28 Oktober 2019

Pantai Sindhu dan Pasar Sindhu, Bali


Pasar Sindhu, Sanur

Sejujurnya, selama ini saya beranggapan jika blog Just Try & Taste hanya untuk sekedar berbagi hobi dan menyalurkan minat menulis (itupun jika mood sedang baik). Bahkan, sejak pengajuan adsense saya ditolak Google, saya beranggapan blog ini benar-benar tidak bisa dimonetize, yang artinya tidak menghasilkan apapun. Tapi kini pendapat tersebut berangsur menghilang. Bukan karena kemudian blog mulai menghasilkan pundi-pundi rupiah, tapi karena blog memberikan saya benefit lainnya, yaitu membuka jendela persahabatan dari seluruh dunia yang begitu lebarnya.  Walau tidak saling mengenal satu sama lain di dunia nyata, namun blog menjembatani saya dengan pembaca di dunia maya, chemistry terjalin dan kami merasa dekat. Blog juga mengantarkan saya bertemu langsung dengan pembaca yang kemudian berubah menjadi persahabatan yang berkesan. 

Salah satu pembaca Just Try & Taste adalah Lily, awalnya dia sering memberikan komentar dan bertanya satu atau dua hal di blog. Kemudian membeli buku Home Cooking, dan berakhir dengan datang ke kantor meminta saya membubuhkan tanda tangan di buku tersebut. Lily tinggal di Jerman, dan sejak pertama kami bertemu di kantor, setiap kali dia datang ke Indonesia,  kami akan menyempatkan diri untuk kongkow di warung kopi di sebelah.  Kesan saya tentang Lily adalah dia sosok yang sangat friendly, care, easygoing, ramah dan terbuka. Setelah lebih lama mengenalnya saya juga tahu Lily juga seorang pekerja keras, tidak banyak cingcong dan tidak jaga image. Kami pun cocok.

Kamboja dengan 10 kelopak


Setiap kali bertemu, dia selalu datang membawa aneka oleh-oleh khas Eropa seperti rempah daun kering, keju Parmesan, coklat, kacang-kacangan, bahkan kali ini membawa rempah segar salad yang tahan disimpan di freezer. Tentu saja saya bersuka cita menerimanya. Walau beberapa barang tersebut bisa ditemukan di Jakarta, namun kualitasnya tidaklah sebagus Eropa dan jikalau ada yang sama persis harganya luar biasa mahal. Terus terang, saya bingung hendak membalasnya dengan apa. Apa yang harus diberikan untuk membalas oleh-oleh yang sudah susah payah dibawa dari Jerman? Saya merasa tidak ada yang spesial disini. Sialnya, saya adalah tipe yang merasa harus membalas satu kebaikan. Walau saya tahu Lily tidak mengharapkan apa-apa bahkan mungkin merasa happy membawanya, tetap saya merasa tidak nyaman. Ibu saya sering berkata, "Biarkanlah orang lain merasakan kebahagiaan memberikan kamu sesuatu Nduk. Mereka tidak meminta balasan," nasehat ini sering diucapkan ketika saya mulai merasa tidak nyaman jika kakak atau adik memberikan sesuatu yang menurut saya lumayan berharga. Untuk kasus Lily, untungnya waktu itu saya baru pulang dari Batam dan membawa ebi dan teri yang cukup banyak, jadi saya berikan bahan kering itu untuk dibawa ke Jerman. Lily terlihat happy menerimanya, dan sejak itu, ebi dan teri Tanjung Pinang atau Batam menjadi oleh-oleh andalan saya untuknya.

Pantai Sindhu, Bali

Bulan ini Lily datang lagi ke Indonesia, selama disini dia tinggal di Blahbatu, Bali. Dia telah tinggal di Bali selama 14 tahun lamanya, artinya telah cukup mengenal setiap sudut, obyek wisata dan tempat kongkow yang seru.  Tak ingin kehilangan kesempatan, saya lantas mengajukan diri untuk berlibur ke Bali, Lily pun bersedia menjadi host-nya. Sebenarnya terbersit rasa tidak enak, saya merasa memanfaatkan Lily untuk kepentingan sendiri, tapi kali ini ego meraja. Terakhir kali menginjakkan kaki di Bali sekitar 10 tahun yang lampau, Bali menjadi asing didalam memori saya. Kali ini saya niatkan hati untuk mencicipi kuliner lokal, mengecap rasa asli ayam betutu, sate lilit atau nasi campur Bali yang sebenarnya, serta berburu barang-barang penunjang food photography. Harapan saya, jika next time memasak masakan khas Bali, tidak ada orang Bali yang protes berat dengan resepnya. Saya tak terlalu peduli dengan obyek wisata, atau destinasi yang wajib dikunjungi sebagaimana jika kita menjadi turis domestik umumnya di Bali. 

Lily telah ada di Bali sejak 2 minggu sebelumnya, jadi saya tiba dalam kondisi semua sudah ready. Cuti saya ajukan ke Ibu Jane dan Pak Freddy, direksi sekaligus direct atasan saya di kantor.  Lima hari cuti nekat saya masukkan, semata-mata demi blog dan konten. Tiket kemudian dibeli. Saran saya gunakan jasa ticketing seperti Traveloka, PegiPegi dan sejenisnya karena harga tiketnya jauh lebih murah dibandingkan langsung ke airline. Hari Senin, minggu lalu, saya meluncur ke Bali. 

Makanan tradisional untuk sarapan di Pasar Sindhu

Walaupun Lily telah tinggal lama di Bali dan memiliki rumah disini, namun bulan ini rumah tersebut dalam proses renovasi. Adanya tukang dan bahan bangunan didalam rumah membuatnya merasa tidak nyaman jika harus menempatkan saya disana. Kami kemudian menyewa kamar di hotel kecil yang banyak bertebaran di Bali. Berdasarkan pengalaman teman saya ini, Sanur dan sekitarnya adalah lokasi base camp yang paling ideal. Pantainya cantik, suasananya tenang, banyak kafe-kafe menarik yang tersebar disepanjang pantai, toko-toko yang menjual barang berkualitas dengan harga yang tidak terlalu mencekik leher, akses ke daerah lain yang mudah, serta tentu saja taksi online yang mudah dicari.  Lokasi kami di Sanur adalah di Pantai Sindhu, area ini dipenuhi dengan kafe-kafe dengan pemandangan pantai yang bersih. Hotel-hotel di wilayah ini meletakkan restoran mereka menghadap langsung ke arah pantai. Satu sama lain saling bersaing mempercantik resto dengan kursi dan aneka bentuk payung pantai yang unik.

Di sepanjang pantai disediakan jalan setapak dari paving, khusus untuk area pantai Sindhu jalan setapak itu dipenuhi dengan pepohonan disisi kiri dan kanannya, serta dipercantik oleh taman-taman hotel. Terus terang, area ini menjadi salah satu favorit saya untuk berjalan kaki pagi dan sore hari, selain teduh pemandangannya pun indah. 

Jalan setapak di Pantai Sindhu

Hotel yang dipilih Lily terletak di dekat pasar Sindhu, kami menggunakan dua buah hotel untuk satu minggu karena faktor ketersediaan kamar. Dua hari pertama kami menginap di hotel D'Astri, sebuah hotel budget yang cukup terjangkau harganya. Hotel ini terletak di jalan Pasar Sindhu, sangat dekat dengan lokasi pasar tradisional. Kami menyewa 1 buah kamar yang dilengkapi dengan queen size bed, kulkas kecil dan tanpa breakfast, jika dicek di net harganya hanya Rp. 200 ribu semalam. Disini tersedia fasilitas kolam renang dan wifi yang kencang. Kondisi hotel bersih dan lumayan tenang karena banyak wisatawan mancanegara yang menyewa langsung selama beberapa bulan hingga 1 tahun lamanya, selama kami disana hanya beberapa kali saja bertemu dengan mereka. Jika anda menginap disini, pasti akan bertemu dengan Ibu Kanti, penjaga hotel yang super ramah dan senang diajak mengobrol. Tapi karena beliau adalah ibu rumah tangga yang jarang kemana-mana, jangan terlalu berharap untuk mendapatkan informasi jelas mengenai satu lokasi ya. Andalkan Waze dan GPS sebagai penunjuk arah dan pengukur jarak, serta browsing untuk mendapatkan review yang lebih akurat.

Penjual Canang di Pasar Sindhu

Hotel kedua yang kami coba adalah Bali Jepun di Jalan Pungutan. Tidak terlalu jauh dari D'Astri. Hotel atau vila ini menyediakan kamar yang lebih besar dengan dapur kecil, kompor, kulkas satu pintu dan private teras didepannya. Asyik jika anda berniat memasak sendiri (agar lebih hemat!) selama tinggal di Bali. Teras kecilnya enak buat kongkow dan ngobrol tanpa mengganggu tamu lainnya karena lumayan tertutup. Ibu pemilik vila memiliki warung makan didepan hotel, ayam geprek dibandrol hanya 10 ribu rupiah saja. Di sebelah kanan hotel terdapat kios kelontong kecil yang dimiliki keluarga dari Madura. Kios ini menjual air mineral dan makanan kecil yang bisa menjadi alternatif jika kepepet. Hotel atau vila ini dibandrol dengan harga 250 ribu semalam. Kondisi kamar lebih terang dan mungkin karena bangunan yang relatif baru maka terlihat lebih bersih.

Pantai Sindhu

Di dekat hotel terdapat sebuah pasar tradisional bernama Pasar Sindhu. Kala pagi hingga siang pasar dipenuhi para pedagang yang menjual bunga sesaji, sayuran, buah-buahan, dan produk segar seperti ayam dan ikan. Disini juga banyak yang menjual perabotan dapur dari gerabah, anyaman bambu, dan batu alam hanya tentu saja tidak terlalu lengkap. Dibagian depan pasar terdapat jajaran meja-meja tempat para penjual makanan menjajakan masakan khas Bali untuk sarapan pagi. Takut mengandung babi, saya hanya melihat sekedarnya saja.

Nah karena upacara keagamaan  sangat memegang peranan penting di Bali dan memerlukan bunga serta perlengkapan sesaji yang disebut canang sari, tak heran jika penjual di pasar Sindhu didominasi oleh barang-barang penunjang aktifitas  ini. Bahan segar lainnya hanya sekedar melengkapi saja. Penjual canang sari terletak disatu sisi pasar, mereka berderet rapi menjajakan rangkaian bunga untuk upacara. Warna-warninya yang mencolok terlihat cantik dalam jepretan kamera. Para penjual ini sangat ramah, kala saya meminta ijin mengambil foto, mereka langsung mengiyakan dengan senyum lebar. Masyarakat lokal Bali umumnya memang ramah dan welcome dengan pendatang.

Pasar Sindhu

Pagi pertama di Bali saya langsung berkunjung  ke pasar, mengambil foto, dan melihat-lihat aktifitas pasar. Jangan bayangkan pasar tradisional di Bali kumuh dan kotor sebagaimana pasar sejenis di Jakarta dan Jawa, disini pasar sangat bersih, rapi dan jauh dari kesan jorok hingga kita betah berjalan pelan menyusuri masing-masing meja penjual. Beberapa jenis sayuran unik seperti daun kelor dan buahnya, yang jika di Jawa disebut dengan klentang, serta tunas muda batang kecombrang cukup banyak dijual. Sebenarnya saya penasaran hendak membelinya, tapi tidak lucu kan saat berlibur diisi dengan kegiatan memasak yang sedang saya hindari. Di pasar ini saya membeli tusuk sate dari bambu untuk sate lilit dan sebuah lumpang batu kecil seharga 25 ribu rupiah saja. Sudah lama lumpang batu ini saya incar untuk keperluan photography, walau berat nekat saya tenteng kemana-mana. 

Pasar Sindhu

Kala senja tiba, dimulai dari jam 6 sore, di parkiran pasar yang luas akan dipenuhi dengan penjual makanan. Umumnya mereka menjual masakan Jawa seperti sate kambing dan sate ayam bumbu kacang, soto, mi goreng, dan aneka gorengan. Turis mancanegara, domestik dan warga lokal memenuhi setiap kursi disana. Makanan disini murah meriah, dan jika tahu tempatnya akan menemukan penjual yang cukup lezat cita rasa masakannya. Warung andalan Lily adalah sate ayam dan kambing Madura, saya setuju dengan pilihannya karena cita rasanya yang pas. Daging kambingnya jauh lebih empuk dari sate gerobakan sejenis yang banyak dijual di Jakarta. Seporsi sate kambing dihargai 25 ribu rupiah sementara sate ayam hanya 15 ribu rupiah. Kenyang dan enak, tak heran jika banyak sekali turis yang nangkring di warung ini. Karena sudah terlanjur jatuh  cinta dengan warung sate Madura ini, kami tidak pernah mencoba penjual lainnya. 

Nantikan kelanjutannya di postingan berikutnya yaitu Berburu Oleh-Oleh di Bali (Part 1), link bisa diklik disini ya.




12 komentar:

  1. Wahh seru sekali liburannya Mbak.. keren Mbak, mbak Endang sudah seperti travel blogger hehe..
    Oiya saya fans beratnya Mbak Endang loh. Makasii banyak buat postingan resepnya Mbak, bahkan resep siomay ala Abang jadi resep andalan jualan saya. Semoga Mbak Endang selalu diberi kesehatan agar bisa terus berkarya dan menginspirasi banyak orang. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks yaa, senang cerita dan resepnya disuka,sukses yaaa

      Hapus
  2. Ditunggu lanjutannya mba Endaaaaang...pasar deket rumah pete pun di explore jg gpp kok, selalu seneng bacanya haha

    BalasHapus
  3. Selalu asyik membaca cerita mbak endang di blog. Ditunggu kelanjutan kisahnya ya mbak...

    BalasHapus
  4. Nyimak..pelanpelan sambil mbayangin mbak endang njepret pantai wkwk
    jadi pengen ke balii lho mbak...
    Nur_padasan

    BalasHapus
  5. Mbak Endang, boleh nih sering-sering bercerita seperti ini. Enak banget bacanya. Oh ya, Sindhu night market kayaknya memang populer ya di kalangan turis. Kalau ke Bali lagi pengen mampir juga nyicip kuliner lokal di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. thanks Mba Jane, yep pasar malamnya mayan seru walau sbnrnya makanannya sih biasa2 saja ya hehhehe

      Hapus
  6. Selalu ditunggu cerita dibalik resepnya mbak Endang. Enak banget bacanya, pilihan kalimat nya bikin mupeng ke bali. Lumayan punya bahan bacaan saya mba hehehe. Kl resep gak usah diragukan, selalu jadi andalan Krn banyak banget yang udah dicoba dan sukses. Oya kapan kapan coba jd travel blogger Jogja dong mba. Andhini-blitar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Mba Andhini, senang cerita dan resepnya disuka yaaa. Next time kalau ke Jogya saya wisata kuliner juga deh hehehe

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...