29 Agustus 2019

Resep Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung)


Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Keluar dari MRT di Blok A hati saya menjadi girang melihat mendung tebal menggelayut di wilayah selatan. Hujan yang saya nanti-nanti sepertinya akan segera turun, dan kali ini bakalan super deras. Asap dan debu tebal yang menaungi langit Jakarta pasti akan sedikit tersapu jika hujan mendera. Pepohonan menjadi lebih shiny dan rumput ditepian jalan akan mulai menghijau kembali. Hal lain yang lebih penting adalah malam ini saya tak perlu menyirami tanaman di pekarangan, air akan lebih hemat. 

Satu dan dua tetes rintik hujan mulai jatuh diatas hidung dan bibir, sambil ngos-ngosan menyeret kaki karena setengah berlari, saya berusaha menjangkau pagar rumah secepat mungkin. Angin menderu kencang membawa aroma lembab khas hujan akan datang, suhu mulai turun beberapa derajat Celcius dan terasa sejuk. Tiba didalam rumah saya menantikan rintik kencangnya menghajar atap belakang, tapi telah satu jam berlalu hujan yang dinantikan tak kunjung terjun ke bumi. Hingga tengah malam dan akhirnya pagi pun tiba dilalui tanpa ada air yang jatuh dari langit. Hari ini langit terang benderang, cerah tanpa mendung, hanya kabut putih polusi menyelimuti seperti hari-hari sebelumnya. Teman kantor saya yang tinggal didaerah Jakarta Utara hari ini bercerita, "Hua, hujan tadi malam deres banget ya," saya hanya bisa melengos mendengarnya. 😄

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT
Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Membaca berita di Kyushu, Jepang, hujan turun super deras disana hingga menyebabkan banjir dan ribuan orang mengungsi. Tentu saja saya tak berharap hal tersebut terjadi di Jakarta tapi at least 30 menit hujan deras dalam seminggu sudah sangat membantu menyapu sebagian debu. Seingat saya dulu Jakarta tidak mengenal kemarau panjang, walau waktu telah masuk ke musim kemarau yang dimulai sejak Maret hingga Agustus, selalu ada hujan turun sesekali. Tapi kini cuaca sudah berubah, tak bisa lagi diprediksi.

Jika kemarau tiba, saya selalu teringat dengan Paron, kampung halaman. Di Paron, ketika musim kemarau, maka itu artinya benar-benar tidak ada setetespun air yang turun dari langit. Sumur yang biasanya setengah penuh sehingga menimba air bukanlah pekerjaan susah, menjadi berat karena harus menenggelamkan timba hingga ke dasar untuk meraih air. Bahkan bebatuan didasar sumur terlihat jelas, ikan lele dan bethik yang dimasukkan ke dalam sumur tampak terlihat berenang-renang didalamnya. Tanah Paron yang berjenis lempung berwarna hitam akan merekah bak singkong super empuk yang baru saja keluar dari penggorengan. Sawah kering kerontang dengan sisa-sisa bonggol tanaman padi yang berdiri tegak menantang angin kemarau yang panas. 

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT
Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Walau musim kemarau di Paron sangatlah tak mengenakkan tapi saya merindukan suasananya. Kangen dengan suara angin panas menderu yang menggoyangkan dedaunan pisang dan bambu, atau riuhnya anak-anak bermain layangan di tanah sawah yang kosong. Bersama Narti, teman sekolah yang  rumahnya terletak di tepian sawah, sepulang dari sekolah kami berdua akan menuju ke sawah mencari jangkrik. Saya tahu, ayah dan ibunya sering kesal jika saya datang minta ditemani ke sawah. Sebagaimana anak-anak di desa umumnya, walau masih duduk dibangku SD mereka sudah bekerja membantu orang tua sepulang sekolah. Ayah Narti menjual es lilin yang dijajakan berkeliling dari desa ke desa, saya bahkan hapal jam-jam tertentu ketika suara denting lonceng es lilin lewat di jalan disamping rumah. Sepulang sekolah Narti harus membantu membungkus es lilin. Juragan es lilin ini adalah petani kaya yang rumahnya tidak jauh dari rumah Narti, cairan yang sudah dibungkus ini kemudian diantar ke rumah juragan es lilin untuk dibekukan. 

Biasanya sebelum mencari jangkrik saya akan mendeprok dilantai tanah di rumah Narti, membantu membungkus es lilin. Narti sibuk membantu Ibunya seperti mengasuh adik-adiknya yang masih kecil, melipat pakaian dan mencuci piring. Jika semua pekerjaan rumah tangga telah selesai kami dengan riang berjalan kaki ke sawah. Walau panas terik matahari di pukul dua siang sangat gahar dan membuat kulit legam, saya tidak peduli. Jangkrik-jangkrik yang mengumpet dibalik gundukan kering tanah sawah jauh lebih penting. Pada jaman itu, Ibu saya tidak sedikitpun khawatir anak perempuannya ngelayap entah kemana setiap hari. Anak yang banyak dan masih kecil-kecil membuat beliau pusing tujuh keliling harus mengurus kami, jadi jika bisa mandiri bermain sendiri tentu saja lebih baik. Tapi itu dulu, ketika kondisi masih aman, jarang ada manusia berniat jahat terutama kepada anak-anak yang bermain bebas tanpa penjagaan. Kini sepertinya dengan banyaknya berita-berita kriminal dan manusia-manusia aneh bermunculan rasa-rasanya seram juga membiarkan anak perempuan atau anak lelaki bermain sendiri, jauh dari rumah tanpa pengawasan.

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Musim kemarau juga berarti musim mangga di Paron. Ngawi adalah penghasil mangga harum manis, disetiap rumah penduduk ditanam jenis mangga ini. Alm Bapak menanamnya lima batang di halaman belakang rumah. Tapi sejak pohon mangga itu ditanam, ehm mungkin ketika saya berusia 10 tahun hingga sekarang saya setua ini, mangga itu hanya pernah berbuah 1 kali saja. Pohonnya tinggi kurus, terlihat merana, ajaibnya Ibu saya tak pernah berniat menebangnya. "Biarkan saja, nggak ganggu ini. Gitu-gitu, walau nggak berbuah adalah peninggalan Bapakmu. Kamu kan Sarjana Pertanian, justru harus dipikirkan itu kenapa nggak mau berbuah." Saya harus berkata apa?  Lokasinya sangat tidak memenuhi syarat untuk mangga, dikelilingi tembok tinggi dan dinaungi rumah-rumah disekitarnya sehingga sinar matahari (yang sangat disukai tanaman mangga) susah menjangkau daunnya. Untungnya saya punya teman yang memiliki sebatang pohon mangga harum manis yang buahnya lebat dan super duper manis. Jika sedang tak bermusuhan dengan pemiliknya, saya sering mendapat buahnya yang matang atau mengkal. 

Wokeh menuju ke resep kali ini. Saya suka menyetok oatmeal di pantry, tapi seringkali oat tersebut akhirnya expired dan dimakan kutu. Sekantung besar oatmeal pun berakhir di tempat sampah. Ini terjadi berkali-kali dan selalu diulangi karena walau jarang namun terkadang saya membutuhkan oatmeal ketika ada satu resep yang ingin dieksekusi menggunakan bahan itu. Nah resep kali ini juga dalam rangka memanfaatkan quick cooking oat dan buah kering yang masih tersisa. Walau sebenarnya bisa dibilang bukan jenis cookies sehat karena kandungan gula dan butter didalamnya, tapi masih lumayan lah dibandingkan camilan dan jajanan tidak sehat yang banyak dijual di supermarket. 😄

Berikut resep dan prosesnya ya.

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung)
Resep modifikasi sendiri

Untuk 20 buah cookies

Tertarik dengan resep oatmeal lainnya? Silahkan klik link dibawah ini:
Nugget Ayam Oatmel
Bahan:
- 115 gram mentega
- 250 gram peanut butter / selai kacang
- 100 gram brown sugar  atau gula pasir
- 50 gram gula pasir
- 2 butir telur ukuran besar
- 1 sendok teh vanilla extract
- 1/4 sendok teh garam
- 270 gram rolled oat atau oat utuh, bisa pakai oatmeal biasa (quick cooking oat)
- 1 sendok teh baking soda
- 90 gram buah kering (kismis, cranberry)
- 60 gram chocolate chips
- 50 gram biji bunga matahari atau kacang-kacangan cincang

Cara membuat:

Gluten Free Oatmeal Cookies (Tanpa Tepung) JTT

Siapkan loyang datar, alasi dengan silpat atau kertas baking. Panaskan oven suhu 170'C. Sisihkan.

Siapkan mangkuk, masukkan mentega, peanut butter, gula, telur, vanilla extract, dan garam, kocok dengan mikser speed sedang hingga tercampur rata dan gula larut. 

Matikan mikser, masukkan semua bahan lainnya, aduk rata dengan spatula.

Letakkan 1 1/2 sendok makan adonan ke permukaan loyang, agak pipihkan sedikit sehingga kue melebar. Panggang di oven suhu 170'C selama 30 menit atau hingga permukaannya kecoklatan dan mengeras. Keluarkan dari oven, biarkan 5 menit kemudian dinginkan di rak kawat. Sajikan.



14 komentar:

  1. Baru aja tadi siang temen kasih nyicip oatmeal cookies buatan dia dan enak banget, plus nggak terlalu rempong ya bikinnya. PR nya cuma beli oven aja nih, belum kesampean ((: thank you Mba resepnya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. sip, sama2, oatmeal cookies umumnya super gampang dibuat

      Hapus
  2. Tim nunggu resep cookies mba endang buat di praktekin pas lebaran��.

    Kalo ga keberatan munta resep cookies yg no sugar dong mba. Buat mama mertua yg diabetes

    BalasHapus
    Balasan
    1. biasanya sih cookies sehat hanya dr oatmeal atau tepung almond, kalau gula sih sesuai selera saja, yang jelas tanpa gula biasanya teksturnya tidak bs kering/garing

      Hapus
  3. Mbak...baca postingan ini bikin sendu hatiku...ceritanya plek ketiplek dengan memoriku. Main tiap pulang sekolah tanpa dicari ortuku, kemarau yg benar2 kering, musuhan ama teman tp sering baik lagi. Cm beda aku nggak pernah cari jangkrik. Paling rujakan tiap hari kalau musim mangga. Besok weekend aku ke kampung mbak...cant wait

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahha, anak desa jaman dulu seru mainnya ya, anak desa jaman sekarang yang udah kena gadget, internet dan game keknya udah gak gitu lagi mainnya hiks

      Hapus
  4. Mba, jika ingin yg hasil akhirnya crispy bgmn? Tks

    BalasHapus
    Balasan
    1. yang ini gak bs, cari resep yang pakai mnetega dikocok didalammya

      Hapus
  5. Halo kak mau tanya. Ini kalo panggangnya pake microwave oven bs ga ya? Tapi ga bs atur suhu gitu. Ada tips ga?

    Sama kalo ga mau pake peanut butter boleh kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. sayangnya saya belum pernah pakai micro oven, mungkin bs hanya gak maksimal panasnya seperti oven sebenarnya. jadi untuk cookies kurang bs garing

      Hapus
  6. Hallo mba untuk gulanya di ganti madu apa bisa

    BalasHapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...