dan kemangi, aduk dan masak selama 1 menit. Cicipi rasanya, sesuaikan asin, asam dan manisnya, angkat dan sajikan panas-panas. Super yummy!

17 komentar:

  1. Serius mba resepnya sesimple ini sekarang? Aku pujakesuma mba, penggemar pindang patin tp maju mundur mau bikin sendiri krn gak tahan amisnya. Thx ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. entah karena patinnya lagi oke, atau air asam memang manjur, kemarin pas bikin kok gak ada rasa amis dan lumpur wkakakka

      Hapus
  2. halo assalamualaikum mbak Endang yang baik. kalo saya dulu juga sama ky mbak, kapok bau lumpur apalagi kalo beli matengan. tapi sejak tau kalo nyari patin yang di sirip atau ekornya ada warna semburat merahnya ternyata ga bau lumpur mbak. padahal cm saya pastikan cuci bersih, ambil jeroan, insang dan semacam benang atau ky sumsum di tulangnya, sudah tidak terdeteksi bau lumpurnya. oiya mbak, saya kalo patin selalu dimasak jangan/kelo merico ala juwono. seger pedes kecut gurih.
    (uky)

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Mba Uky, wah saya gak perhatikan ekornya ada merahnya atau nggak, thanks tipsnya yaa.

      Hapus
  3. Pengalamannya sama ya... bau ikan patin yang membuat saya juga ogah masak ikan patin... boleh dicoba nih kalo baunya hilang.

    BalasHapus
  4. resep pindang patin ini harus saya coba. thank you so much ya mbak Endang, semua resep2mu (banyak yg sudah saya coba kebanyakan masakan) dan sharing ceritamu sangat bermanfaat. semoga sehat selalu ya mbak sekeluarga, jangan bosan update resep di blog ya mbak, apalagi masakan nusantara.buat buku lagi ya mbak. kemarin aku beli yg 2buku terakhir. uky

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks Mba, senang artikel dan resepnya disuka. Terima kasih sudah membeli buku saya ya, sukses selalu!

      Hapus
  5. Wah mantab pindangnya mba, kalo dipalembang tomatnya diganti nanas mba, lebih syedaaap..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yep bs pakai nanas mba, sometime kalau ada nanasnya saya pakai itu juga

      Hapus
  6. Mbak Endang, mau share pengalaman ttg ikan patin. Saya pernah kerumah calon mertua, dimasakin pindang patin. Dalam hati langsung deg deg serr karena saya juga ga suka ikan yg berbau lumpur. Tapi camer bilang, "Ini tuh ikan patin laut jadi sama sekali gak bau. Dibeli pagi ini dari kapal nelayan yang baru datang. Gak kayak ikan patin tawar yg bau." Ternyata bener, sama sekali gak bau Mbak. Alhamdulillah :) Tapi kalau dipasar kota besar seperti jakarta mungkin susah cari ikan patin laut ya Mbak, banyaknya yg jual ikan patin tawar. Kebetulan rumah camer saya itu dipulau2 kecil daerah Kepri, jadi mudah dapat yg versi lautnya hehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo Mba, patin laut mungkin sejenis ikan sembilang kali ya, dulu waktu tinggal di Pinang, saya sering makan jenis ikan ini. tapi di jkt rata2 ikan patin dr kolam mba

      Hapus
  7. Mbak Endang,ak berkali2 masak ikan patin,tetep gk berani makan.Pdhl ud dibersihkn smpai ke sumsum tulang2nya,dimarinade semalaman,kok msh ad bau2 kayak air comberan gt y?Smpai skrg gk berani makan ikan patin.Ntar kucoba direndam pake air asam jawa,makasih tipsnya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mba, parno ya, tapi kali ini saya gak mencium bau2 aneh, mungkin patinnnya, mungkin krn asam jawa hehhehe

      Hapus
  8. Salam mbak endang,
    saya tinggal d malaysia dan saya mmg kurang berminat makan ikan patin awalnya mbak, karena saya geli dgn teksturnya dn baunya tapi ternyata patin d sini berbeda mbak, ada beberapa jenis, yg mmg patin sungai/patin liar harga perkilo nya bisa sampai 300 myr (sekitar 1 juta rupiah) ada juga yang terkenal tp harga ekonomis patin buah 60-100 myr (sekitar 180-300ribu rupiah) yang katanya patin buah ini mmg d beri makan buah oleh peternak nya.
    Dan didaerah saya pantai timur sangat terkenal dengan patin tempoyak sama dgn d indo patin d masak dgn sambal/bumbu durian (menurut saya super nggak enak haha)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Rohmah, saya pernah makan patin tempoyak disalah satu resto Palembang, saya gak suka wakkakka, emnurut saya eneg banget tastenya. Wah ternyata ada macam2 jenis patin dan harganya fantastis yaaa

      Hapus
  9. Mbak endang ini resep baru ya?? Soalnya perasaan kemarin postingan resep pindangnya bukan yg ini deh gambarnya jg beda hehehe.. Yg kmrn ikanny jg d rebus dl dll.. Apa saya salah ya?

    BalasHapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^