24 Januari 2018

Resep Gulai Ayam a la My Mom & Ketika Gempa Tiba


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Saya belum pernah mengalami gempa yang cukup kencang. Selama ini, gempa terkeras yang pernah saya alami hanyalah goncangan pelan yang terjadi selama beberapa detik saja. Tapi bukan berarti saya tidak pernah membayangkan jika bencana itu benar-benar terjadi. Berkantor di lantai 21, guncangan gempa akan sangat terasa dan efeknya sepertinya akan cukup mencekam. Bayangan film-film bencana a la Hollywood selalu bermain-main dibenak. Deretan gedung tinggi yang berdekatan runtuh menimpa satu dengan lainnya dan apa yang terjadi dengan kami yang berada didalamnya? 

Tentu saja kami sering melakukan simulasi evakuasi. Pihak gedung akan menghidupkan sirine dan karyawan berlarian menuruni tangga darurat, berkumpul di halaman gedung. Tapi simulasi tentu saja berbeda dengan kondisi nyata. Simulasi tidak menimbulkan rasa panik dan jantung yang berdebar-debar seakan genderang perang yang ditabuh. Walau rencana simulasi evakuasi tidak pernah diinformasikan dan dilakukan secara mendadak, tetap saja kami tahu berlari-lari menuruni tangga darurat adalah kegiatan simulasi semata.


Resep Gulai Ayam a la My Mom
Resep Gulai Ayam a la My Mom

Tapi kemarin kondisinya berbeda. Getaran yang disusul goyangan dan berlangsung lebih dari hitungan detik membuat kami berhamburan keluar gedung. Berlarian menuruni tangga darurat tak peduli dengan segala macam instruksi yang pernah diberikan saat latihan simulasi dilakukan: tetap tenang, jangan panik dan jangan saling dorong. Semua menyelamatkan dirinya masing-masing. Gempa dimulai pada pukul setengah dua, kala itu kami semua baru saja duduk dikursi masing-masing setelah jam istirahat usai. Beberapa rekan bahkan masih diluar gedung. Kantor saya terletak di lantai 21, dan tatkala getaran awal terasa saya langsung berteriak, "Gempa!" Rekan-rekan yang lain masih celingukan, berpandangan dan mencoba merasakan getaran yang akhirnya semakin kuat. Vertical blinds yang tergantung dijendela bergoyang-goyang padahal tak ada sedikitpun angin berhembus. Kala saya mencoba berdiri maka bumi seakan berputar, membuat kepala menjadi 'keliyengan'.

Gempa kali ini terasa cukup kuat dan lama, bahkan saya tidak bisa berdiri tegak tanpa berpegangan di tepian meja karena bumi seakan bergoyang. Kepanikan mulai terjadi, namun belum ada tanda-tanda agar kami segera menuju ke tangga darurat dan turun. Sepertinya semua masih berharap getaran gempa hanya sekian detik saja dan segera berlalu. Tapi guncangan itu tidak segera berlalu. Suasana mulai mencekam, beberapa rekan berteriak agar kami segera turun. Saya segera mengganti sepatu kantor dengan sepatu pantofel yang datar, meraih handphone dan dompet yang tergeletak dimeja dan menuju ke tangga darurat. Saat tiba di lorong tangga ternyata area itu sudah dipenuhi dengan karyawan dari lantai lainnya yang berebutan turun.  Tidak ada sirine, tidak ada aba-aba selayaknya saat simulasi dilakukan. Jadi kami berjuang sendiri, tujuan hanya satu yaitu sampai di lantai bawah dengan selamat.


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Menuruni tangga sebanyak 21 lantai cukup membuat gempor dan gemetar, apalagi gempa susulan masih terjadi beberapa kali. Sepanjang perjalanan saya berulangkali teringat dengan imajinasi bencana yang pernah berkeliaran didalam otak. Kini ketika bayangan itu mulai terlihat nyata saya berdoa mati-matian semoga semua itu hanya mimpi semata. 

Tiba di halaman gedung, para karyawan menenangkan diri dan menyelonjorkan kaki yang gemetar, terutama karyawan dari lantai yang tinggi. Semakin lama kami semakin banyak berjubel dihalaman, menunggu instruksi selanjutnya yang belum muncul juga. Saya sendiri bersama beberapa rekan sekantor berdiri disisi gedung, cukup jauh dengan pintu pagar keluar disebelah belakang. Sekitar lima belas menit menunggu dan menduga-duga apa yang akan terjadi selanjutnya, terdengar suara jeritan keras dari segerombolan besar karyawan yang berkumpul di sebelah kiri gedung yang berdekatan dengan pos satpam. "Gedung sebelah miring!" Sayup-sayup saya mendengar teriakan itu dan tanpa banyak cingcong kami langsung berlari berhamburan mencari jalan keluar. Gedung sebelah yang menjulang tinggi letaknya tidak jauh dari kami, dalam ketakutan dan panik sepertinya akal sehat menghilang dan benak hanya berisi bayangan gedung tersebut tumbang dan runtuh menimpa kami semua yang berdiri di halaman. 


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Sialnya saya berdiri cukup jauh dari pagar belakang yang pintunya hanya dibuka selebar 1 meter. Kami saling dorong, merangsek maju untuk bisa segera keluar diantara motor-motor yang terparkir. Pria dibelakang saya berteriak kencang di telinga, "Cepat! Cepat keluar! Gedungnya mau ambruk!" Dalam rasa takut dan teror saya menengok keatas, menatap gedung yang menjulang tinggi tersebut. Gedung tersebut tampak bergoyang-goyang dan terlihat miring dan saya hampir histeris melihatnya.

Pintu keluar masih jauh dari jangkauan dan rombongan manusia didepan saya bersusah payah untuk maju dijalan yang sempit, saling dorong dan bahkan ada yang terjatuh. Akhirnya saya melihat sisi lowong di sebelah kiri dan berlari kesana, itu kesalahan besar karena kiri adalah area belakang gedung dimana hanya ada parkiran motor dan tidak ada pintu keluar sekalipun. Saya terpisah dengan teman-teman lain. Mereka telah berlari keluar pagar menuju ke perumahan dan warung-warung dibelakang, menjauh dari seputaran gedung tinggi, walau seandainya gedung tersebut benar-benar runtuh posisi mereka sama sekali belumlah aman. 


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Di area parkiran belakang gedung sekitar lima belas karyawan dari perusahaan lain berdiri disana dengan wajah bingung. Mereka sepertinya tidak mengerti mengapa kami semua berlarian keluar pagar sejauh-jauhnya dan berteriak-teriak seperti orang gila. Saya berdiri disana beberapa menit sambil mengawasi gedung yang tadi bergoyang, entah apakah saat itu gempa masih terjadi atau tidak namun dalam pandangan saya gedung tersebut masih bergerak. "Gedungnya goyang! Mau ambruk!" Saya berteriak dengan tatapan horor terpaku ke gedung. Seorang wanita disebelah saya, berseragam batik sebuah bank, berkata, "Tenang Bu, jangan panik. Kalau Ibu panik nanti kita semua menjadi panik juga," kata-katanya sangat masuk akal tapi saat itu susah diterima otak saya. Bagaimana tidak panik? Gedung tersebut berdiri tepat didepan hidung, menjulang super tinggi dan jika runtuh kami akan menjadi snack dia yang pertama. "Tapi gedungnya bergoyang dan miring!" Saya berteriak kembali berlari maju mundur seakan gila, dan wanita tersebut menenangkan kembali dengan tatapan kesal bercampur takut. Tak sanggup berdiri di area tersebut saya langsung melarikan diri keluar pagar, kearah warung-warung dan area perumahan. Disana saya bertemu dengan rekan-rekan sekantor yang sejak tadi berdiri disana mengawasi gedung dengan wajah cemas.


Resep Gulai Ayam a la My Mom

"Gedungnya nggak goyang, itu karena awan dilangit yang bergerak jadi gedungnya terlihat bergerak," si bapak pemilik sebuah warung menenangkan kami yang banyak berjejer diseputar jalan yang dipenuhi warung makan. Saya berusaha mempercayainya, tapi bagaimana jika ada gempa susulan yang lebih besar? Sekitar sepuluh menit kami berdiri menunggu sambil mengecek handphone yang riuh bersliweran dengan pesan-pesan mencekam yang walau belum terbukti kebenarannya namun saat itu menambah adrenalin semakin terpacu. Akhirnya pesan Pak Wawan dari bagian GA muncul di group WA perusahaan, kami diminta segera menyeberang ke jalan raya menuju ke lapangan di seputaran Mega Kuningan yang relatif jauh dari gedung tinggi. Berbondong-bondong kami menuju kesana melewati Mal Ambassador  dan betapa takjubnya melihat pengunjung mal masih terlihat tenang seakan gempa 6.1 skala Richter tidak pernah terjadi. 

Kami berjalan menyeberangi jalan yang penuh sesak oleh kendaraan, karyawan bank yang berseragam merah tampak memenuhi jalan dan area di seputaran Mega Kuningan membentuk lautan merah. Pemandangan itu tentu saja sangat mencolok, seorang Ibu bahkan sempat menghentikan mobilnya, membuka kaca dan bertanya mengapa karyawan satu gedung 'tumplek blek' dijalan. Alhamdulilah, gempa benar-benar telah berlalu, tak lama kemudian instruksi masuk gedung mulai diteriakkan. Kami berduyun-duyun berjalan kembali, kali ini berjuang mengantri lift untuk naik keatas. Hari itu adalah pengalaman yang cukup mencekam dan menjadi pelajaran yang berharga. Memang sangat mengasyikkan menonton film-film bencana di bioskop namun ketika bencana tersebut benar-benar datang dalam kehidupan nyata akal sehat mudah sekali menguap dan digantikan dengan rasa panik dan histeria. 😔

Menuju ke resep gulai ayam kali ini. Resep ini andalan Ibu saya sejak kami masih kecil. Dulu gulai ayam hanya muncul sekali dalam setahun saja, kala Lebaran tiba. Alih-alih menghadirkan opor ayam maka kami lebih suka gulai yang terasa pedas dan tidak terlalu eneg. Biasanya Ibu akan memasukkan segambreng kentang kedalam gulai membuat porsi masakan menjadi lebih bengkak dan bisa dimakan satu keluarga selama beberapa hari. Ayam kampung tentu saja memberikan hasil yang lebih maknyus namun diresep ini saya menggunakan ayam negeri. Ayam bisa digantikan dengan daging, ikan (jenis apapun oke), bahkan tempe, tahu atau terung. 

Berikut resep dan prosesnya ya.


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Gulai Ayam a la My Mom
Resep diadapatasikan dari Ibu saya

Untuk 6 porsi

Tertarik dengan resep ayam lainnya? Silahkan klik pada link dibawah ini:
Opor Ayam a la My Mom
Ayam Woku a la Ani
Kalio Ayam Tanpa Santan 

Bahan:
- 1 ekor ayam negeri (berat sekitar 850 gram)
- garam kasar untuk menggosok permukaan kulit ayam
- 2 sendok teh garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- 2 - 3 sendok makan minyak untuk menggoreng ayam
- 3 buah kentang, kupas dan masing-masing belah menjadi 4 bagian
- 500 - 600 ml air
- 65 ml santan kental instan

Bumbu dihaluskan:
- 5 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah
- 6 siung bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 sendok teh merica bubuk
- 1/4 sendok teh jintan bubuk
- 1/2 sendok makan ketumbar bubuk
- 2 cm kunyit
- 1 1/2 cm jahe

Bumbu lainnya:
- 2 batang serai, memarkan
- 3 cm lengkuas
- 3 lembar daun jeruk
- 3 lembar daun salam
- 1 1/2 sendok makan gula merah/Jawa, sisir halus
- 2 sendok teh garam

Cara membuat:


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Siapkan ayam utuh, gosok permukaan dan rongga dalamnya dengan garam kasar hingga bersih. Potong menjadi 12 bagian, cuci bersih. Masukkan ayam ke dalam mangkuk, lumuri permukaannya dengan 2 sendok teh garam dan 1 sendok teh merica bubuk. Sisihkan.

Siapkan pan anti lengket, panaskan 2 sendok makan minyak. Tata ayam didalamnya dan goreng sisinya sampai terlihat kecoklatan. Kondisi ayam hanya setengah matang saja, kita hanya akan membuat permukaan ayam kecoklatan dan harum. Angkat ayam dan tiriskan. 

Menggunakan wajan dan minyak bekas menggoreng ayam, tumis bumbu halus, serai, lengkuas, daun jeruk dan daun salam hingga harum, matang dan berubah lebih gelap. Aduk-aduk tumisan agar tidak gosong.

Masukkan potongan kentang, aduk dan masak hingga kentang setengah matang. Tuangkan air dan masak hingga mendidih. Masukkan ayam, masak dengan api sedang hingga ayam dan kentang matang. Tambahkan sedikit air jika kuah berkurang. 


Resep Gulai Ayam a la My Mom

Masukkan santan, masak dengan api kecil hingga kuah matang. Aduk sesekali masakan selama dimasak agar santan tidak pecah. Masukkan gula dan garam, aduk rata. Cicipi rasanya, tambahkan garam jika kurang asin. Angkat dan sajikan. Yummy!



34 komentar:

  1. Kaya lg baca novel loh saya mba..hehe jd terbawa suasana dalam ceritanya.
    Tp kok saya ga brasa ya pas ada gempa kmrn ..
    Makasih resep nya mba tp ini klo buat krucil2 ku kok ya pedes sepertinya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Lian, thanks yaa, hehheheh. Rekan saya di basement satu juga tidak merasakanya, tapi mereka di jalanan dan rumah katanya berasa mba.

      untuk krucil pakai cabai merah besar buang biji dan jangan terlalu banyak, hanya sebagai pewarna saja

      Hapus
  2. Halo mbak Endang...mau tny kl sy pake daging sapi apa perlu diungkep/rebus hingga lunak baru lanjut tumis bumbu dsb?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tumis bumbu, masuk potongan daging segar, masak sebentar hingga berubah warna, tambah air dan masak sampai daging empuk. baru masuk kentang masak empuk, tambah santan dan air menyesuaikan tergantung seberapa banyak kuah

      Hapus
  3. Alhamdulillah selamat mbak Endang....mbak Endang situasi super mencekam eh msh bikin ketawa aja tulisannya mbak Endang..._Snack gedung
    Nur_padasan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, sekarang kalau ingat saya antara stress dan ketawa Mba, banyak kelucuan yang ketika diceritakan kembali jadi memalukan wakakka

      Hapus
  4. Semoga kita dijauhkan dr segala bencana (efek ngerasa gempa juga di rmh kmrn ��).


    Gulai ayamnya spt yg suka alm. ibu sy masak mbak (jd kangen beliau); cuma gak digoreng & beliau suka kasi tambahan asam patikala (buah kecombrang istilah org sumut) atau tomat jd gulainya ada rasa asam, pedes, gurih... sedap... ��
    (Imel)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Imel, wah iyaaa bener. Pakai buah kecombrang dan tomat akan lebih segar rasanya. Mantap Mba!

      Hapus
  5. Assalamualikum...hebat mbk endang ini. Walaupun keadaan waktu gempa super panik..tapi bisa cerita secara runtut dan detail. Hbs gempa langsung masak gulai ya mbk...terlihat mantap...nyoba ah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. walaikumsalam Mba, wakakkak justru karena kejadian panik itu saya jadi ingat semua detailnya. Thanks yaaa

      Hapus
  6. Paham banget perasaan mba endang. Kebetulan aku tinggal di lantai 21 dan goncangan pas gempa bener2 bikin panik dan pasrah. Begitu gempa parkiran apartemen langsung ramai penghuni turun. Puji Tuhan tidak ada gempa lanjutan. Bikin trauma ya mba. Btw suka deh baca intro postingan mba endang. Jadi betah bacanya hihihi... Thanks resepnya ya mba. Kalau rajin ntar dicoba 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hadeuh Mba Harsi, sejak kejadian itu saya jadi trauma sebenarnya naik ke gedung tinggi. Sehari setelah gempa mau masuk kantor beraaaat banget, mikirnya gimana kalau ada gempa susulan, dan memang ada gempa lagi tapi kecil dan tidak terasa. Semoga kita semua dilindungi oleh Yang Kuasa ya Mba. Amin

      Hapus
  7. Mbak endang. Maafkan saya cuma tertarik baca cerita2nya mbak endang yg selalu menarik untuk dibaca
    Buat bisnis sampingan nulis novel aja mbak. Saya PO satu yaa. Hehehe
    Mungkin krna dalam benak saya gulai terlalu ekstrem untuk dimakan. Banyak kolesterolnya kali ya mbak. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Wahyu, wakakkak, senang ceritanya disuka, udh kepikiran mau buat novel, hanya perlu waktu tenang supaya bs fokus Mba. Thanks yaaa

      yep gulai memang berlemak wakkakak

      Hapus
  8. Hujan2 bikin kayak gini endes banget pastinya, tambah nasi anget plus kerupuk. kriuk

    BalasHapus
    Balasan
    1. yep betul banget Mba, tambah tomat biar rasanya agak asem2 dikit, maknyussss

      Hapus
  9. moga kta semua ttp dlm lindunganNya (amin)
    mb, knp ayam hrs digosok garam.ksr?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Supaya nggak berbau aneh Mba, ayam potong suka aneh baunya.

      Hapus
  10. Beda lantai beda reaksi ya, mbak..

    Kemarin saya di lantai 6, dan teman2 malah becanda. trus diem nunggu instruksi buat turun lewat tangga darurat.

    parahnya, waktu saya buka tangga darurat, masih ada teman yang komentar, "emang boleh?" trus ada yang menimpali "kayaknya boleh deh, kan darurat."

    Kzl...

    akhirnya ada pengumuman lewat speaker buat turun lewat tangga darurat.

    Di bawah, teman-teman di lantai 5 udah lebih dulu evakuasi. katanya mereka teriak-teriak terus panik, terus langsung turun, enggak pakai nunggu pengumuman dari floor warden.

    Alhamduliah Allah masih melindungi kita ya, Mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Nadia, makin tinggi lantai tapi memang makin terasa. Tapi katanya sih kita harus tunggu dari gedung instruksi turun baru boleh turun, tapi kemarin juga gak ada instruksi kita langsung kabur sendiri2 wakkakaka

      Hapus
    2. Waduh, sumpah komentar yang ini bikin ngakak.

      Ngomong2 meski aku jarang komentar (karna kebanyakan kaum ibu yang komen), aku suka baca blog mbak Endang. Resepnya maknyus dan beneran anti gagal kalo diikuti secara seksama, dan intronya selalu bikin betah.

      Hapus
    3. hehehhe, senang resep dan intronya disuka ya Mas Arestullah, sbnernya kalau skrg ingat kepanikan saya waktu gempa lalu jadi malu sendiri hiiks

      Hapus
  11. Mba endang.. mau tanya gimana biar enak makan pakai beras merah? Saya ga koq bisa cocok ya.. sekarang coba beli beras hitam dan saya campur dengan beras putih. Lebih lekat sih teksturnya mba tapi tetap saja hilang nafsu makannya.. tolong mba tipsnya. Berat badan saya sudah hampir 80 kg

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Lina, saya campur2 berasnya mba, pakai beras merah, beras putih, ketan hitam dan ketan putih, komplit kan wakakkak. Nasinya jadi pulen hehehe

      Hapus
  12. Mbak Endaaang.. Ini gulainya enak dan simpel bgt. Tadi waktu masak, serumah pada ribut, katanya wangi banget, hehe.. Alhamdulillah rasanya juga manteep bgt, klo kata si adek jadi berasa lebaran, wkwkwk.. Makasih resepnya mbak..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Ummu Fatih sharingnya, senang resepnya disuka yaa, sukses selalu!

      Hapus
  13. ya ampun mbak en, aku ngakak bgt baca ini haha.. antara ngeri sama kocak apalagi pas bagian mbak endang teriak2 terus ditenangin, kebayang sih seremnya tapi lucu parah mbak endangnya.. aduh juara bgt mbak nulisalnya.. kalo nulis novel pasti best seller iniiii.. aku jadi fokus ke gempa daripada gulainya tapi ceritanya mbak en emang selalu bikin betah hehe..

    -naya-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Thanks Mba Naya, senang ceritanya disuka, sukses yaa ^_^

      Hapus
  14. Mbak Endang... intro resepnya bikin sy ikutan ndredeg... dulu pas study d luar kalau ad gempa, sy sm tmn2 indo pasti heboh duluan sementara student lokal nya cm respon,"oh ada gempa!" Lalu lanjut kerja lagi mereka. Alhamdulillah d endingnya Mb Endang selamat dan bisa menulis resep yang sdh sy tunggu2... sy ud coba bbrp resep Mb Endang...semuanya top dah!

    Alia Fei.
    Salam hangat dari Jawa Timur.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mba Alia, wakakkak, iyaa memang heboh itu nomor satu secara gak percaya juga sama ketahanan gedungnya hahhaha. Thanks yaaa

      Hapus
  15. Kebayang Mba Endang yang teriak-teriak panik hihihiiii.... turun tangga 21 lantai, sampai bawah langsung selonjor rasanya nikmattt banget ya mbaa 😄
    Barusan masak gulai ayamnya, pakai ayam kampung, enak bangett mbaa. Kentangnya aja enakkk. Thanks yaaa resepnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakak, kalau ingat jadi malu sendri skrg Mba. tapi kalau kejadian bener urat malu putus hahahhah. thanks sharingnya ya, senang resepnya disuka.

      Hapus
  16. Halo Mbaak.. aku sudah coba gulai & kaleo nya.. enaaaak. Awal2 aku suka males kalau tau bumbu2 banyak.. tp krn kepepet akhirnya berani jg nyoba.. eh ternyata gak terlalu susah yaa.. coba dr dulu.. hihi. Keluarga ku bolak balik nambah. Mbak.. suami ku kan suka nya kalau kuah nya banyaak.. (jadi bukan kentel sukanya). nah.. seandainya porsi air ku tambah tp jumlah ayam tetap.. apakah bumbu2 juga ditambah Mbak? terima kasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Mba Anggi, thanks sharingnya, senang resepnya disuka. Silahkan porsi kuah ditambah Mba, kayanya bumbu sama saja karena sudah cukup medhok hanya garam gula menyesuaikan ya

      Hapus

PEDOMAN BERKOMENTAR DI JTT:

Halo, terima kasih telah berkunjung di Just Try and Taste. Saya sangat menghargai feedback yang anda berikan, terutama mengenai eksperimen dalam mencoba resep-resep yang saya tampilkan.

Komentar yang anda tuliskan tidak secara otomatis ditampilkan karena harus menunggu persetujuan saya. Jadi jika komentar anda belum muncul tidak perlu menulis komentar baru yang sama sehingga akhirnya double/triple masuknya ke blog.

Saya akan menghapus komentar yang mengandung iklan, promosi jasa dan penjualan produk serta link hidup ke blog anda atau blog/website lain yang anda rekomendasikan yang menurut saya tidak relevan dengan isi artikel. Saya juga akan menghapus komentar yang menggunakan ID promosi.

Untuk menghindari komentar/pertanyaan yang sama atau hal yang sebenarnya sudah tercantum di artikel maka dimohon agar membaca artikel dengan seksama, tuntas dan secara keseluruhan, bukan hanya sepotong berisi resep dan bahan saja. Ada banyak info dan tips yang saya bagikan di paragraph pembuka dan jawaban di komentar-komentar sebelumnya.

Satu hal lagi, berikan tanda tanya cukup 1 (satu) saja diakhir pertanyaan, tidak perlu hingga dua atau puluhan tanda tanya, saya cukup mengerti dengan pertanyaan yang diajukan.

Untuk mendapatkan update rutin setiap kali saya memposting artikel baru anda bisa mendaftarkan email anda di Dapatkan Update Via Email. Atau kunjungi Facebook fan page Just Try and Taste; Twitter @justtryandtaste dan Instagram @justtryandtaste.

Semoga anda menikmati berselancar resep di Just Try & Taste. ^_^

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...