11 September 2020

Resep Rawoga - Rawon Iga


Resep Rawon Iga JTT

Rumah Paron akhirnya terjual juga. Sejak Ibu saya tinggal di Jakarta, sekitar 3 tahun yang lalu, maka rumah Paron mulai diiklankan untuk dijual. Dua buah banner besar berisi iklan dipasang diatas rumah dan dipagar samping. Ibu saya sudah sepuh dan tak mungkin tinggal sendirian di Paron, walau masih ada beberapa saudara dari almarhum Bapak disana, tapi tak satupun dari kelima anaknya yang menetap di Paron. Bertahun-tahun rumah diiklankan tak ada pembeli serius yang berminat. Beberapa tahun terakhir ini, pasar properti sedang lesu, apalagi properti yang letaknya di desa seperti Paron. Tidak akan bisa mengharapkan pembeli dari luar kota. Biasanya yang akan membeli properti seperti ini adalah tetangga atau warga setempat yang bermaksud memperluas bisnis atau lahan mereka. Beberapa tetangga menawarkan minat, namun harganya tidak kunjung sesuai, hingga akhirnya target harga jual diturunkan. Awal tahun ini, ketika Covid mulai melanda, seorang tetangga yang bisnisnya memang berada di Paron mengajukan penawaran serius. Kami semua setuju dengan harganya dan rumah pun terbeli. Karena PSBB yang ketat beberapa waktu lalu dan berlanjut panjang maka proses jual beli dihadapan notaris terhambat, hingga akhirnya bulan lalu Ibu ditemani salah satu adik saya pulang ke Paron menyelesaikan proses jual beli.

Resep Rawon Iga JTT
Resep Rawon Iga JTT

Ada rasa sedih ketika kini benar-benar berpisah dari rumah tersebut. Rumah itu adalah satu-satunya alasan kami untuk pulang kampung, yang beberapa tahun belakangan ini walau semakin jarang dilakukan namun ikatan batin masih tetap ada selama rumah masih belum berpindah kepemilikan. Kini seakan semua ikatan tersebut putus sudah, tak ada lagi alasan untuk pulang ke Paron. Rumah itu meninggalkan banyak sekali suka duka, perjuangan Bapak dan Ibu saya membanting tulang membesarkan kami semua hingga lulus kuliah. Penuh cerita, tawa, dan air mata. Dari bengkel motor, tempat dimana orang tua saya mencari rejeki, dalam kondisi sepi, menjadi sangat ramai dan selalu penuh suara bising knalpot motor setiap harinya, hingga kemudian perlahan dan pasti menjadi sepi kembali. Saat kami semua beranjak dewasa, menyebar, dan pergi semua dari desa, Ibu yang hidup sendiri disana memutuskan menutup usaha bengkel tersebut. Ketika kemudian beliau mengalami kecelakaan dan pergelangan tangannya patah, Ibu sudah jarang kembali ke Paron dalam kurun waktu yang lama, dan  memilih tinggal di Jakarta atau Batam. Kini, semua kenangan akan bengkel tersebut tetap erat dalam ingatan. Setiap sudut rumah Paron yang kusam tapi adalah home bagi kami semua tetap ada di dalam benak ini, terpatri kuat. Dalam hati saya bertanya, kapankah bisa menjejakkan kaki ke desa ini lagi?

Resep Rawon Iga JTT

Rumah Paron letaknya sangat strategis, tepat didepan pintu pasar Paron dan berada didepan jalan raya Paron, yang merupakan jalan utama di desa kecamatan ini. Posisi rumah terletak di hook, bagian depan rumah yang dipermak menjadi bengkel dan toko peralatan motor ini menghadap ke pasar, sementara bagian sampingnya dimana pintu rumah utama berada menghadap ke sebuah gang bernama Kenongo, kami menyebutnya dengan gang Nongo. Gang ini jika ditelusuri dari depan yang terletak disamping rumah hingga ke ujungnya yang bertemu dengan desa bernama Gelung, adalah rute saya berjalan kaki setiap hari, berangkat dan pulang sekolah waktu masih menuntut ilmu di SD berpuluh tahun nan lampau. Di gang Kenongo ini pula banyak teman-teman sekelas saya yang tinggal disana. Saya hafal setiap sudutnya, saking seringnya kelayapan sepulang sekolah. 

Ketika musim penghujan tiba, jalanan tanah berbatu ini akan becek penuh kubangan air  berlumpur, berjalan ke sekolah menjadi penuh perjuangan. Tapi saat-saat itu lah yang saya suka. Ketika semua pepohonan dan tanaman hias yang ditanam didepan rumah penduduk tampak menghijau, berseri dan terlihat segar. Bunga Desember akan bermunculan di tepian pagar bambu, meliar di halaman masing-masing rumah penduduk. Di depan salah satu rumah milik seorang nenek, saya memanggilnya dengan nama Mbah Niti, tumbuh sesemakan mawar kampung berwarna pink yang harumnya menguar hingga ke jalanan. Sekarang lumayan susah mencari mawar kampung kuno seperti ini, saya sudah browsing ke aneka online shop. Setiap kali lewat didepan rumah Mbah Niti, dan si Mbah tidak terlihat, saya akan mengambil (tepatnya mencuri) dua atau tiga kuntum bunga mawar dan meletakkannya di bawah bantal yang apek di kamar.  Sungguh, saya bahkan masih ingat dengan jelas suasana sehabis hujan saat itu dan aroma wangi mawar kampung pink yang menguar. 
 
Resep Rawon Iga JTT

Ketika musim kemarau begitu gahar di Paron yang panas dan keringnya luar biasa, suasana desa pun berganti. Pohon mangga arumanis mulai mengeluarkan buah ranumnya, petani sibuk memanen padi dan palawija, pasar menjadi ramai karena musim panen berarti pundi-pundi uang pun mengalir kembali. Saat seperti ini saya akan menyusuri gang Kenongo, menuju rumah Narti didekat sungai. Sebagaimana anak-anak di kampung lainnya, kami berdua akan berjalan ke sawah mencari jangkrik atau udang di sungai yang mengering. Benar-benar pengalaman masa kecil yang sangat mengesankan. Saya sebenarnya sangat merindukan suasana tersebut, bahkan penasaran seperti apakah kondisinya saat ini. Apakah masih banyak penduduk yang menanam bunga Desember? Apakah bunga mawar pink didepan rumah Mbah Niti masih dipertahankan di halaman? Saya tahu rumahnya telah dipugar dan dibangun ulang, ketika saya telah bekerja di Jakarta tapi masih sering pulang kampung. Perubahan sudah mulai terjadi tapi beberapa rumah masih terlihat sama. Apakah sekarang semua sudah berubah total? Satu saat nanti mungkin saya akan berkunjung kembali untuk membangkitkan kenangan lama masa kecil yang tetap ada didalam hati.

Sekarang menuju ke resep. Rawon adalah masakan yang sering sekali disajikan di Paron. Ketika acara kendurian, selamatan atau perkawinan, rawon menjadi menu yang populer untuk disuguhkan. Nenek saya, Mbah Wedhok, pun begitu. Beliau akan memanggil tukang masak dari gang Kenongo untuk mempersiapkan menu ini. Ibu saya yang bukan asli Jawa dan awalnya sama sekali tidak bisa memasak masakan Jawa, akhirnya belajar memasak masakan khas Jawa Timur, termasuk rawon. Saya mendapatkan resepnya dari beliau. Saya suka rawon khas Paron karena rasanya unik dan khas. Beberapa mengatakan rawon tidak pakai kencur dan terasi, tapi kami sejak dulu memasak rawon dengan resep dibawah dan menggunakan kedua bahan tersebut. Rasanya menurut saya lebih mantap! Iga bisa digantikan daging sapi biasa, atau buntut sapi, saat ini rabun alias rawon buntut menjadi salah satu makanan viral di Jakarta. 

Berikut resep dan prosesnya ya.

Resep Rawon Iga JTT

Rawoga - Rawon Iga
Resep modifikasi sendiri

Untuk 4 porsi

Tertarik dengan masakan berbahan iga lainnya? Silahkan cek link dibawah ini:

Bahan:
- 1 kg iga sapi, potong sesuai selera
- 50 gram tauge pendek
- 2 batang daun bawang, rajang halus
- 1 batang seledri untuk taburan
- 1500 ml air

Bumbu, dihaluskan:
- 2 cm kencur
- 2 cm kunyit
- 2 cm jahe
- 3 buah cabai merah keriting, optional
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 6 butir kemiri, disangrai
- 5 buah kluwek, pecahkan dan keruk isinya sekitar 60 gram 
- 1/2 sendok makan terasi

Bumbu lainnya:
- 3 sendok makan minyak untuk menumis
- 1 sdt merica bubuk
- 1/2 sdm ketumbar bubuk
- 3 cm lengkuas, memarkan
- 4 lembar daun salam
- 4 lembar daun jeruk
- 2 batang serai, memarkan
- 3 sendok makan air asam jawa
- 2 sendok makan gula jawa
- 2 sendok makan gula pasir
- 2 sendok teh garam
- 1 sendok teh kaldu bubuk

Pelengkap:
- Sambal cabai rawit merah
- Kerupuk
- Telur asin
- bawang goreng untuk taburan

Sambal rawit, haluskan:
- 4 buah cabai merah keriting
- 10 buah cabai rawit merah

Cara membuat:

Resep Rawon Iga JTT


Siapkan iga yang sudah dicuci dan ditiriskan.

Panaskan minyak di wajan, tumis bumbu halus, merica, dan ketumbar, hingga harum dan matang, jika minyak kurang tambahkan sedikit. Masukkan lengkuas, daun salam, daun jeruk, serai, aduk dan tumis hingga rempah layu.

Masukkan iga, aduk dan masak hingga iga tidak kemerahan. Matikan kompor, tuangkan tumisan ke panci presto. Masukkan air, air asam, gula, garam dan kaldu bubuk. Tutup panci hingga rapat. Masak dengan api sedang selama 30 menit.

Matikan kompor, biarkan katup panci terbuka sendiri. Tambahkan air panas jika kuah berkurang. Cicipi rasanya, sesuaikan asinnya. Masukkan daun bawang (sisihkan sedikit untuk taburan) dan sebagian daun seledri. Aduk rata.

Penyajian:
Siapkan piring saji, tata nasi, siram dengan rawoga. Taburi tauge pendek, daun bawang-seledri, dan bawang goreng. Santap bersama telur asin, sambal dan kerupuk. Mantap!



10 komentar:

  1. Ya Allah mbak Endang....saya menitikkan air mata membacanya krn kenangan akan rumah tinggal yg penuh kenangan adalah seperti prasasti sejarah yang harus dilestarikan keberadaannya krn utk bercerita ke anak cucu nanti. Apalagi bertahun2 tinggal disitu pasti ikatan batin yg tercipta sungguh kuat dan luar biasa indahnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul banget Mbak, kenangannya super banyak, saya bahkan lbh ingat kenangan masa kecil di kaampung dibandingkan kenangan saat dewasa. mungkin karena berkesan banget ya, berkesan susah wakkakak

      Hapus
  2. Saya kok merasa ikut kehilangan mbak Endang dari wilayah Ngawi. Meskipun nggak kenal di dunia nyata, tapi karena saya tahu tentang Paron, jadi merasa kenal dekat dengan tulisan2 mbak Endang. Semoga di manapun berada, mbak Endang sekeluarga diberi kesehatan dan keberkahan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin, thanks Mbak Nana, actually saya cinta Paron, setiap kali ingat selalu tersenyum sendiri dengan semua suka dukanya.

      Hapus
  3. Mbak Endang, bagus banget tulisan tentang Paron. Mendeskripsikan semua hal sangat detil, bisa bawa pembaca kaya ngalamin sendiri. Nulis novel juga mbaak, tentang Paron atau yang lain. Pasti keren banget juga.
    Rawonnya bikin ngences, as usual mantaap.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sudah dalam rencana hendak menulis novel Mbak, tapi baru dua lembar gak lanjut wakkakakka

      Hapus
  4. Jujur sy telat baca postingan rawon ini setelah sekilo daging yg dibeli tadi pagi dipasar lagi lagi di semur semua.. Hhhh... Btw cerita paron sy sampe bayangin
    betul posisi rumah mba endang..

    BalasHapus
  5. Salam kenal, mbak Endang
    Y Allah mbak Endang asli Paron y
    Mbah Putri saya dulu tinggal disana asmane Mbah Sumini Wiryoatmojo. Mbah Kung mbah mantri, alm Sumilan Wiryoatmojo mgkin kenal. 😀
    Saya sewaktu kecil tinggal d
    Sby alm bp ngasto d PJKA ibu Bandiyah, sbg, bidan.
    Kalo,tengok mbah naik,kreta k Madiun Sneltren trus nyambung sepur kluthuk biasanya suka bareng ayam, kambing
    Trus kalo pulang k Sby nunggu kreta d stasiun Paron pasti ada penjual ayam goreng kuning msh panas. Empuk pisan pastinya ayam kampung.
    Zaman dulu blm ada ayam leghorn
    Karena mbah mantri sdh sedo. Mbah putri sering gerah n ibu msh ngasto jdi bidan d Sby. Yo wes mbah putri diusung k Sby dianter tetangga asmane mbah Salamun
    Kalo alm bp orang Kedunggalar.
    Kenangan sepur kluthuk n situasi pedesaan yg menyenangkan. Dgn kondisi zaman dulu. Rumah berpasir n kloset di kebon. Dapur pake kayu bakar 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Mbak, ya saya asli Paron, stasiun Paron adalah tempat main dulu waktu kecil hehehe. Sayangnya saya nggak begitu banyak kenal dengan orang paron Mbak, begitu lulus SMA saya jarang pulang ke Paron. Sukses dan sehat selalu yaa

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...